• 29 March 2024

Untung Membusung Ayam Serama 

uploads/news/2020/06/untung-membusung-ayam-serama--890516543f1c219.jpg

"Kawin duduk dilakukan karena untuk ternak ayam serama sedikit agak sulit, beda dengan jenis ayam lain karena postur tubuhnya. Jadi, ada ayam serama yang memang tak bisa kawin normal dibantu dengan cara kawin duduk."

BOGOR - Usaha sampingan di rumah jika ditekuni dengan baik, bisa menjadi bisnis yang menjanjikan mendatangkan penghasilan tambahan.

Seperti usaha beternak ayam serama.

Ayam serama yang merupakan ayam hias berasal dari Malaysia ini, cukup banyak dipelihara dan sangat digemari di kalangan penggemarnya di Indonesia. 

Ayam terkecil di dunia ini memikat hati penggemarnya, karena gaya khasnya membusungkan dada dan mengepakkan sayap di atas meja.

Tak heran jika ayam serama kerap diikutkan dalam kontes.

Baca juga: Mengenal Ayam Sembawa yang Handal

Imam Thamami, peternak ayam serama mengatakan, ia mulai benar-benar terjun menekuni usaha sampingan beternak ayam asal Negeri Jiran itu sejak lima tahun lalu atau tepatnya 2015. 

"Awalnya hobi saja memelihara sepasang (jantan dan betina) tahun 2012, tapi mulai fokus untuk mengembangbiakkan ayam serama tahun 2015," ujarnya saat ditemui JagadTani.id di kediamannya di Kelurahan Rancamaya, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat, baru-baru ini.

Dalam mengembangbiakkan ayam serama, kata pria yang akrab disapa Thama Serama Betta di komunitas Serama Indonesia ini, menerapkan teknik perkawinan secara alami di kandang atau disebut kawin normal. 

Di samping itu, ada juga teknik perkawinan secara alami lain yang disebut dengan kawin duduk.

Kawin duduk dilakukan dengan cara dibantu menaruhkan ayam jantan di atas punggung betina. 

"Kawin duduk dilakukan karena untuk ternak ayam serama sedikit agak sulit, beda dengan jenis ayam lain karena postur tubuhnya. Jadi, ada ayam serama yang memang tak bisa kawin normal dibantu dengan cara kawin duduk," jelasnya.

Menurutnya, dari kedua teknik perkawinan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Kelebihan kawin normal, dalam prosesnya tidak repot indukan tinggal dilepas di kandang, berbeda dengan kawin duduk. 

"Tapi kekurangannya (kawin normal) dari persentase pembuahan telur lebih rendah dibandingkan kawin duduk. Kekurangan dari kawin duduk, harus punya waktu lebih karena waktu birahi ayam serama itu pada jam-jam tertentu," imbuhnya.

Thama juga mengungkapkan, dalam mengembangbiakkan ayam serama diusahakan dipilih indukan yang terbaik, agar menghasilkan anakan yang berkualitas.

Ia sendiri memilih indukan yang telah menginjak usia delapan bulan sampai satu tahun. 

"Kalau setiap indukan itu biasanya dapat bertelur minimal empat sampai 12 butir, jadi tergantung bentuk dan usia indukan. Dan produktivitas ayam serama sendiri bisa mencapai tiga tahun," kata Thama.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam beternak ayam serama, lanjutnya, membersihkan kandang dari kotoran yang wajib dilakukan setiap hari pagi dan sore untuk menghindari penyakit dan bau kandang.

Untuk mengurangi bau kandang, ia juga biasanya menggunakan media pasir atau serbuk. 

"Pakan pokok saya pakai adalah beras merah yang berfungsi untuk membentuk otot-otot tubuh ayam. Sedangkan untuk pakan tambahan diberikan pur serta biji-bijian, seperti jagung dan milet. Selain itu bisa juga diberikan jangkrik," tandasnya.

Selama ini, ia banyaknya menjual anakan ayam serama antara usia satu sampai tiga bulan, baik dalam jumlah partai maupun satuan sesuai kebutuhan pasar.

Harganya ditentukan sesuai kualitas dari anakan mulai dikisaran Rp200.000 hingga Rp3.000.000. 

"Kalau untuk usia remaja sampai dewasa itu juga sama tergantung kualitas mulai dari harga Rp300.000 sampai Rp5.000.000 di sini. Pangsa pasarnya hampir seluruh daerah di Indonesia," tambahnya.

Dari usaha sampingan berternak ayam serama itu, Thama kini bisa mengantongi keuntungan bersih rata-rata Rp3.000.000 setiap bulan dengan pengeluaran biaya pakan sekitar Rp1.000.000-1.500.000. 

Baca juga: Cegah Penyakit Ayam dengan Rempah

"Kalau bicara peluang bisnisnya sekarang sudah stabil kembali meski adanya pandemi COVID-19. Memang jika dibandingkan tahun 2015 mengalami penurunan karena ada peralihan hobi juga," ungkapnya. 

Selain beternak, pria berusia 30 tahun ini juga memberikan pelayanan salon dan perawatan khusus ayam serama untuk kontes di lingkungan komunitasnya. 

"Yang sekarang siap ternak itu ada 25 ekor di 36 kandang, ditambah tiga kandang ternak. Per bulan, saya sekarang sudah bisa menghasilkan 40 sampai 50 ekor anakan ayam serama," tutupnya.

Related News