• 27 April 2024

Manisnya Edamame Indonesia

uploads/news/2019/12/manisnya-edamame-indonesia-8434658330f9b98.jpg

Hari ini membuktikan bahwa edamame sebagai komoditas yang ada di Indonesia memiliki pangsa pasar dunia yang terbuka dan sangat luas untuk ditingkatkan.”

JAKARTA - Dengan memecahkan kendi, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, melepas ekspor edamame milik PT Mitra Tani Dua Tujuh (M27) sebanyak 92 ton atau empat kontainer senilai 2,6 miliar ke Jepang di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Kamis (26/12) kemarin.

“Hari ini membuktikan bahwa edamame sebagai komoditas yang ada di Indonesia memiliki pangsa pasar dunia yang terbuka dan sangat luas untuk ditingkatkan,” katanya seperti melansir ANTARA.

M27 sendiri hanya mampu memenuhi 5.000 ton dari permintaan Jepang sebesar 75.000 ton per tahun, sehingga menurut Syahrul pasar tersebut masih sangat luas. Ia juga mengapresiasi ekspor edamame yang dilakukan M27, apalagi makin banyak negara-negara yang membutuhkan edamame.

Menurutnya, edamame Indonesia dikenal sebagai edamame yang memiliki karakter tropis dan rasa yang khas, daya tahan bagus, dan kualitas yang luar biasa dan salah satunya berasal dari Jember. Sehingga, lanjutnya, dengan prosedur internasional yang ada perlu didorong ke tingkat dunia.

“Saya kaget melihat bahwa Indonesia memiliki pengelolaan edamame di Jember yang luar biasa. PT Mitra Tani 27 juga dikelola dengan baik, sehingga dapat memenuhi prosedur internasional untuk melakukan ekspor dan diharapkan bisa meningkat hingga tiga kali lipat,” ujarnya.

Baca juga: Ubi Tumbuh di Bawah Jati

 

Sementara itu, Wakil Bupati Jember, A. Muqit Arief mengatakan, edamame telah menjadi salah satu produk andalan Kabupaten Jember. Sehingga, tidak salah jika jenis kacang-kacangan tersebut sangat identik dengan Kabupaten Jember. Ia menjelaskan, Jember saat ini cukup kaya dengan berbagai produk pertanian, salah satunya produk unggulan M27 yang diekspor ke berbagai negara.

“Jember sebagai kabupaten agraris, sehingga begitu terasa pengaruhnya di dunia pertanian terhadap perkembangan kesejahteraan masyarakat dan seluruh gerak ekonomi di Jember sangat dipengaruhi oleh sektor pertanian,” tuturnya.

Keberadaan Edamame di Indonesia

Edamame atau mao dou dalam bahasa China, memiliki nama latin Glycine mas merupakan tanaman tropis yang masuk ke dalam sub familia polong-polongan yaitu salah satu varietas kedelai yang dipanen sebelum matang dan bercita rasa manis. Edamame berasal dari kata Jepang, eda yang berarti cabang dan mame berarti kacang. Orang Indonesia sendiri menyebutnya kedelai sayur atau yang lebih mudah disebut kedelai Jepang.

Melansir Indonesia.go.id, Tanaman edamame yang memiliki tinggi antara 30-50 sentimeter, merupakan tanaman semusim yang mulai berbuah 50-60 hari setelah tanam dan akan tumbuh tegak serta berbuah lebat. Ukuran edamame sendiri lebih jumbo dibanding kedelai sayur dengan lebar polong lebih besar, yaitu 1,4-1,6 sentimeter dan panjang 5,5-6,5 sentimeter. Dalam 100 biji kedelai sayur biasanya memiliki berat 11-15 gram, sedangkan dalam 100 biji edamame tanpa polong memiliki berat sekitar 30-50 gram.

Edamame juga diperjualbelikan bersama polongnya dalam keadaan beku. Edamame juga tumbuh subur di China dan Jepang. Selain itu juga tumbuh di Amerika Serikat (AS), Brasil, Chili, Thailand, Taiwan, dan Indonesia. Sebenarnya, edamame sudah ditanam di Indonesia sejak abad ke-17 untuk memenuhi kebutuhan para warga Jepang yang tinggal di Jakarta dan menanamnya di Lembang, Bandung.

Baca juga: Mengubah Tempat Sampah jadi Kebun

 

Sekitar 30 tahun lalu, saat kebutuhan Jepang mulai tinggi, beberapa pihak mulai membawa benih edamame dari Jepang untuk ditanam di Indonesia. Selain itu, benih yang berasal dari Taiwan juga dikembangkan di Tanah Air. Lahan yang dipilih yaitu Bogor dan Bandung, Jawa Barat dan Jember, Jawa Timur.

Ketika itu, proses pengembangan di Indonesia memakan waktu lama karena persilangan varietas harus dilakukan dan kecocokan lahan juga terus diupayakan. Setelah itu, baru diketahui jika kedelai asal Jepang ini hanya dapat tumbuh dengan baik di lahan dengan ketinggian sekitar 600 mdpl dengan varietas Ryokkoh, Chamame, Ocunami, dan Tsurunoko. Varietas R75 dari Taiwan juga cocok dengan iklim di Indonesia.

Selain di Bandung, Bogor, dan Jember, tanaman ini juga tumbuh dengan baik di Temanggung, Wonosobo, Magelang, dan Kendal, Jawa Tengah. Edamame yang berasal dari Jawa Tengah melayani permintaan dari Belanda, sedangkan edamame dari Jawa TImur yang diproduksi secara massal, banyak melayani permintaan dari Jepang. Selain dua negara itu, Indonesia juga mengekspor ke Amerika Serikat, Australia, Malaysia, dan Timur Tengah.

Kebutuhan global terhadap edamame sekitar 100.000 ton per tahun. Sedangkan produsen edamame di Jawa Timur yaitu perusahaan PTPN X hanya sanggup memproduksi 7.900 ton rata-rata per tahun. Dari jumlah tersebut, 68% dialokasikan untuk pasar global, sedangkan 32% dipasok untuk pasar domestik. Walaupun ceruknya masih kecil di pasar Eropa, produsen edamame di Jawa Tengah sanggup mengekspor sekitar 280-300 ton setiap tahunnya.

Pasar Indonesia juga mulai menyukai edamame, mereka biasanya memakan edamame yang direndam air terlebih dahulu dengan garam sebelum direbus untuk cemilan, diolah menjadi kue atau panganan lainnya. Walau dijual cukup mahal yaitu Rp30.000-35.000 per kilogram, produsen edamame mencatat peningkatan minat pasar domestik sekitar 20-25% setiap tahunnya.

Komersial sejak Zaman Edo

Hal yang membuat orang Jepang tergila-gila pada edamame yaitu, cemilan ini menyehatkan. Apalagi orang Jepang juga sangat terobsesi jika berbicara soal kesehatan dan makan makanan yang sehat seperti sushi, tahu, dan ramen. Edamame sendiri menjadi keempat yang menyehatkan karena mengandung gizi lengkap, mulai dari protein, lemak sehat, karbohidrat, folat, vitamin A, B, C, E, dan K, mineral, zat besi, kalium, zinc, hingga magnesium.

Kedelai pertama kali diperkenalkan di Jepang pada periode Yayoi (200-250 SM). Lalu kedelai fermentasi seperti miso, kecap, dan natto yang berasal dari Dinasti Tang, China dibawa ke Jepang pada periode Yamato (300-710) dan periode Nara (710-794). Tiga fermentasi kedelai itu akhirnya menjadi tulang punggung masakan tradisional Jepang. Kebiasaan makan kedelai sayur juga tercatat dalam arsip kekaisaran pada periode Heian (794-1185) dan mulai menjadi komersial pada periode Edo (1603-1868). Pada masa itu, disebut makanan cepat saja, karena mereka memegang batang edamame sambil berjalan.

Baca juga: Makin Manisnya Buah Kurma

 

Musim panen edamame di Jepang Selatan yaitu pada Juni, sedangkan di Jepang Utara pada September. Sedangkan musim terbaik untuk menikmati kedelai sayur ini yaitu pada musim panas, Maret-Mei. Edamame mulai dipasangkan dengan sake atau bir dingin pada sekitar 1960-an. Saat itu, lemari es mulai banyak dimiliki keluarga Jepang, sehingga mereka menyimpannya di kulkas.

Jika orang Jepang menghabiskan waktu di Izakaya (semacam pub atau kafe untuk minum sake) saat musim panas, maka teman sempurna untuk sake dingin yaitu edamame. Di kafe tersebut mereka juga menghidangkan tsukemono (sayur asam), eihire (sirip ikan pari kering), dan ayam goreng nankotsu.

Related News