• 20 April 2024

Cerpelai, Hewan yang Terancam Punah

uploads/news/2020/11/cerpelai-hewan-yang-terancam-280403e5ae105b7.jpg

Jadi, tentunya terdapat risiko bahwa populasi cerpelai ini dapat berkontribusi melalui berbagai cara penularan virus dari cerpelai ke manusia dan kemudian dari manusia ke manusia.”

JAKARTA - Pada Mei 2020 lalu, Menteri Pertanian Belanda, Carola Schouten, mengirimkan surat kepada parlemen.

Dalam surat itu, ia memberitahu jika seseorang yang bekerja di peternakan cerpelai, tempat budidaya cerpelai untuk diekspor bulunya, terinfeksi COVID-19.

Sebenarnya, wabah di peternakan cerpelai di Belanda pertama kali dilaporkan pada April 2020 lalu.

Baca juga: Fenomena Terdamparnya Ratusan Paus Pilot

Ketika itu, penjaga peternakan memberitahu jika, sejumlah cerpelai mengalami kesulitan bernafas hingga memicu penyelidikan lebih lanjut.

Dalam surat, Schouten melaporkan kesalahan dari kantornya jika manusia dapat menginfeksi hewan.

Namun, sebaliknya, ia menyebut Institut Kesehatan Masyarakat Belanda menduga adanya peluang penularan di luar kandang hewan.

Schouten sendiri tidak menjelaskan dalam suratnya mengenai kondisi terakhir pekerja tersebut.

Bulu cerpelai sering dipasarkan di Cina, Korea Selatan, Yunani, dan Turki.

Namun, setelah mendapat tekanan dari para pembela hak asasi hewan, pemerintah Belanda pada 2013 memutuskan melarang peternakan cerpelai.

Pemerintah Belanda menyebut, peternakan cerpelai yang sudah ada harus ditutup pada 2024.

Pemusnahan massal

Di tempat berbeda, menurut pejabat kedaruratan senior di kantor Oraganisasi Kesehatan Dunia (WHO) Eropa, Catherine Smallwood, cerpelai diduga rentan terhadap virus SARS-CoV-2 dan menjadi “inang yang baik” untuk penyakit tersebut.

Di tambah, virus tersebut bermutasi dan menyebabkan infeksi pada belasan orang di Denmark.

Denmark pun berencana untuk memusnahkan seluruh populasi cerpelai dan mengumumkan pembatasan ketat di utara negara tersebut untuk mencegah penularan virus COVID-19 pada binatang dan manusia.

Jadi, tentunya terdapat risiko bahwa populasi cerpelai ini dapat berkontribusi melalui berbagai cara penularan virus dari cerpelai ke manusia dan kemudian dari manusia ke manusia,” ujar Catherine lewat media sosial miliknya seperti melansir ANTARA dari Reuters.

Sementara itu, penelitian terhadap varian spesifik virus ini terlihat signifikan, ia menyebut jika “sangat normal” bagi virus berubah secara genetik berkali-kali.

Kami sedang melacak (perubahan) ini secara sangat hati-hati dan itulah sebabnya kami begitu tertarik pada informasi khusus ini,” ujarnya.

Dirinya menambahkan, hal itu seharusnya tidak mengubah cara pemerintah dan otoritas di seluruh dunia dalam upaya mengendalikan pandemi COVID-19.

Sementara itu, Direktur WHO untuk kawasan Eropa, Hans Kluge mengatakan, Denmark terus menunjukkan “tekad bulat dan keberanian” dalam menghadapi keputusan untuk memusnahkan populasi cerpelai yang berjumlah 17.000.000, yang akan memiliki dampak ekonomi yang luar biasa.

Fakta cerpelai Eropa

Cerpelai atau mink asal Eropa (Mustela lutreola), atau dikenal sebagai cerpelai Rusia dan cerpelai Eurasia, merupakan spesies semiakuatik dari mustelid asli Eropa.

Warnanya sendiri mirip dengan cerpelai Amerika, namun sedikit lebih kecil dan memiliki tengkorak yang kurang terspesialisasi.

Walau memiliki nama, bentuk, dan perilaku yang mirip, cerpelai Eropa tidak terkait erat dengan cerpelai Amerika, dan lebih dekat dengan singgung Eropa dan musang Siberia (kolonok).

Cerpelai Eropa sering ditemukan di hutan yang jarang membeku di saat musim dingin.

Hewan ini biasanya memakan voles, katak, ikan, krustasea, dan serangga.

Cerpelai Eropa sendiri masuk ke dalam daftar iUCN sebagai hewan yang “sangat terancam punah” karena pengurangan jumlahnya yang terus menerus.

Menurut iUCN, populasi cerpelai Eropa terus mengalami penurunan lebih 50% selama tiga generasi terakhir dan diperkirakan akan menurun hingga 80% selama tiga generasi berikutnya.

Jumlah cerpelai Eropa mulai menyusut selama abad ke-19, dengan spesies yang cepat punah di beberapa bagian Eropa Tengah.

Selama abad ke-20, jumlah cerpelai menurun di seluruh dunia, alasannya karena kombinasi beberapa faktor, termasuk perubahan iklim, serta penyakit yang disebarkan.

Termasuk populasi cerpelai Amerika yang berkurang akibat perusakan habitat, penurunan jumlah udang karang, dan hibridisasi dengan singgung Eropa.

Baca juga: Misteri Kematian Ratusan Gajah Afrika

Di Eropa Tengah dan Finlandia, penurunan populasi cerpelai mendahului berkurangnya cerpelai Amerika, kemungkinan besar disebabkan kerusakan ekosistem sungai.

Sementara di Estonia, penurunan populasi cerpelai Eropa juga bertepatan dengan penyebaran cerpelai Amerika Serikat.

Belakangan ini, populasi cerpelai Eropa semakin merosot tajam dikarenakan penyebaran COVID-19 yang bisa menyerang hewan ini.

Related News