• 24 April 2024

Desa Kepel Bangkit dengan Porang

uploads/news/2021/09/desa-kepel-bangkit-dengan-77747b11f43040b.jpeg

Sejak budidaya porang, Desa Kepel mengalami kenaikan perekonomian. Perputaran uang di Desa Kepel mampu mencapai 6 Milyar per tahun 2020

JAKARTA – Tidak sedikit masyarakat yang beranggapan bahwa sektor pertanian dinilai menjadi sumber yang kurang potensial untuk menunjang kehidupan. Padahal, pertumbuhan sektor pertanian di Indonesia unggul dibanding sektor lain seperti pertambangan, pengolahan, perdagangan. Sektor pertanian, perkebunan, menyumbang pertumbuhan positif pada perekonomian Indonesia.

Bahkan, Presiden Joko Widodo begitu optimis pada sektor pertanian salah satunya melalui tanaman porang. Jokowi mengatakan, porang memiliki prospek cerah dan menjadi salah satu komoditas yang banyak di cari di pasar mancanegara.

Sejak 2017, Desa Kepel, Kecamatan kare, Kabupaten Madiun, provinsi Jawa Timur mulai membudidayakan tanaman porang. Porang yang belum banyak dikenal secara umum oleh masyarakat Indonesia, sebenarnya memiliki potensi yang cukup besar bagi perekonomian.

“Sejak adanya porang di desa kami, ekonomi masyarakat semakin terangkat. Untuk tahun 2019, uang yang berputar di desa kami kurang lebih mencapai 3 milyar itu pun hanya dari porang saja, belum di hitung dengan tanaman jenis lainnya. Kemudian di tahun 2020 semakin meningkat mencapai 6 milyar,” ungkap Afif, salah satu petani porang dari Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sarwo Asih di Desa Kepel.

Baca juga: Porang Ubah Nasib Para Pengangguran

Afif yang juga bergerak di Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) menjelaskan, perputaran uang didesanya ini, dihitung berdasarkan jumlah panen porang yang dihasilkan oleh masyarakat. Di desa Kepel, disediakan satu juta polybag porang untuk dijual dan dilengkapi dengan penjualan bibit porang. Ditambah lagi, banyak peserta-peserta dari berbagai luar daerah yang berkunjung untuk belajar langsung mengenai edukasi porang.

Pria berusia 28 tahun ini mengungkap, dari porang perekonomian mereka jauh meningkat. Bahkan, kenaikan ekonomi didesanya membuat masyarakat lebih berani dalam dunia pendidikan. Kata Afif, dulu sarjana sangat minim di desanya. Jumlah masyarakat yang menyandang gelar sarjana bisa di hitung jari. Melalui porang, semakin banyak masyarakat yang mampu mengeyam pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi.

“Masyarakat sekarang sudah berani menyekolahkan anak-anak mereka hingga ke bangku kuliah berkat porang ini. Anak-anak di desa kami banyak yang sekolah sampai ke Malang, Jakarta, IPB Bogor dan masih banyak lagi. kalau dulu hanya disekitar sini saja,” cerita Afif kepada reporter Jagadtani.Id saat di hubungi melalui sambungan telepon.

Dahulu, mayoritas petani di Desa Kepel cenderung menanam tanaman singkong. Sayangnya, harga singkong hanya mampu bertahan di angka Rp 1500 per kilogramnya. Afif mengatakan, harga singkong bahkan terus menurun hingga mencapai Rp 500. Afif bersama anggota Gapoktan Sarwo Asih melihat porang memiliki prospek cerah bagi para petani karena memiliki harga yang bagus, stabil bahkan cenderung naik. Afif mengaku, perawatan porang cukup mudah dan tidak sulit atau membutuhkan perawatan yang intens seperti padi, cokelat, dan jenis lainnya.

“Yang penting kita sering cek dan lakukan penyiangan. Paling satu minggu sekali, dua minggu sekali di cek. Beda sekali dengan padi harus penyemprotan dan lain-lain. Daripada padi lebih enak porang kalau menurut saya,” katanya.

Baca juga: Mengapa Porang Asing di Indonesia

Afif juga menambahkan, “Selain itu, porang adalah komoditas yang dicari hingga ke ranah mancanegara seperti Jepang, China dan lainnya. Kemudian, pasarnya jelas dan kebutuhannya besar. Selain Karena pola tanam yang mudah, masa depan porang juga cerah,” tambahnya.

Meski porang memiliki harga yang cukup stabil, Afif juga berharap pemerintah mampu menjaga kestabilan harga porang apalagi saat porang mulai dikenal semakin luas.

“Saya rasa permasalahan porang itu ada di pasarnya. Kita butuh pemerintah untuk menstabilkan harga pasar agar tidak di monopoli oleh pedagang besar termasuk pedagang besar dari dalam maupun luar pasar,” ungkapnya.

Semakin banyak mengenal porang, Afif bersama anggota Gapoktan Sarwo Asih semakin semangat terus menggaungkan edukasi porang, khususnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi di desanya. “Kami arahnya untuk permberdayaan desa, bukan ekonomi kapitalis. Jadi kami bangkit bersama-sama,” tutupnya.

Baca juga: Untung Besar Bisnis Tanaman Porang

Related News