• 29 March 2024

Kunci Keberhasilan Budidaya Udang

uploads/news/2020/07/kunci-keberhasilan-budidaya-udang-40758528ef6a20e.jpg

Proses budi daya udang dapat ditingkatkan dengan pembentukan bioflok, pembuangan lumpur, serta pemeliharaan kualitas air tambak.”

JAKARTA - Kualitas air tambak yang selalu terjaga menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam proses budidaya udang hingga mampu menurunkan biaya produksi.

Peneliti Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Yustian Rovi Alfiansah mengatakan, pengaturan kualitas air tambak dan dinamika komunitas bakteri mampu menghindarkan kegagalan budidaya udang.

Baca juga: Potensi Udang di Selatan Jawa

Selain itu, juga dapat menurunkan biaya produksi dan meminimalkan polusi yang disebabkan oleh buangan air tambak.

"Proses budi daya udang dapat ditingkatkan dengan pembentukan bioflok, pembuangan lumpur, serta pemeliharaan kualitas air tambak," ujarnya kepada ANTARA belum lama ini.

Peneliti LIPI yang sedang menyelesaikan pendidikannya di Jerman tersebut melakukan penelitian terhadap dua sistem budi daya udang, yakni intensif dan semi intensif, di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

"Kami menginvestigasi kualitas air dan komunitas bakteri dari sampel air tambak pada dua sistem budidaya udang yaitu sistem semi intensif dan intensif. Pada kedua sistem ini, petambak tidak melakukan pergantian air tambak pada saat pemeliharaan udang berlangsung hingga akhir siklus panen," ujar alumnus Universitas Diponegoro Semarang tersebut.

Menurut penilaiannya, dari kedua sistem budi daya tersebut diketahui, petambak udang tidak mengganti air tambaknya selama satu siklus panen.

Selain itu, ia juga beragam bakteri heterotrofik halofilik (bakteri yang mampu hidup pada salinitas air laut) di air tambak.

Ini merupakan bakteri menguntungkan dalam proses budidaya udang.

Tak hanya itu, didapati juga penyakit berak putih pada udang yang muncul.

Penyakit udang berak putih ini terjadi di kedua sistem, bersamaan dengan penurunan pH atau derajat keasaman dan perubahan komunitas bakteri yang dominan.

Baca juga: Geliat Udang Vaname

"Kami menyarankan untuk menambahkan kapur (misalnya kapur pertanian), membuang lumpur secara berkala ke petak/kolam pengumpul lumpur dan menambahkan air laut yang telah diproses (diklorinasi) untuk menjaga kualitas air, khususnya pH dan salinitas. Kami juga menganjurkan penambahan molase (tetes tebu) ke tambak untuk meningkatkan keberadaan pakan alami dan untuk menjaga struktur komunitas bakteri yang menguntungkan," jelasnya.

"Pemerintah daerah hendaknya menyediakan insentif bagi usaha kecil dan menengah (UKM) misalnya dengan memberikan subsidi untuk listrik dan melakukan pengecekan kualitas air khususnya keberadaan patogen secara berkala," tutupnya.

Related News