• 19 April 2024

Kenali Penyebab Gagalnya Indukan Discus

uploads/news/2020/03/kenali-penyebab-gagalnya-indukan-62936c9e6575005.jpg

Solusinya ada beberapa. Misalnya yang pertama, kita bisa pakai inang asuh.  Jadi dibagi dua anakannya. Hanya saja kendalanya, indukan yang kita jadikan inang asuh itu harus indukan yang juga sayang anak. Kalau tidak, anakannya bisa saja di makan oleh inang asuh tersebut.”

TANGERANG SELATAN - Bagi para pecinta ikan hias, tentu sudah tak asing mendengar nama ikan discus. Dalam pembudidayaannya sendiri pun masih minim, karena melihat cara pembudidayaan ikan discus yang cukup menantang. Tentunya, dalam merawat ikan discus penting sekali untuk memperhatikan kondisi yang dialami oleh indukan dan anakan selama masa breeding untuk menghasilkan ikan yang bagus dan berkualitas.

Namun, seringkali para breeder tak mengetahui beberapa hal penting yang menyebabkan gagalnya perawatan ikan discus, bahkan dapat berakibat matinya indukan. Itu sebabnya, perlunya perhatian yang khusus dalam breeding ikan discus. Inilah yang dilakukan Hendra Gandhi, pemilik Zora Discus dan Discus Learning Centre (DLC) dalam merawat ikan discus.

Baca juga: Pembesaran Ikan Discus di Kolam

Menurutnya, keunikan ikan discus yaitu, anak discus sangat bergantung pada indukannya, begitu pun sebaliknya. Saat masa bertelur dan menetas telah usai, anakan discus dalam waktu tiga hari akan berenang dan mulai menempel pada badan indukan. Menempel pun tak hanya sekadar menempel, melainkan mulai memakan lendir-lendir yang ada di sekitar tubuh sang indukan.

Bila pada manusia pasca melahirkan, sang ibu memberikan ASI pada anaknya. Maka pada ikan discus, indukan memberikan lendir-lendir di tubuhnya layaknya memberikan “ASI” pada anak-anaknya. Sebanyak apa pun jumlah anakan yang menetas, mereka tetap akan mengerubungi indukannya.

Yang perlu di perhatikan, apabila indukan memiliki badan yang kurang besar, namun  jumlah anakan yang menetas sangat banyak, 200 hingga 300 anakan. Maka, hal tersebut dapat menimbulkan masalah, yaitu tidak tercukupinya lendir yang dihasilkan oleh sang indukan.

“Solusinya ada beberapa. Misalnya yang pertama, kita bisa pakai inang asuh.  Jadi dibagi dua anakannya. Hanya saja kendalanya, indukan yang kita jadikan inang asuh itu harus indukan yang juga sayang anak. Kalau tidak, anakannya bisa saja di makan oleh inang asuh tersebut,” ucap Hendra saat ditemui di rumahnya di  Kelurahan Jelupang, Kecamatan Serpong Utara, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten kepada JagadTani.id belum lama ini.

“Mendapatkan indukan inang asuh itu termasuk hal yang cukup challenging juga, karena untuk mendapatkan indukan yang sayang anak orang lain atau indukan lain, itu cukup sulit juga,” tambahnya. 

Hendra pun menjelaskan, hal penting berikutnya yang harus di perhatikan yaitu dengan melihat ukuran tubuh indukan. Sebaiknya, ukuran tubuh indukan yang dicari yaitu 4,5 inci. Apabila tubuh indukan masih berukuran 3,5 inci, lalu anakan yang menetas pun banyak, dapat memunculkan masalah pada masa breeding tersebut.

“Karena anak-anak tidak kebagian rata untuk si lendirnya ini. Akhirnya, pertumbuhan pun terhambat. Sudah pertumbuhannya terhambat, anakannya kan lapar, akhirnya di hajar terus indukannya. Lalu lecet lah badan indukannya. Lecetnya itu bisa sampai luka borok, yang pada akhirnya bisa meninggal,” jelas pria berumur 34 tahun ini.

Dalam pemeliharaannya pun Hendra menjelaskan, untuk sering-sering memperhatikan setiap hari perkembangan indukan dan anakan.

Baca juga: Ikan Discus, Si Pipih Cantik

“Jadi, tantangan breeding discus itu adalah biasanya kalau misalnya airnya bagus, telurnya menetas banyak, hati hati pada titik tersebut karena kita harus observasi. Minimal sehari dua kali lah observasi untuk memastikan apakah indukannya masih sanggup untuk menjaga anak-anaknya atau tidak. Bisa sanggup memberikan lendirnya atau tidak,” ujarnya.

“Biasanya kalau sudah tidak sanggup itu, mereka akan miring-miring di pinggir akuarium. Terus kalau anak-anakannya mendekat, dia akan lari. Nah itu sudah sebagai pertanda bagi kita para breeder untuk hati-hati, karena si indukan ini bisa saja mati,” tutupnya.

Related News