• 26 April 2024

Drone Pembasmi Hama Tanaman

uploads/news/2020/01/drone-pembasmi-hama-tanaman-55281dd7314fd60.jpg

Sistem pembasmi hama dan tanaman penyakit ini menggunakan edrone yaitu modul flight controller untuk drone yang dibuat secara mandiri dengan emampuan terbang secara autonomus.”

JAKARTA - Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM), berhasil mengembangkan inovasi sistem pembasmi hama dan penyakit tanaman melalui udara dengan memanfaatkan pesawat tanpa awak secara otonom. Menurut peneliti FMIPA UGM, Andi Dharmawan, serangan hama dan penyakit tanaman merupakan masalah yang kerap dihadapi petani di tanah air. Hal tersebut mengakibatkan penurunan hasil pertanian dan perkebunan yang dapat mengancam ketahanan pangan di Indonesia. Sementara itu, penanganan hama dan penyakit tanaman tidak bisa dilakukan dengan cepat akibat lahan yang cukup luas dan tersebar.

Oleh sebab itu, ia bersama tim peneliti lainnya dari Pogram Studi Elektronika dan Instrumentasi, Departemen Komputer dan Elektronika FMIPA, mengembangkan inovasi untuk mengatasi masalah tersebut. Angi mengatakan sistem ini dikembangkan dengan memakai pesawat tanpa awak (UAV) berjenis fixed wing. UAV ini dilengkapi dengan komponen elektronik seperti motor burshless, motor servo, GPS, telemetri, baterai, dan IMU6 DOF.

“Sistem pembasmi hama dan tanaman penyakit ini menggunakan edrone yaitu modul flight controller untuk drone yang dibuat secara mandiri dengan emampuan terbang secara autonomus,” katanya dalam keterangan tertulis UGM, belum lama ini.

Baca juga: Drone Harapan Petani Temanggung

Sedangkan secara mekanik dilengkapi dengan propeler 13”, maksimum take of weight 4 kilogram, serta bodi dan sayap yang dibuat dari hardfoam. Selain itu, dilengkapi pula dengan flight controller yang merupakan metode kendali Linear Quadratic Regulator (LQR). Tak hanya itu, UAV juga memiliki kemampuan untuk membawa pestisida yang nantinya akan disemprotkan untuk membasmi hama dan penyakit tanaman.

“Penggunaan flight controller ini diperlukan agar UAV bisa terbang dengan stabil dan menjalankan misi secara otonom,” terang dosen Prodi Elektronika dan Instrumentasi ini.

Di samping mengembangkan sistem pembasmi hama, Andi juga memanfaatkan UAV untuk fungsi lain, yaitu pemetaan tanaman. Ia bersama Agus Harjoko, membuat sistem teknologi pengenalan penyakit dan hama untuk mengidentifikasi berbagai jenis penyakit tanaman. Kali ini UAV dengan fixe wing dilengkapi dengan flight controller yang dapat terhubung dengan ground segmen yang didukung dengan menggunakan BTS Baloon. Nantinya, UAV akan melakukan pemantauan dan pemetaan pada wilayah yang ditentukan. Setelah itu, hasilnya diproses menggunakan artificial inteligence (AI) untuk mengidentifikasi wilayah yang terkena hama dan penyakit tanaman.

“Pemetaan dilakukan menggunakan tiga wahana fixed wing dan bisa memetakan hingga 200 hektare,” terangnya.

Related News