• 20 April 2024

Potensi Sagu untuk Ketahanan Pangan

uploads/news/2020/08/potensi-sagu-untuk-ketahanan-42670d792be07ed.jpg

Dulu sagu banyak dikonsumsi, karena merupakan tanaman penghasil karbohidrat yang tinggi.

JAKARTA - Krisis pangan merupakan salah satu isu yang dikhawatirkan terjadi selama masa pandemi.

Karena itu, ketersediaan pangan harus terus dijaga untuk keberlangsungan hidup masyarakat.

Salah satu caranya, dengan meningkatkan keberagaman pangan pokok masyarakat.

Baca juga: Sagu, Penyelamat di Tengah Pandemi

Apa lagi, Indonesia memiliki beragam tanaman untuk makanan pokok selain beras, misalnya sagu.

Sagu merupakan tanaman asli Indonesia yang belum banyak dikembangkan.

Bahkan konsumsi sagu menurun, meski pun dahulu sagu merupakan salah satu tanaman makanan pokok yang banyak dikonsumsi di Indonesia.

Dulu sagu banyak dikonsumsi, karena merupakan tanaman penghasil karbohidrat yang tinggi. Per pohonnya terdapat 200-400 pati kering atau setara 20-40 ton per hektare per tahun. Namun, pemanfaatan sagu di Indonesia masih belum maksimal. Padahal, sagu sangat menjanjikan. Kalau lihat potensinya bisa memberikan makan satu miliar orang,” ungkap Guru Besar Fakultas Pertanian (Faperta), Institut Pertanian Bogor (IPB) University, Prof. Dr. Mochamad Hasjim Bintoro, dalam keterangan tertulis IPB University belum lama ini.
Menurutnya, sagu hanya hidup di wilayah dataran rendah.

Sebaran sagu hampir bisa ditemui pada tiap pulau di Indonesia.

Areal sagu paling luas yaitu di wilayah Pulau Papua, seluas 4.749.424 hektare.

Di pulau ini ditemukan sebanyak 80 aksesi, sehingga banyak dugaan sagu berasal dari Pulau Papua.

Tanaman ini juga sangat beragam dan memilki banyak jenis spesies.

"Hasil penelitian saya menemukan terdapat 43 jenis sagu yang berduri dan 17 jenis sagu tidak berduri di Papua. Tercatat juga, produktivitas mencapai antara 20-40 ton per hektare. Namun, sagu rakyat yang dipanen hanya 241.000 ton per tahun. Sagu perkebunan juga hanya dipanen sebanyak 6.000 ton. Sehingga, yang dipanen sangat sedikit sekali jika dibandingkan dengan potensi yang ada,” ungkapnya.

Menurutnya, memerlukan waktu yang cukup lama untuk bisa panen sagu.

Sehingga, masyakarat bisa membuat tumpang sari, baik ternak, ikan atau palawija dan tanaman sayuran.

Bahkan, sagu bisa dikembangkan dalam integrated farming, yaitu antara sagu, ikan, ternak, dan palawija.

Hal ini memerlukan edukasi dan sosialisasi, agar sagu bisa dijadikan sebagai bahan makanan pokok yang banyak dibudidayakan dan dikonsumsi masyarakat.

Baca juga: Pati Sagu untuk Cemilan

Menurut Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lehtas (PHPL), Kementerian Kuhatanan dan Lingkungan Hidup (KLHK), Dr. Bambang Hendroyono, pemerintah memberikan dukungan penuh pada industri sagu.

Saat ini pemerintah, tengah menyusun baseline data yang valid.

Penyusunan data menjadi penting untuk merumuskan dan melaksanakan implementasi kebijakan di lapang. Saat ini inventarisasi potensi dan sebaran sagu di Indonesia belum seluruhnya dilakukan. Pemanfaatan sagu juga masih bergantung pada tegakan alam. Selain itu kita juga terus melakukan pengembangan inovasi dan teknologi,” tutupnya.

Related News