• 26 April 2024

Menanti Pasangan Badak Kalimantan "Pahu"

uploads/news/2021/04/menanti-pasangan-badak-kalimantan-19036542c24c39e.jpg

"diharapkan dapat menghasilkan anak-anak badak, agar populasinya bertambah"

Jakarta - Komitmen Kalimantan Timur dalam aksi darurat penyelamatan badak sumatera tetap ditunjukkan. Provinsi ini, tepatnya di Kutai Barat dan Mahakam Ulu, merupakan wilayah persebaran badak sumatera yang ada di Kalimantan. Sejauh ini, badak Pahu yang berada di Suaka Badak Kelian, di Kabupaten Kutai Barat, masih menunggu pejantan untuk dikawinkan.

Balai Konservasi Sumber Daya Alam [BKSDA] Provinsi Kalimantan Timur [Kaltim], belum memutuskan untuk penangkapan badak baru. Pasalnya, sejak pandemi COVID-19 merebak, BKSDA lebih fokus pada perlindungan. Setelah kondisi benar-benar normal, barulah segala rencana yang telah disusun untuk penyelamatan badak dilakukan kembali.

Dikatakan PEH SKW II Tenggarong, BKSDA Kaltim, Jono Diputro, Pahu dalam kondisi baik. Selain mengutamakan kesehatan, BKSDA juga memperketat perlindungannya di Suaka Badak Kelian. “Pahu sehat dengan penjagaan maksimal. Saat ini, fokus perlindungan di masa pandemi ditingkatkan,” katanya.

Disebutkan Jono, Pahu merupakan badak betina yang ditangkap di Kutai Barat. Dia dipindah ke Suaka Badak Kelian tahun lalu, untuk mendapat perawatan intensif. Organ reproduksinya, diharapkan dapat menghasilkan anak-anak badak, agar populasinya bertambah. “Setelah corona berlalu, kami mulai gerak lagi,” sebutnya.

Pahu saat ini ditangani oleh tenaga-tenaga profesional di bawah koordinasi BKSDA Kaltim dibantu mitra NGO. Dalam catatan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan [KLHK], postur tubuh badak pahu lebih kecil dibanding badak sumatera di Pulau Sumatera.

Pahu memiliki panjang badan 200 cm dan tinggi 101 cm. Saat pertama kali masuk karantina, beratnya sekitar 320 kg. Di dalam suaka, Pahu mendapat nutrisi melalui asupan pakan rutin hingga berat badannya meningkat menjadi 360 kg.

Baca Juga: Penyebab Badak Sumatera Hampir Punah

Kepala BKSDA Kaltim, Sunandar Trigunajasa menambahkan, BKSDA perlu melakukan perlindungan ketat keberadaan badak sumatera di Kutai Barat. Pasalnya, badak sumatera adalah satwa yang populasinya sedikit di alam liar. Perkembangbiakannya tidak mudah, karena hidupnya penyendiri atau soliter.

“Badak Pahu dijaga khusus, tujuannya agar tidak terganggu. Saat ini, penjagaan lebih ketat, tidak boleh ada kunjungan. Utamanya antisipasi penyebaran wabah COVID-19,” tuturnya.

Akademisi sekaligus peneliti dari Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman, Rustam Fahmy, mengatakan saat ini Suaka Badak Kelian menggunakan strategi penyelamatan yang berlaku nasional. Namun, beberapa peneliti, termasuk dirinya, mengusulkan juga penyelamatan dilakukan di alam, dengan penyelamatan habitat.

“Penyelamatan badak dengan cara dikandangkan kemudian dilakukan breeding atau kawin di kandang,” jelasnya.

Baca Juga: Cara Menyelamatkan Badak Sumatera

Rustam menerangkan, Pahu merupakan badak kedua yang ditangkap dalam program penyelamatan badak di sanctuary. Sebelumnya, ada Najaq yang ditangkap, namun tidak bertahan lama, berujung kematian.

“Suaka Badak Kelian berada di lahan bekas perusahaan PT. Kelian Equatorial Mining [KEM] yang telah direklamasi. Salah satu alasan didirikannya Suaka Badak Kelian adalah menghindari perburuan,” jelasnya.

Saat ini, selain makanan memadai, badak juga memerlukan habitat yang aman untuk keberlangsungan hidupnya. “Badak membutuhkan habitat yang aman, tidak terganggu oleh alih fungsi lahan dan perburuan,” ujarnya.

Baca Juga: Menengok Rumah Gajah Sumatera

Selain di Kutai Barat, ada juga badak yang diketahui berada di hutan Kabupaten Mahakam Ulu. Namun, BKSDA belum memutuskan melakukan penangkapan, karena masih belum mendapat persetujuan masyarakat setempat.

Informasi penolakan, tersebar melalui surat penolakan pemindahan badak di Mahakam Ulu ke Kutai Barat, ditandatangani langsung kepala adat. “Sebelumnya, ada rencana penangkapan,” paparnya.

Baca Juga: 9 Fakta Kuda Nil

Related News