• 29 March 2024

Ambergris, Emas Laut yang Mengambang

uploads/news/2021/03/ambergris-emas-laut-yang-1643986f8b61512.jpg

Ambergris harganya sangat mahal, karena kelangkaannya di alam. Mengingat produksi ambergris ini dihasilkan kurang dari 5% paus sperma, sehingga harganya menjadi sangat mahal.”

JAKARTA - Baru-baru ini perempuan asal Thailand, Siriporn Niamrin (49), menemukan muntahan ikan paus yang disebut-sebut bernilai hingga Rp 3,7 miliar.

Ia bercerita, gumpalan aneh seberat 7 kilogram dan memiliki lebar sekitar 30-60 centimeter ini, ditemukan setelah hujan badai di pantai Nakhon Si Thammarat, Thailand selatan.

Siriporn yang merasa gumpalan itu bisa menghasilkan uang, lalu membawanya pulang ke rumah yang berjarak sekitar 500 meter dari pantai pada 23 Februari lalu.

Baca juga: Pertolongan Pertama Jika Paus Terdampar

Dirinya lalu mengabari tetangganya dan terkejut saat mengetahui ternyata benda itu kemungkinan muntahan paus yang juga dikenal sebagai ambergris.

Menurut pengamat kelautan dan perikanan dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Catherina Agusta Paulus, muntahan paus (ambergris) sangat berharga hingga disebut sebagai "floating gold" atau emas yang mengambang.

"Ambergris harganya sangat mahal, karena kelangkaannya di alam. Mengingat produksi ambergris ini dihasilkan kurang dari 5% paus sperma, sehingga harganya menjadi sangat mahal," kata Chaterina melansir ANTARA beberapa waktu lalu.

Dosen Manajemen Sumber Daya Perairan pada Fakultas Perikanan dan Kelautan ini menjelaskan, ambergris mengandung 456 jenis kolesterol, salah satu diantaranya yaitu amberine yang kandungan 25-45%.

Menurutnya, amberine merupakan alkohol yang tidak berbau atau odourless, diekstraksi dari ambergris dan digunakan untuk membuat aroma parfum lebih lama.

Selain itu, kualitas ambergris diukur sesuai dengan warnanya dan merupakan bahan pembuat parfum terbaik yang terbuat dari varietas putih murni.

Ambergris hitam, lanjutnya, paling tidak berharga karena mengandung amberine lebih sedikit.

Menurutnya, masa ambergris berubah warna dengan oksidasi, yang terjadi ketika terkena air laut dan udara untuk jangka waktu yang lama.

Ambergris juga berfungsi sebagai fiksatif dalam industri parfum dan medis.

Pada saat peradaban Arab, masyarakat di sana menamakannya dengan Anbar dan menggunakan sebagai dupa, afrodisiak, dan obat untuk menyembuhkan banyak penyakit termasuk otak dan jantung.

Ambergris juga digunakan untuk meningkatkan rasa makanan dan wine.

Bahkan ia juga digunakan sebagai zat aditif untuk koktail, coklat, dan beberapa kue khusus.

Ambergris sendiri merupakan bahan alami dan sebaiknya dibiarkan kering secara alami.

Untuk itu, jangan simpan ambergris dalam bentuk dibungkus atau disegel dalam plastik atau wadah tertutup.

Ini karena aroma atau kualitas potongan terbaik dapat terpengaruh jika disegel, apalagi pada saat pertama kali ditemukan atau dikumpulkan.

Kelembaban dari air laut dan lingkungan luar dapat terperangkap di permukaan yang berupa celah-celah kecil dan membuat potongan basah atau lembab pada awalnya dan bahkan pada beberapa kasus menimbulkan jamur berkembang.

"Kondisi ini dapat menyebabkan penurunan kualitas ambergris," kata staf pengajar pada program studi Ilmu Lingkungan Pascasarjana Undana ini.

Baca juga: Mengenal Beluga, Si Murah Senyum

"Ambergris lebih baik dijauhkan dari benda-benda beraroma kuat lainnya. Seharusnya tidak langsung terkena pancaran sinar matahari karena bisa meleleh," lanjutnya.

Penanganan awal dapat disimpan dalam wadah terbuka seperti ember atau kotak kardus, dengan posisi dibiarkan terbuka untuk memungkinkan sirkulasi udara.

Menurutnya, penanganan ambergris harus hati-hati, karena dapat saja kehilangan bobotnya, dan paling dramatis terjadi dalam 24-48 jam pertama.

Related News