• 1 May 2024

Cara Mengendalikan Hama Rayap

uploads/news/2020/12/cara-mengendalikan-hama-rayap-92751382932e4f5.jpg

Rayap dapat menyerang tanaman apapun karena rayap membutuhkan selulosa sebagai sumber pakannya, seperti daun, ranting, kayu lapuk, pelepah sawit, akar dan sebagainya yang memiliki sumber selulosa menjadi target utama sumber pakan bagi rayap.

JAKARTA - Serangan rayap merupakan musuh besar bagi industri pertanian, perkebunan, maupun di pemukiman, karena sifatnya yang hidden infestation atau diam-diam, tetapi merusak berbagai tanaman atau furniture.

Menurut dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) University dari Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Nadzirum Mubin, SP, MSi, rayap mampu menyebabkan kerusakan hingga 5% dari jumlah tanaman sawit.

Artinya, dalam 1 hektar, terdapat 7-8 tanaman yang terserang rayap.

Baca juga: Mewaspadai Kehadiran Semut pada Tanaman

Rayap merupakan kelompok serangga sosial yang berasal dari ordo Blattodea eps famili Termitidae. Banyak spesies rayap yang diketahui, tetapi yang umum diketahui dapat menyebabkan serangan paling tinggi adalah kelompok rayap tanah spesies Coptotermes curvignathus,” ujarnya dalam keterangan resmi IPB University belum lama ini.

Selain itu, ada juga rayap yang berpotensi menyebabkan kerusakan pada berbagai tanaman budidaya seperti rayap Macrotermes gilvus, Odontotermes javanicus, Microtermes inspiratus, serta Schedorhinotermes javanicus,” lanjutnya.

Menurut Nadzirum, sebelum melakukan pengendalian yang benar, sebaiknya Sahabat Tani perlu mengetahui biologi, serta perilaku dari rayap yang akan dikendalikan.

Perilaku rayap yang perlu diketahui yaitu, rayap selalu menghindari cahaya atau tidak menyukai adanya cahaya langsung.

Perilaku ini disebut dengan perilaku kriptobiotik, kecuali laron, sehingga rayap akan membuat liang kembara yang terbuat dari tanah.

Liang kembara ini berfungsi melindungi tubuh rayap dari paparan cahaya secara langsung, sehingga rayap dapat mencari sumber pakan dan menstranfer pakan hingga ke sarangnya kembali.

Karena itu, jika Sahabat Tani melihat liang kembara di tanah, maka dapat dipastikan bahwa di tempat tersebut terdapat rayap.

Selain perilaku menghindari cahaya, rayap juga mempunyai perilaku saling memberi makan yang dilakukan oleh kasta pekerja atau disebut dengan perilaku Trofalaksis.

Perilaku ini berfungsi untuk mentransfer nutrisi atau makanan dari satu individu ke individu lainnya.

Umumnya, kasta prajurit dan reproduktif tidak mampu mencari makan sendiri, sehingga perlu bantuan dari kasta pekerja untuk mencukupi kebutuhan nutrisinya.

Trofalaksis dapat dilakukan melalui transfer nutrisi dari mulut-mulut atau oral feeding atau transfer dari anus-mulut atau fecal feeding.

"Rayap dapat menyerang tanaman apapun karena rayap membutuhkan selulosa sebagai sumber pakannya, seperti daun, ranting, kayu lapuk, pelepah sawit, akar dan sebagainya yang memiliki sumber selulosa menjadi target utama sumber pakan bagi rayap. Sehingga akan sulit dilakukan pengendalian tanpa mengetahui biologi dan perilaku dari rayap tersebut,” terangnya.

Karena itu, pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan cara fisik, mekanik, biologi maupun kimiawi.

Cara fisik misalnya bisa dilakukan dengan sistem budidaya, yaitu membuat jarak tanam yang tepat, sehingga cahaya matahari dapat masuk mencapai permukaan tanah.

Dengan adanya sumber cahaya yang masuk ke dalam sela-sela tanaman budidaya, maka akan mengurangi serangan rayap.

Pemusnahan dan pembongkaran sarang rayap juga dapat dilakukan, agar sumber dari koloni dapat langsung dimusnahkan.

Monitoring tanaman budidaya dapat secara berkala dilakukan, untuk melihat tingkat serangan dari rayap.

Sementara itu, pengendalian dengan menggunakan agens biologis dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami rayap seperti semut, cendawan entomopatogen (Metarhizium anisopliae, Beauveria bassiana), nematode entomopatogen (Steinernema dan Heterorhabditis).

Selain pengendalian menggunakan agen biologis, pengendalian juga dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida baik, yang berasal dari tanaman atau botani atau dari sintetik.

Insektisida botanis yang dapat dimanfaatkan yaitu minyak cengkeh, minyak atsiri serai wangi, daun dan biji mimba serta asap cair dari tandan kelapa sawit, cangkang kelapa dan lain-lain.

Bisa juga menggunakan insektisida sintetik yang berbahan aktif fipronil, imidakloprid, etiprol serta hexaflumuron.

Baca juga: Kisah Laron di Musim Hujan

Termitisida berbahan aktif hexaflumuron paling banyak digunakan karena bersifat slow release atau action.

Dengan mode of action dari bahan aktif, serta memanfaatkan dari perilaku rayap, dengan membawa sumber pakan ke sarang serta memberikan pakan ke individu lainnya, alhasil, semua individu rayap dalam satu koloni akan terpapar termitisida berbahan aktif hexaflumuron tersebut dalam waktu tertentu.

Pengelolaan rayap di pertanian, perkebunan maupun di permukiman tidak akan berhasil tanpa mengetahui siapa dan bagaimana perilaku dari target yang akan dikendalikan. Ketika sudah mengetahui kedua hal tersebut, maka pengendalian yang terintegrasi akan lebih mudah dan dapat tepat sasaran,” tandasnya. 

Related News