• 20 April 2024

Langkah Kementan Tingkatkan Produksi Kedelai

uploads/news/2021/01/langkah-kementan-tingkatkan-produksi-2004007511170e8.jpg

Petani lebih memilih untuk menanam komoditas lain yang punya kepastian pasar.

JAKARTA - Kenaikan harga kedelai yang berimbas pada aksi mogok para pengrajin tempe dan tahu, membuat tempe dan tahu sulit ditemukan di pasaran.

Untuk mengantisipasinya, Kementerian Pertanian (Kementan) berkomitmen untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri.

Dalam keterangan tertulisnya, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengatakan, produksi kedelai di dalam negeri harus dipacu untuk memenuhi kebutuhan kedelai domestik ke depannya.

Baca juga: Rahasia Meningkatkan Produktivitas Kedelai

Pasalnya, kebutuhan kedelai setiap tahunnya terus bertambah, Kementan pun terus berupaya menekan impor kedelai yang hingga saat ini masih tinggi.

"Kondisi ini menyebabkan pengembangan kedelai oleh petani sulit dilakukan. Petani lebih memilih untuk menanam komoditas lain yang punya kepastian pasar. Tapi, kami terus mendorong petani untuk melakukan budidaya. Program aksi nyatanya kami susun dan yang terpenting, hingga implementasinya di lapangan," ujar SYL usai Rapat Koordinasi dan MoU pengembangan serta pembelian kedelai nasional di Kantor Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Jakarta, Senin (4/1).

"Masalah kedelai yang ada adalah masalah global, sehingga membuat harga kedelai yang ada secara global itu terpengaruh khususnya dari Amerika dan itu juga yang kita rasakan di Indonesia. Tidak hanya di Indonesia, ada kontraksi seperti ini di Argentina, misalnya, juga terjadi polemik terkait produksi kedelai," sambungnya.

Karena itu, SYL tengah memfokuskan untuk melipatgandakan produksi atau ketersediaan kedelai dalam negeri.

Produksi kedelai dalam negeri, menurutnya, harus bisa bersaing baik kualitas maupun harganya melalui perluasan areal tanam dan mengenergikan para integrator, unit-unit kerja Kementan, dan pemerintah daerah.

"Hari ini kami sudah bertemu dengan jajaran Kementan dan juga melibatkan integrator dan juga unit-unit kerja lain dari Kementerian dan pemerintah daerah untuk mempersiapkan kedelai nasional kita lebih cepat," jelasnya.

"Tentu dengan langkah cepat dari Kementan bersama berbagai integtator dan pengembang kedelai yang ada, kita lipatgandakan dengan kekuatan. Kita bergerak cepat, sehingga produksi kedelai dalam negeri meningkat," imbuh SYL.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Suwandi menambahkan, faktor lain yang menyebabkan kenaikan harga kedelai impor yaitu ongkos angkut yang juga mengalami kenaikan.

Transportasi impor kedelai dari negara asal yang semula ditempuh selama tiga minggu, menjadi lebih lama yaitu, enam hingga sembilan minggu.

Suwandi menjelaskan, dampak pandemi COVID-19 menyebabkan pasar global kedelai saat ini mengalami goncangan akibat tingginya ketergantungan impor.

Menurut SYL, peluang ini akan dimanfaatkan Kementan untuk meningkatkan pasar kedelai lokal dan produksi kedelai dalam negeri.

"Kita melakukan MoU antara Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) dengan Gabungan Kelompok Tani dengan investor dengan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan untuk meningkatkan kemitraan produksi dan memaksimalkan pemasaran serta penyerapan kedelai lokal milik petani," tuturnya.

Menurut Kementan, tingginya impor kedelai bukan semata-semata karena faktor produksi.

Meski begitu, hal tersebut terjadi karena disebabkan kondisi kedelai yang merupakan komoditas non lartas yang bebas impor kapan saja dan berapa pun volumenya, tanpa melalui rekomendasi Kementan.

Baca juga: Susu Kedelai Cegah Gangguan Osteoporosis

Terkait harga kedelai saat ini terjadi kenaikan yang cukup signifikan sekitar 35% merupakan dampak pandemi COVID-19, utamanya produksi di negara-negara produsen seperti Amerika Serikat, Brasil, Argentina, Rusia, Ukraina dan lainnya.

Harga kedelai impor yang selama ini digunakan oleh pengrajin tahu tempe di negara asal sudah tinggi, sehingga berdampak kepada harga di Indonesia menjadi lebih tinggi lagi.

Related News