• 20 April 2024

Sabana Kondo, Ladang Peternakan Merauke

uploads/news/2020/09/sabana-kondo-ladang-peternakan-557778f5e85c3d0.JPG

Terlihat potensi pertanian cukup bagus terutama sektor peternakan, karena kawasan di Kondo cukup luas dan hamparan padang rumput sabana.

MERAUKE - Hamparan sabana di Kampung Kondo, Distrik Naukenjerai, Kabupaten Merauke, Papua memiliki potensi pertanian yang luar biasa.

Hal itu baru diketahui oleh Customs, Immigration and Quarantine (CIQ) yang terdiri dari Bea Cukai, Imigrasi, Karantina Pertanian Kabupaten Merauke dan Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (SKIPM) Merauke, bersama Badan Pengelola Perbatasan Daerah (BPPD) Merauke, serta Satuan tugas (Satgas) Pengamanan Perbatasan (Pamtas) Yonif 125/Simbisa.

Baca juga: Kembalinya Kura-kura Moncong Babi

Ketika itu, mereka sedang melakukan patroli bersama di Kampung Kondo yang merupakan lintas batas laut pesisir selatan perbatasan Republik Indonesia (RI) dan Papua Nugini (PNG) baru-baru ini.

Terlihat potensi pertanian cukup bagus terutama sektor peternakan, karena kawasan di Kondo cukup luas dan hamparan padang rumput sabana. Kalau difungsikan secara komersil itu pengembangan peternakan seperti sapi, itu sangat luar biasa,” tutur Kepala Karantina Pertanian Merauke, Sudirman, SP kepada Jagadtani.id di ruang kerjanya, belum lama ini.

Ia mengatakan, ratusan hektare hamparan sabana tersebut hanya menjadi lahan kosong.

Pada saat musim hujan, kawasan itu menjadi pun danau.

Menurutnya, jika bisa disentuh teknologi, maka sangat cocok dimanfaatkan untuk sektor peternakan yang mampu mendongkrak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat.

Kalau bisa dibuat kanal di kiri-kanan. Jadi jalur ke Kondo ada jembatan, di tengah-tengah kawasan peternakannya, baru masuk ke wilayah Kondo, sehingga masyarakat asli perbatasan di wilayah ini ekonominya bisa terangkat. Kami sudah beri masukan kepada Badan Pengelola Perbatasan Daerah Merauke, agar di kawasan area pesisir Naukenjerai dan Kondo, ekonominya bisa berkembang,” lugas Sudirman.

Saat berpatroli, rombongan diberi informasi, Kampung Kondo diyakini masyarakat setempat merupakan tanah yang sakral.

Pemilik ulayat pun mengakui, kawasan tersebut tidak bisa diolah atau dibuka keterisolasiannya secara besar-besaran.

Terbukti, untuk sampai di Kampung Kondo, rombongan harus melalui medan yang menantang, karena akses jalan harus menyeberang sungai dan rawa hingga kubangan.

Baca juga: Pelepasliaran Burung Cenderawasih di TNW

Selain itu, sarana prasarana di Kampung Kondo masih perlu perhatian pemerintah dan secara kewilayahannya sangat jauh.

Adapun mata pencaharian masyarakat Kondo, hanya berkebun secara tradisional.

Meski demikian, pemukiman masyarakat sudah ditata rapi oleh pemerintah, tinggal mengelola kekayaan alam yang ada, berupa hutan dan sabana. 

Related News