• 25 April 2024

Terbang Tinggi Si Salak Pondoh

Karena, permintaan salak semakin membludak, akhirnya saya mengajak tetangga untuk membuat kelompok tani.

YOGYAKARTA - Baru-baru ini, salak menjadi salah satu buah yang populer di pasar domestik hingga ke pasar ekspor.

Buah dengan nama latin Sallaca zalacca ini, berkembang di berbagai kabupaten seperti di Sleman, Magelang, Padang Sidempuan, Karangasem, Enrekang, Lombok Barat, dan wilayah Indonesia lainnya.

Kabupaten Sleman merupakan salah satu sentra utama salak, khususnya salak pondoh.

Baca juga: Rahasia Tersembunyi Berbisnis Salak

Bahkan, tak sedikit petani Sleman yang ikut membudidayakan salak pondoh di kebun mereka sendiri.

Salah satunya Agung, petani asal Sleman yang juga pemilik dari Omah Salak.

Agung mengaku, sejak kecil sering mengikuti orang tuanya yang juga seorang petani untuk berkebun dan menjual buah salak di pasar tradisional.

Mulai dari pasar tradisional kami merintis ke luar daerah seperti Sumatera, Kalimantan, dan lainnya. Kebun awalnya hanya milik keluarga, kemudian kami bersihkan, rapihkan, lalu kami undang tamu atau wisatawan, agar bisa belajar langsung tentang salak dan bisa langsung memetik salak tersebut,” katanya saat di temui Jagadtani.id di Omah Salak di Jalan Perum Gadjah Mada Asri, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, belum lama ini.

Di kebun Omah Salak, Agung menanam jenis salak pondoh super.

Walaupun di kebunnya juga terdapat jenis salak lain seperti salak madu, salak gading dan lainnya, namun sebagian besar salak yang ia tanam merupakan salak pondoh.

Kalau saya lebih dominan tanam pada salak pondoh. Karena, permintaan salak semakin membludak, akhirnya saya mengajak tetangga untuk membuat kelompok tani. Kemudian, setelah membuat kelompok tani, dari sekitar tahun 2005 lah kita mulai kontrak ke Carrefour, kemudian tahun 2006 juga tambah kontrak ke Hypermart, kemudian 2007 kontrak ke Toserba Yogya, lalu akhir 2008 kita mulai merambah ke pasar ekspor hingga Asia Tenggara,” jelasnya.

Agung juga menyatakan, musim kemarau atau musim hujan pun tidak mempengaruhi tingkat produktivitas panen salak, hanya saja sedikit berpengaruh pada rasa salak yang dihasilkan.

Kalau di musim hujan, rasa salak lebih manis dibandingkan dengan salak musim kemarau,” kata pria berusia 40 tahunan itu.

Meskipun terkendala dengan adanya pandemi saat ini, Agung mengaku hal tersebut tidak mempengaruhi menurunnya harga salak pondoh.

Baca juga: Durian Ngantang yang Selalu Berbuah

Justru sebaliknya, permintaan buah salak saat ini bisa dibilang cukup tinggi.

Kalau harga kisaran saat ini mulai dari bulan Juli sampai Oktober, biasanya kan naik terus harganya, saat ini kisaran Rp12.000-15.000 per kilogram untuk jenis salak pondoh,” katanya.

Prospek ekspor salak ke luar negeri itu masih cukup bagus, masih terbuka lebar peluangnya dan juga belum ada kompetitor dari negara lain,” tutupnya.

Related News