• 19 April 2024

De Javu Teror Flu Burung

uploads/news/2020/01/de-javu-teror-flu-41051f7bcd43cdc.jpg

Flu burung terdeteksi di Inggris dan di Polandia pada Desember 2019 dan awal Januari 2020.

JAKARTA - Kalkun di Polandia timur terdeteksi flu burung, demikian informasi otoritas pada Rabu (01/01) waktu setempat. Media setempat melaporkan jika wabah tersebut dapat menyebabkan pemusnahan 40.000 burung. Padahal berdasarkan data Eurostat, Polandia merupakan produsen unggas terbesar di Eropa dan tidak pernah mengalami wabah flu burung sejak 2017. Presiden Asosiasi Peternak dan Produsen Unggas Polandia, Andrzej Danielak mengatakan, tiga peternakan terancam terkena dampak, dengan total 350.000 burung terancam dalam radius tiga kilometer.

“Dinas kesehatan binatang sedang menerapkan prosedur pemberantasan virus dalam kondisi ini,” ujar otoritas setempat di daerah Lubartowski dalam siaran pers pada Selasa (31/12) yang diterima Reuters dilansir ANTARA.

Baca juga: Potensi Besar Ternak Puyuh

Otoritas juga menambahkan, virus tersebut merupakan subtipe flu burung H5N8 dengan patogen tinggi yang mampu mengancam manusia. Otoritas setempat juga mengatakan, pertemuan darurat telah digelar, sementara tayangan dari lembaga penyiaran swasta Polsat menunjukkan mobil polisi menutup jalan di area tersebut.

Sebelumnya, pemerintah Inggris juga mengatakan telah menemukan flu burung di peternakan ayam di Inggris timur pada Selasa (10/12) lalu, laporan tersebut merupakan sejak Juni 2017. Setidaknya, sekitar 27.000 unggas di peternakan tersebut dimusnahkan menyusul penemuan virus H5 yang digambarkan oleh Kementerian Pertanian sebagai “patogen rendah.”

 “Risiko dari virus tersebut bagi kesehatan masyarakat sangat kecil. Unggas dan produk unggas harus dimasak hingga matang, termasuk telur, sehingga aman untuk dikonsumsi,” tulis otoritas kesehatan.

De Javu

Momen yang sama juga pernah terjadi sebelumnya pada 2017 di China. Ketika itu, perayaan malam tahun baru menjadi mimpi buruk bagi pria berusia 53 tahun asal Provinsi Jianxi, China Selatan. Ia harus dilarikan ke rumah sakit setelah merasakan gejala demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot, dan mengalami gangguan pernapasan. Setelah pemeriksaan secara ketat, pria tersebut dinyatakan terjangkit virus flu burung H7N9.

Musim dingin di China kala itu menjadi masa-masa paling rawan. Setidaknya, ada 17 warga yang terjangkit virus flu burung dan dua diantaranya meregang nyawa. Sebelumnya, China juga pernah menghadapi gelombang penyebaran virus influenza avian pada akhir 2003 hingga awal 2015. Kala itu, virus yang ditularkan melalui unggas itu menewaskan 36 orang dan menelan kerugian hingga USD6 miliar di sektor pertanian.

Akibat serangan virus tersebut, pemerintah China pun memutuskan membakar lebih dari 170.000 unggas di empat provinsi. Sejumlah pasar unggas hidup juga ditutup, khususnya yang terindikasi virus flu burung. Teror penyebaran virus flu burung di 2017 tak hanya melanda daratan Negeri Tirai Bambu. Sejak akhir 2016, berbagai otoritas negara telah melaporkan jika unggas maupun penduduknya di sejumlah wilayah telah terjangkit virus mematikan tersebut.

Beberapa kasus juga melibatkan unggas liar yang rajin bermigrasi dari satu negara ke negara lain. Pada kasus lainnya, virus flu burung menghinggapi unggas di peternakan warga sehingga terpaksa dimusnahkan. Menurut laporan Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) pada 2 Desember 2016, Tunisia melaporkan wabah virus flu burung menulari burung-burung liar di wilayah utara. Wabah flu burung dikonfirmasi setelah otoritas terkait menguji 30 ekor burung liar yang mati pada November 2016 di Taman Nasional Ichkeul.

“Tunisia merupakan jalur migrasi utama burung liar dari Eropa ke Afrika selama musim dingin. Migrasi ini masih berlangsung dan virus itu terbawa oleh burung yang melintas, kata OIE, seperti dilansir Reuters yang dikutip Tirto.

Baca juga: Misteri Asal-Usul Ayam Cemani

Unggas liar yang terjangkit virus flu burung juga dilaporkan otoritas Iran pada 26 Desember 2016 saat lebih dari 1.000 unggas liar, sebagian besar angsa, ditemukan mati di daerah rawa Mighan, Iran tengah. Sementara flu burung menyebar di tujuh provinsi negara itu, 63.000 ayam bersama 800.000 butir telur yang sudah dibuahi dan anak ayam berumur sehari dimusnahkan di peternakan di Provinsi Qazvin. Sebanyak 725.000 unggas sudah dimusnahkan sejak pertengahan November 2016 di Iran menyusul sembilan wabah flu menurut laporan OIE.

Unggas peliharaan warga yang dilaporkan terjangkit virus flu burung juga terjadi di dataran Eropa. Pada 30 Desember 2016, Kroasia mengumumkan penyebaran kasus flu burung pada unggas di peternakan dekat perbatasan dengan Hongaria yang menewaskan 15 ayam dan bebek. Pada 22 Desember 2016, Inggris juga mengumumkan penemuan strain virus flu burung yang sangat menular pada seekor bebek liar yang ditemukan mati di Wales.

Pada 20 Desember 2016, Montenegro melaporkan kasus pertama flu burung setelah menemukan itik mati yang terinfeksi H5N8 di Danau Skadar yang terletak di timur negara tersebut. Jauh sebelumnya, wabah serupa juga terjadi di Lincolnshire, Inggris dan membuat pemerintah Irladia pada 17 Desember 2016 mendesak pemilik peternakan untuk meningkatkan kewaspadaan.

Sementara itu, pada 3 Januari 2017, Reuters juga melaporkan temuan otoritas Prancis jika serangan flu burung telah menjangkiti wilayah Deux-Sevres. Tes laboratorium terhadap unggas dan burung peliharaan di dekat Kota Niort diketahui dihinggapi flu burung jenis H5N8. Penemuan tersebut hanya berselang satu pekan usai dilaporkan virus flu burung pada angsa liar di Yunani.

Kembali ke Asia, jumlah unggas peternak yang dimusnahkan pada akhir 2016 jauh lebih besar. Jepang memusnahkan sekitar 210.000 ternak unggas di Hokkaido utara pada 18 Desember 2016, untuk menghindari penyebaran virus ke unggas di peternakan lain. Sedangkan pada 20 Desember 2016, Korea Selatan memusnahkan 19,11 juta bebek dan ayam akibat terjangkit strain virus Avian influenza yang menyebar dengan sangat cepat.

Saking cepatnya virus menyebar, sebanyak 204 peternakan di seluruh Korsel dikonfirmasi seabgai daerah terdampak infeksi per Desember 2016. Hal itu menjadi penularan paling buruk dan paling cepat sejak 19,37 juta unggas dimusnahkan dalam 669 hari antara 2014 dan 2015 akibat wabah virus H5N8. Kementerian Pertanian Korsel ketika itu menaikkan tingkat krisis Avian influenza ke posisi tertinggi dalam sistem empat tingkat di Negeri Gingseng itu.

Akibatnya, wabah flu burung tak hanya mengganggu sektor kesehatan, namun juga memukul sektor perekonomian. Korsel ketika itu mengalami krisis pasokan telur dari peternak karena banyaknya unggas yang dimusnahkan. Sejak wabah flu burung menyerang November 2016, Korsel sudah memusnahkan lebih dari 20 juta unggas atau 12,2% dari populasi unggas ternak.

Indonesia Waspada Flu Burung

Munculnya flu burung pada akhir 2019 telah diwaspadai oleh Kementerian Pertanian yang bekerja sama dengan Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) dengan dukungan dari Badan Bantuan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) dengan membuat program perluasan pengawasan flu burung di pasar unggas hidup atau live bird market (LBM).

Program pengawasan ini sendiri pertama kali diluncurkan pada 2009, tetapi hanya mencakup LBM di kawasan Jabodetabek. Dengan perluasan ini, kegiatan monitor virus flu burung H5N1 dan efektivitas program pengendalian flu burung dari daerah asal unggas hidup juga akan menjangkau wilayah di bawah pelaksana teknis balai veteriner di seluruh Indonesia.

“Sejak 2009, kegiatan pengawasan LBM berhasil memonitor kemajuan pengendalian flu burung, mengidentifikasi awal munculnya virus baru, dan mendata profil dasar pasar unggas hidup di wilayah target pengawasan,” kata Direktur Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementan, Fadjar Sumping Tjatur Rasa dalam keterangan tertulisnya, belum lama ini.

Baca juga: Silkie, Ayam Bernilai Jutaan Rupiah!

Berdasarkan data Kementan, angka tahunan kasus flu burung turun dari 2.751 pada 2007 menjadi 476 kasus pada 2018. Penyakit ini disebabkan oleh virus influenza yang menyerang semua jenis unggas domestik termasuk ayam, bebek, dan burung puyuh, serta dapat menyebabkan tingkat kematian yang tinggi pada manusia.

Flu burung sendiri merupakan penyakit yang dapat menular ke manusia atau bersifat zoonosis. Virus flu burung pertama kali masuk ke Indonesia sejak 2003 dan tercatat menyebar ke beberapa wilayah dalam beberapa tahun saja. Untuk melindungi kesehatan masyarakat dan produksi ternak unggas di Indonesia, pemerintah pun gencar melakukan program pengendalian dan penanggulangan flu burung, salah satunya lewat pengawasan.

“Kegiatan ini mampu memonitor sirkulasi virus flu burung baik virus H5N1 galur 2.1.3 ataupun 2.3.2 serta mendeteksi awal munculnya virus influenza baru, seperti pada surveilans virus H9N2 dan virus influenza A subtipe lainnya,” kata Luuk Schoonman dari Pusat Darurat Penyakit Hewan Lintas Batas (ACTAD) FAO.

Fadjar juga mengakui, berjalannya program pengawasan kali ini tak lepas dari kerja sama berbagai instansi di tingkat pusat maupun daerah, termasuk mitra kerja dan donor. Kendati demikian, ia mengakui masih banyak tantangan untuk menjamin keberlanjutan pengawasan LBM, terutama soal keterlibatan semua pihak untuk berbagai perencanaan dan pelaksanaan.

“Ke depannya semua pihak terkait diharapkan dapat merencanakan surveilans LBM sebagai bagian dari program pencegahan, pengendalian, dan penganggulangan flu burung di wilayah masing-masing serta memperkuat sistem monitoring virus flu burung secara daring,” tutup Fadjar.

Related News