• 25 April 2024

Potensi Udang di Selatan Jawa

uploads/news/2020/06/potensi-udang-di-selatan-328900b600947b3.jpeg

Potensi airnya bagus, kawasan masih banyak dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

JAKARTA - Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo menyebut, pantai selatan Jawa berpeluang menjadi basis atau sentra budidaya udang vaname, melihat luasnya lahan dan potensi air yang dimiliki.

Hal itu disampaikan Edhy usai menyusuri pantai selatan Jawa Barat dari Pelabuhan Ratu Sukabumi hingga Kabupaten Garut pada 18 dan 19 Juni 2020 lalu.

Baca juga: Antara Budidaya atau Ekspor Lobster

"Potensi airnya bagus, kawasan masih banyak dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Saya enggak berpikir muluk-muluk, yang di depan mata saja dulu. Kemarin saya mengunjungi Sukabumi, hari ini Cidaun dan Garut selatan. Ini saja sudah luar biasa (potensinya)," ujar Edhy, Sabtu (20/6) kemarin.

Menurutnya, pengembangan budidaya udang vaname oleh KKP tidak hanya fokus di pulau Jawa tapi juga berbagai daerah lain di Indonesia.

Baru-baru ini, Edhy bersama Direktur Jenderal (Dirjen) Perikanan Budidaya, KKP, Slamet Soebjakto dan dirjen KKP lainnya, meninjau tambak rakyat maupun milik perusahaan di Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Gorontalo dan Sulawesi Utara.  

Edhy beralasan jika ia fokus untuk membangun budidaya udang nasional, sesuai instruksi Presiden Joko Widodo.

Menurutnya, Indonesia punya lahan potensial namun udang yang dihasilkan jumlahnya belum maksimal.

Produksi udang nasional per tahun di kisaran 800.000 ton, sementara kebutuhan dunia mencapai 13.000.000-15.000.000 ton.

Pemerintah, lanjutnya, melihat itu sebagai peluang, sehingga produksi udang nasional harus digenjot.

Dengan adanya target kenaikan jumlah produksi, menurutnya usaha budidaya udang dapat menjadi lapangan kerja baru bagi masyarakat.

Hal tersebut sekaligus mendorong suksesnya program padat karya yang digaungkan pemerintah.

Meski gencar membangun budidaya udang nasional, Edhy mengaku tidak akan mengorbankan lingkungan.

Tambak udang yang dibangun, menurutnya, harus mengutamakan keberlanjutan.

Caranya dengan menerapkan sistem tambak intensif, yakni lahan yang dipakai lebih sedikit, namun hasilnya lebih banyak.

Tambak intensif mampu menghasilkan 40 ton udang vaname per hektar sekali panen, sedangkan tambak konvensional jauh di bawah itu.

Tambak intensif juga dilengkapi dengan instalasi pengelolaan air limbah (IPAL).

"Dulu bertambak lahannya luas pendapatannya sedikit. Sekarang lahannya sedikit, pendapatannya banyak. Ini yang kita balik saat ini. Sehingga sisa lahannya bisa dipakai untuk penghijauan di kawasan pantai," terangnya.

Komunikasi Jadi Strategi Kunci

Edhy juga menyadari, banyak tantangan dalam membesarkan budidaya udang nasional.

Penyiapan lahan, hingga modal ada di antaranya.

Namun ia mengaku punya strategi untuk menjawab tantangan tersebut.

Yaitu, dengan membuka komunikasi seluas-luasnya dengan para pemangku kepentingan dan pelaku usaha perikanan budidaya.

"Strateginya komunikasi terbuka saja dengan pemangku kepentingan wilayah dan stakeholder. Dengan membuka komunikasi persoalan pelan-pelan dapat diurai," terang Edhy.

Mengenai anggaran, selain melalui APBN, ada perbankan hingga pihak swasta yang dapat dilibatkan untuk membangun tambak-tambak intensif.

"Ini adalah cita-cita, target. Saya yakin bila ada umpan balik dan jemputan bola dari bawah, produksi udang nasional bisa mencapai 4.000.000 ton per tahun," pungkasnya.

Baca juga: Paket Ikan Sehat dari KKP

Dalam kunjungan kerjanya di Cianjur dan Garut pada Jumat (19/6) lalu, Edhy meninjau area untuk tambak udang di Desa Kertajadi, Kecamatan Cidaun dan panen raya udang vaname di Desa Cigadog, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut.

Anggota Komisi IV DPR RI, Haerudin, juga hadir mendampinginya dalam panen raya di tambak intensif seluas 4 hektar tersebut.

 

Related News