• 29 March 2024

Harga Telur Jabodetabek Masih Anjlok

uploads/news/2021/09/harga-telur-jabodetabek-masih-1225033bb4a4d17.jpg

“Hingga hari ini per tanggal 10 September 2021, harga telur di daerah Jabodetabek masih anjlok di Rp 17.300 per kilogramnya”

JAKARTA – Beberapa hari ini, harga telur ayam di sejumlah daerah mengalami penurunan yang cukup drastis. Di daerah Pati, Jawa Tengah, peternak ayam petelur mengeluh harga telur semakin sekarat di harga Rp 16.500 per kilogram. Sementara di Gresik dan Blitar, Jawa Timur, harga telur sempat anjlok level Rp 14.000 per kilogram. Demikian wilayah Jabodetabek pun ikut merasakan harga telur yang semakin turun drastis.

“Hingga hari ini per tanggal 10 September 2021, harga telur di daerah Jabodetabek masih anjlok di Rp 17.300 per kilogramnya,” ungkap Rizal, salah satu peternak ayam layer asal Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, saat di wawancarai reporter Jagadtani.Id melalui sambungan telepon.

Baca juga: Memilih Telur yang Sehat Dikonsumsi

Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3 hingga 4 di sejumlah wilayah di Pulau Jawa masih menjadi penyebab utama harga telur yang belum stabil hingga saat ini. Beberapa peternak mengaku, pembatasan pergerakan ini telah mengganggu pendistribusian telur dari kalangan peternak menuju kota-kota besar seperti DKI Jakarta dan Jawa Barat.
Selain itu, kata Rizal penyebab anjloknya harga telur ayam akibat meningkatnya harga pakan yang membuat para peternak ayam layer ketir-ketir menanggung beban harga, sedangkan harga penjualan telur telur tidak diimbangi.

Belum lagi biaya produksi bagi peternak juga semakin tinggi, sedangkan di pasaran minat masyarakat untuk pembelian telur sedang menurun. Permintaan telur mengalami penurunan signifikan akibat pukulan pandemi Covid-19. Beberapa pangsa para peternak tidak lagi memesan telur.

“Penyebabnya, pemerintah itu sekarang sedang pakai jagung lokal. Jadi harga pakan menjadi mahal. Dan harga pakan ini sudah 6 kali naik dalam 6 bulan terakhir. Lalu, dengan harga pakan yang naik ini, harga telur tidak diimbangi,” ungkap ayah empat anak itu.

Baca juga: Serba-Serbi Telur Angsa

Untuk saat ini, permintaan telur hanya berasal dari konsumsi rumah tangga dan industri rumah tangga. Sayangnya, permintaan ini tidak sebanyak permintaan agen-agen dan pangsa langganan biasanya. Hal ini menyebabkan permintaan telur terus menurun.

“Melalui keadaan ini, peternak harus inisiatif atau mampu mencari solusi dalam hal penjualan,” tutupnya.

Baca juga: Mengenal Lebih Dekat Telur Infertil

Related News