• 27 April 2024

Untung Besar Budidaya Nilam

Tanaman lain terus mengalami penurunan, kalau harga nilam masih terbilang cukup tinggi, bahkan jauh lebih tinggi hasilnya daripada sawah.”

PARIGI MOUTONG - Hari menjelang siang, matahari nampak lagi semangat-semangatnya memancarkan sinar ke bumi hingga panasnya begitu terasa.

Wajar saja, Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah, merupakan salah satu daerah di Indonesia yang beriklim tropis.

Baca juga: Cegah Penyakit Ayam dengan Rempah

Dari kejauhan, nampak I Nyoman Budiasa, petani Dusun Baturiti, Desa Caturkarya, Kecamatan Balinggi, meletakkan hasil pertaniannya di lantai penjemuran.

Memang, musim panas seperti saat ini merupakan waktu yang tepat untuk melakukan aktivitas penjemuran hasil panen nilam yang membutuhkan matahari yang begitu terik.

Sebab, untuk mendapatkan hasil pengeringan terbaik, membutuhkan matahari selama dua hari atau setara dengan pengeringan menggunakan oven pada suhu 55 derajat celsius selama 24 jam.

Setelah beberapa jam melakukan aktivitas di penjemuran, Nyoman kemudian kembali lagi ke kebun yang lokasinya tidak jauh dari kediamannya untuk melakukan penyemprotan agar nilam terlindungi dari serangan hama.

Kebun tersebut bukan milik pribadi, ia hanya numpang menanam nilam di perkebunan kelapa milik warga.

Beberapa tahun terakhir, warga Kabupaten Parigi Moutong, terutama Dusun Baturiti, Desa Caturkarya ini mulai fokus membudidayakan tanaman nilam untuk meningkatkan perekonomian keluarga.

Hal itu disebabkan hasil pertanian lainnya seperti kakao dan kelapa tidak produktif lagi.

Sementara Nyoman sudah fokus bertani nilam selama tiga tahun.

"Tanaman lain terus mengalami penurunan, kalau harga nilam masih terbilang cukup tinggi, bahkan jauh lebih tinggi hasilnya daripada sawah," ujar Nyoman kepada Jagad Tani belum lama ini.

Tanaman nilam ini merupakan salah satu jenis daun-daunan yang memiliki kandungan minyak atsiri yang cukup tinggi.

Bahkan, Sahabat Tani perlu tahu, tanaman merambat ini mampu memberikan pemasukan devisa negara yang lumayan tinggi.

Ini karena minyak atsiri ini rata-rata diekspor ke mancanegara untuk bahan baku parfum.

Tak tanggung-tanggung, harganya bisa mencapai Rp1.000.000 per kilogram dalam bentuk minyak mentah.

Warga di dusun ini, menjual hasil nilam sudah dalam bentuk minyak karena tersedia dua tempat penyulingan.

Walau demikian, Nyoman merasa khawatir akan harga nilam yang mulai tidak stabil beberapa bulan terakhir.

Sebab, beberapa waktu lalu hasil minyak nilam yang dijual seharga Rp1.000.000 per kilogram, mengalami penurunan harga menjadi Rp530.000 per kilogram,

"Sempat naik beberapa waktu sekitar Rp600.000, namun kemudian turun lagi. Kayaknya kalau sekarang-sekarang ini gara-gara corona," tuturnya.

Nyoman menjelaskan, untuk budidaya nilam terbilang tidak susah dan cepat menghasilkan.

Sebab, nilam juga bisa ditanam di antara tanaman lain seperti pohon kelapa dan durian.

Biaya perawatannya pun jauh lebih rendah dibanding sawah.

Untuk per hektare-nya, hanya membutuhkan Rp3.000.000, mulai dari penyediaan bibit, penanaman, hingga pemupukan.

Sementara untuk sawah memakan biaya mencapai Rp10.000.000.

"Untuk masa panen berlangsung pada bulan keempat semenjak pertama kali tanam, tidak lama, makanya kami di sini semuanya sudah menanam nilam," ungkapnya.

Begitu juga dengan biaya dari sejak panen sampai menjadi minyak, hanya menghabiskan biaya sebesar Rp1.000.000.

Mulai dari sewa penyulingan, kayu bakar, dan ongkos pekerja di tempat penyulingan.

Hasil minyak yang didapatkan juga cukup banyak.

Dalam satu layar (istilah warga lokal), akan menghasilkan 11 kilogram minyak nilam.

Jadi tinggal dihitung saja, berapa uang yang didapatkan oleh petani.

Nyoman pun menjelaskan proses olahan setelah nilam dipanen.

Kata dia, nilam yang terkumpul diikat kemudian dipotong-potong menggunakan sensor.

Alasan menggunakan sensor, agar lebih cepat pengerjaannya.

Kemudian nilam yang telah dipotong-potong dijemur di bawah sinar matahari selama dua hari.

"Tergantung cuaca, kalau mendung, waktunya pasti molor," sebutnya.

Setelah kering, nilam kemudian dibawa ke dandang penyulingan.

Proses ini akan akan memakan waktu 24 jam hingga menjadi cairan yang bercampur antara air dan minyak.

Baca juga: Manfaatkan Waktu Bercocoktanam selama Pandemi

Proses pemisahan minyak dan air pun dilakukan secara tradisional.

Cukup menyediakan ember berukuran besar untuk menampung cairan itu.

"Nanti minyak dan air akan memisahkan diri, minyaknya di bagian atas, airnya di bawah, tinggal nanti kami pisahkan setelah embernya penuh," pungkasnya.

Related News