• 29 March 2024

Momentum Bangkitnya Ikan Hias Nasional

uploads/news/2021/03/momentum-bangkitnya-ikan-hias-54103519df5c93a.jpg

Perlu adanya perpaduan, baik itu kontes (ikan hias), training, dan juga pengembangan. Supaya bisa menggerakkan wisata juga.”

JAKARTA - Belum lama ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) meresmikan Pusat Koi dan Maskoki Nusantara di Raiser Ikan Hias Cibinong (RIHC), Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono mengaku optimis, industri ikan hias Indonesia akan semakin tumbuh.

Apalagi, produk ikan hias tidak hanya diminati pasar domestik, tapi juga pasar di luar negeri.

Berdasarkan catatan KKP, ekspor ikan hias Indonesia senilai USD 33.000.000 pada 2019, meningkat signifikan dari 2012 sebesar USD 21.000.000.

Baca juga: Menjaga PH Air Pada Louhan

Nilai ekspor ikan hias Indonesia pada 2019 ini merupakan 10,5% dari pasar ikan hias dunia.

Hal ini membuat Indonesia tak pernah absen menjadi lima besar negara pengekspor ikan hias sejak 2010 dan menjadi yang terbesar di dunia pada 2018.

Komoditas ikan hias ekspor Indonesia antara lain, napoleon wrasse, arwana, cupang hias, dan maskoki.

Sedangkan negara tujuan utama ekspor ikan hias Indonesia yaitu, China, Amerika Serikat, Rusia, Kanada, dan Singapura.

Trenggono mengatakan, optimalisasi potensi produksi dan ekspor ikan hias Indonesia ke pasar dunia dalam pengembangannya harus tetap memperhatikan perlindungan dan pelestarian.

Ketelusuran, sertifikasi, registrasi dan prinsip kehati-hatian juga harus menjadi perhatian.

Antara ekologi dan ekonomi harus sama-sama dijaga,” ujar Trenggono dalam pernyataannya.

Menurutnya, Pusat Pengembangan dan Pemasaran Ikan Hias - RIHC, Bogor ini ditujukan untuk menyiasati peluang pasar baru dan promosi.

Serta, lebih memacu dan meningkatkan pangsa pasar ikan hias Indonesia di dunia internasional.

Apalagi, raiser ikan hias ini satu-satunya fasilitas pengembangan dan pemasaran ikan hias terbesar milik pemerintah.

Trenggono pun berharap, kehadiran raiser ikan hias di Cibinong, selain menjadi pusat pengembangan industri dan pemasaran ikan hias, juga dapat meningkatkan kualitas, menjadi penyangga stok, sarana edukasi dan pusat informasi ikan hias Indonesia.

"Perlu adanya perpaduan, baik itu kontes (ikan hias), training, dan juga pengembangan. Supaya bisa menggerakkan wisata juga," terangnya.

Sementara itu, pelaku usaha ikan hias menyambut baik hadirnya Pusat Ikan Koi dan Maskoki Nusantara di RIHC.

Sebab keberadaannya akan mendorong majunya industri ikan hias dalam negeri.

Salah satu yang mengapresiasi keberadaan raiser ikan hias di Cibinong, Reza Stefanus, yang mengaku sudah 15 tahun menekuni usaha ikan hias.

Menurutnya, raiser sangat membantu komunitas dan pedagang ikan hias dalam mempromosikan mas koki juga koi.

"Dengan adanya raiser, kami sangat terbantu dalam penyediaan sarana dan prasarana, penyediaan gedung yang baik, tersedianya aquarium yang sesuai standar pemeliharaan ikan hias, tersedianya air bersih yang sudah teruji untuk kadar PH dan lainnya. Kemudian tersedianya pasokan listrik yang cukup penting untuk aerasi dan kelangsungan hidup ikan hias selama pameran," beber pemilik Reza Goldfish Farm ini.

Sementara itu, Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Artati Widiarti menerangkan, Indonesia memiliki 4.552 jenis spesies ikan hias, bahkan 440 diantaranya merupakan endemik tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Besarnya potensi sumber daya adalah anugerah bagi Bangsa Indonesia yang seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai penggerak ekonomi nasional, penyedia lapangan kerja, dan memiliki potensi besar sebagai penghasil devisa negara,” ungkap Artati.

Meski begitu, saat ini pembudidaya ikan hias Indonesia umumnya masih berskala kecil.

Selain itu, jenis ikan, waktu pengiriman, dan modal yang mereka miliki cenderung terbatas.

Ditambah lagi, dengan kualitas produk yang relatif masih rendah.

Sedangkan untuk para penangkap ikan hias endemik, kendala yang dihadapi yaitu penangkapan yang biasanya dilakukan secara musiman dan sangat tergantung pada potensi stok ikan.

Solusi bonus demografi

Walau begitu, Artati optimis jika ikan hias akan menjadi salah satu solusi untuk mengatasi bonus demografi yang akan dialami Indonesia nantinya.

Ke depan bisnis ikan hias menjadi salah satu solusi yang dapat ditawarkan juga untuk mengatasi bonus demografi. Namun demikian, usaha ini harus didesain menjadi usaha yang besar dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Oleh karenanya, para pelaku harus dibekali dengan kemampuan manajerial usaha yang mumpuni,” ujar Artati. 

Artati juga mengatakan, pelaku usaha ikan hias selama ini berhasil memanfaatkan masa-masa di rumah saja sebagai peluang untuk mengembangkan bisnis.

Bahkan sampai membuat booming bisnis ikan hias di Tanah Air.

Yang awalnya memelihara ikan hias sebagai hobi, saat ini menjadi bisnis yang menggiurkan,” kata Artati.

Sementara itu, Direktur Usaha dan Investasi, Dirjen PDSPKP, KKP, Catur Sarwanto, optimis jika para pelaku usaha ikan hias mampu mengembangkan usahanya lewat bimbingan teknis (bimtek).

Dalam bimbingan teknis (bimtek) manajemen usaha ini, menghadirkan pelaku usaha ikan hias yang berhasil, lembaga pembiayaan dan tim Go UKM, agar mampu membangkitkan pelaku usaha mengembangkan usahanya,” ujar Direktur Usaha dan Investasi, Ditjen PDSPKP, Catur Sarwanto saat membuka bimtek Minggu lalu. 

Menurutnya, bimbingan teknis ini penting diikuti pelaku usaha ikan hias khususnya yang baru memulai.

Tujuannya, agar mereka memiliki gambaran dalam mengembangkan bisnis ikan hias yang digeluti.

Baik dari sisi manajemen, perizinan usaha, pembiayaan, juga konsep promosi yang menarik dan kekinian.

Bahkan melalui bimtek, dapat menjadi peluang bagi pelaku usaha ikan hias dalam memperluas jaringan pasar.

Muyke Febriana, pelaku usaha ikan hias Minaqu yang telah berhasil melakukan ekspor ke Amerika dan Maladewa, meyakinkan jika usaha ikan hias sangat menjanjikan.

Namun dalam pengembangan usahanya dibutuhkan ketekunan mulai pembudidayaan, penanganan hingga pemasaran,” kata Muyke.

Muyke juga menjelaskan, untuk mencapai tahap ekspor dibutuhkan beragam upaya dari pelaku usaha dalam mencari pasar potensial.

Komoditas ekspor ikan dan tanaman hias dari Indonesia sangat beragam jenisnya, sehingga membuka peluang bagi para pelaku usaha dapat mengembangkan pasarnya di luar negeri.

Bagi pelaku usaha yang berminat untuk melakukan ekspor, Minaqu bersedia bekerjasama dalam fasilitasi proses ekspor namun yang terpenting adalah sudah memiliki pasar yang jelas,” tawar Muyke.

Baca juga: Mengenal si Agresif, Ikan Komet

Sementara itu, menurutnya pelaku usaha ikan hias tak perlu ragu dalam pembiayaan usaha.

Karena ada Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang memberikan pembiayaan usaha kepada individu dan atau kelompok dengan bunga cukup rendah yakni 6% per tahun.

Selain itu, KKP melalui Badan Layanan Umum Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (BLU LPMUKP) juga memberikan akses pinjaman modal dengan bunga 3% per tahun.

Saat ini, LPMUKP telah menyediakan layanan pendamping di 236 lokasi tersebar di 357 kabupaten/kota. Semoga jangkauan lokasi  layanan bisa diperluas lagi,” ujar Direktur Badan Layanan Usaha Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (BLU LPMUKP), Syarif Syahrial.

Related News