• 18 April 2024

Sistem Pertanian Permakultur Jaga Ekosistem

uploads/news/2021/04/mengenal-pertanian-berkelanjutan-sistem-86235769d3bc8b8.jpg

"Sebetulnya ada sistem pertanian yang bisa selaras dengan alam tanpa menimbulkan kerusakan, yaitu konsep permakultur"

JAKARTA – Sektor pertanian memegang peranan penting bagi perekonomian nasional sebuah negara khususnya bagi negara Indonesia yang telah lama dikenal sebagai negara agraris. Mirisnya, jumlah petani di Indonesia kian berkurang setiap tahun. Krisis pada sektor pertanian Indonesia tak hanya sampai disitu, saat ini banyak sekali petani di Indonesia yang masih menerapkan pola tanam secara monokultur pada lahan pertanian mereka.

Padahal, pola tanam monokultur memiliki berbagai dampak negatif, seperti kerusakan lingkungan akibat pemakaian pestisida secara berlebihan, tidak memutus rantai organisme penyakit tanaman, hasil kurang memadai bagi para petani apabila harga di pasaran sedang turun, dan semakin berkurangnya keanekaragaman jenis tanaman pertanian. Sebetulnya, ada sistem pertanian yang bisa selaras dengan alam tanpa menimbulkan kerusakan, yaitu konsep permakultur.

Baca Juga: Berkebun dengan Veltikultur Babe

Lena Karolina bersama keluarga kecilnya memanfaatkan sebuah lahan tak terpakai dengan luas kurang lebih 200 meter yang mereka namakan Kebun Pahlawan 10. Dengan menerapkan konsep permakultur pada kebunnya, Lena dan keluarganya menanam banyak jenis tanaman di kebun tersebut.

“Jadi kenapa konsep kami ini permakultur? Karena ada tanaman-tanaman liar, namun kami tidak menyebutnya sebagai gulma. Bahkan kami tetap memproduksinya dan mempertahankan karena sebenarnya tanaman liar ini bisa dikonsumsi. Contoh tanaman liar yang ada di kebun saya ini adalah gingseng jawa, ini salah satu contoh gulma namun sebetulnya masih bisa dijual kembali dan dimanfaatkan. Misalnya dijadikan sebagai asinan, topping makanan, dan masih banyak lagi,” ujar Lena saat ditemui di jalan Pahlawan nomor 10 RT 2 RW 10 Kelurahan Kebayoran Lama Utara, kecamatan Kebayoran Lama, Kota Jakarta Selatan. Provinsi DKI Jakarta.

Baca Juga: Berani Jadi Pahlwan Pertanian Kota

Ibu dari dua anak ini menegaskan, “Konsep permakultur juga tidak membuat kami jadi monokultur, jadi ada bermacam-macam sayuran, sehingga kita tidak makan jenis sayuran yang itu-itu saja. Bosan kan kalau sampai makan satu jenis sayuran saja? Bisa ganti menu dari daun bayam, singkong, kangkung, resep menu hasilnya bisa bermacam-macam. Bunga labu bisa jadi tempura, kemudian juga bisa jadi garnis atau hiasan makanan dan lain sebagainya,” tambahnya.

Perempuan yang juga pendiri dari Sustainable Indonesia ini mengatakan, minimnya pengetahuan masyarakat Indonesia mengenai jenis-jenis sayuran membuat sayur yang dikonsumsi kebanyakan orang hanya beberapa jenis saja padahal di Indonesia masih banyak sekali jenis sayuran yang bisa ditanam dan dikonsumsi. Selain itu, perempuan kelahiran tahun 1984 ini menceritakan, dengan konsep permakultur akan menciptakan pertanian guna menjaga ekosistem alam secara berkelanjutan.

Baca Juga: Memastikan Kesehatan Tanah Sebelum Berkebun

“Kita targetnya itu tidak mau membunuh hewan-hewan yang hinggap di tanaman, biarkan ekosistemnya berjalan seperti itu, karena hewan-hewan tersebut memang bagian dari siklus alam juga. Biarkan alam yang bekerja,” tegas Lena.

Menurut mantan kepala sekolah ini, konsep permakultur menggunakan bahan-bahan organik yang terbukti meningkatkan kesuburan tanah serta membuat jenis tanaman yang lebih kompleks pada suatu lahan.

“Jadi misalnya kita sedang tanam kangkung dan bayam, kemudian kangkungnya terserang hama, kita masih punya tanaman bayam. Ibaratnya gini, berarti kangkung itu jatahnya hewan, dan si bayam itu jatahnya untuk kami di musim ini. Sesuai dengan musimnya saja,” ungkap Lena.

Baca Juga: Pandemi Munculkan Inovasi Ketahanan Pangan

Lebih lanjut Lena menjelaskan, biasanya manusia sering menggunakan bahan kimiawi pada lahan pertaniannya sehingga tak jarang menghilangkan salah satu faktor alami yang sebenarnya mampu membuat bibit lebih subur. Misalnya seperti lalat buah.

“Terkadang manusia karena terlalu kreatif akhirnya mencoba-coba beragam cara untuk mengolah pertanian secara kimiawi. Padahal simpel bisa sesuai alur dari alam seperti adanya lalat buah, kemudian juga cara perawatannya mudah hanya di kasih pupuk organik, disiram kemudian kalau ada tanaman penghambat tinggal di pilah, begitu saja,” tutupnya.

Related News