• 26 April 2024

Terbangunnya Tujuh Industri Pakan Magot

uploads/news/2020/03/terbangunnya-tujuh-industri-pakan-33286010091e1e1.jpeg

Maggot berpeluang cukup besar untuk dijadikan sebagai bahan baku alternatif pakan berprotein tinggi bagi pertumbuhan ikan.”

JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan bangun tujuh unit model percontohan maggot skala industri. Direktur Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB), Slamet Soebjakto mengatakan, maggot memiliki peluang sebagai bahan baku alternatif pakan ikan yang dapat mengurangi penggunaan tepung ikan. Dengan kandungan nutrien yang lengkap dan kualitas yang baik, serta dapat diproduksi dengan kuantitas yang cukup dalam waktu singkat secara berkesinambungan.

“Maggot berpeluang cukup besar untuk dijadikan sebagai bahan baku alternatif pakan berprotein tinggi bagi pertumbuhan ikan”, jelas Slamet belum lama ini dalam keterangan tertulis KKP.

Baca juga: KKP Maksimalkan Produksi Pakan Magot

Slamet menuturkan, maggot mempunyai peluang sebagai bahan baku alternatif pakan ikan yang dapat mengurangi penggunaan tepung ikan, dengan kandungan nutrien yang lengkap dan kualitas yang baik serta dapat diproduksi dengan kuantitas yang cukup dalam waktu singkat secara berkesinambungan.

Menurut Slamet, rencana aksi pembangunan budidaya maggot tahun 2020 merupakan pembangunan tujuh unit model percontohan  maggot skala industri di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam Jambi, BPBAT Mandiangin, BPBAT Tatelu, Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, BPBAP Situbondo, dan Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang.

Slamet juga menjelaskan, maggot merupakan organisme yang berasal dari telur Black Soldier Fly (BSF), pada metamorfosis fase kedua setelah fase telur dan sebelum fase pupa yang nantinya akan menjadi BSF dewasa. Maggot dapat diproduksi dengan mudah dan cepat. Panen maggot dapat dilakukan mulai dari usia 10 hari hingga 24 hari, di mana telur BSF sudah menetas dan memasuki fase larva yang tumbuh sekitar 15-20 milimeter hingga sebelum masuk fase pupa.

Slamet menerangkan, maggot dapat diproduksi dalam waktu singkat. Selain itu, maggot juga dapat tersedia dalam jumlah melimpah dan sepanjang waktu, tidak berbahaya bagi ikan dikarenakan bukan vektor penyakit, serta maggot mengandung nutrisi sesuai dengan kebutuhan ikan yakni kandungan protein sebesar 40-48% dan lemak 25-32%.

“Produksi budidaya maggot tidak membutuhkan air, listrik, bahan kimia, dan infrastruktur yang digunakan relatif sederhana, serta maggot mampu mendegradasi limbah organik menjadi material nutrisi lainnya”, terang Slamet.

Keunggulan lain maggot antara lain, lanjut Slamet, teknologi produksi maggot dapat diadopsi dengan mudah oleh masyarakat, dan maggot dapat pula diproses menjadi tepung maggot (mag meal), sehingga dapat menekan biaya produksi pakan.

“Melihat potensi yang dimiliki dari produksi budidaya maggot, maka kita perlu pengembangan industri maggot. Pengolahan sampah organik melalui teknologi biokonversi maggot diharapkan juga berperan dalam mengurangi sampah organik dengan cepat serta dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru dan juga ketersediaan maggot sabagai bahan baku alternatif pakan tersedia sepanjang waktu”, tegas Slamet.

Namun, menjadikan maggot sebagai bahan baku alternatif pakan pada budidaya ikan memiliki tantangan tersendiri.

“Dibutuhkan ketekunan juga edukasi terhadap masyarakat terkait sampah organik merupakan sumber material yang masih memiliki nilai manfaat sebagai bahan baku media budidaya maggot, berawal dari sumbernya yaitu rumah tangga, sehingga harus dipilah mana organik dan anorganik. Kualitas maggot tergantung dari bahan baku media budidaya yang digunakan,” ujar Slamet.

Ketua Kelompok Pembudidaya Ikan Leles Lestari, sekaligus pembudidaya maggot, Yosep Purnama mengatakan, pakan ikan yang menggunakan bahan baku tepung maggot sebesar 30-35% terbukti menghasilkan Food Convertion Ratio (FCR) sebesar 0,8 untuk budidaya ikan nila, dan nilai FCR 0,85 - 0.95 untuk budidaya Ikan Mas dan Ikan Gurame.

“Penggunaan tepung maggot dapat menghemat biaya bahan baku pakan ikan sebesar 50-60% melalui Pakan Mandiri berbasis Maggot,” ujar Yosep.

Baca juga: Untung Besar dengan Jesika Mobile

Yosep menambahkan, larva BSF dapat diproses menjadi minyak sebagai pengganti lemak hewani atau minyak ikan dalam pembuatan pakan ikan, serta kandungan asam laurat yang tinggi, telah terbukti memiliki sifat anti-mikroba.

“Pembudidaya Ikan saat ini diberatkan oleh pakan yang mahal. Sehingga harapannya dengan budidaya maggot ini secara masif dan aksesnya mudah didapat baik secara volume maupun kualitas, yang nantinya memudahkan peluang peningkatan nilai tambah dan diharapkan dapat memberikan multiplier effect kepada pembudidaya ikan khususnya secara berkelanjutan serta mendorong pengembangan budidaya perikanan,” harap Slamet.

Related News