• 19 April 2024

IMTA, Teknologi Budidaya Ikan Kekinian

uploads/news/2020/12/imta-teknologi-budidaya-ikan-91833c84a871ce9.jpg

Keunggulan IMTA dapat meningkatkan efisiensi biaya produksi ikan nila hingga 20% dan meningkatkan efisiensi biaya produksi ikan lele hingga 30%.”

JAKARTA - Bila Sahabat Tani ingin berbisnis budidaya ikan lele maupun ikan nila, cobalah menggunakan metode kekinian bernama Integrated Multi Trophic Aquaculture (IMTA),

IMTA merupakan metode pemanfaatan sistem perikanan terpadu dengan pendekatan alamiah untuk mengoptimalkan hasil budidaya, efisiensi pakan dan diversifikasi produk, sekaligus ramah lingkungan.

Menurut peneliti Pusat Penelitian (Puslit) Limnologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Tjandra Chrismadha, IMTA menjadi solusi terhadap mitigasi limbah dan peningkatan efisiensi pakan, sehingga tidak mencemari lingkungan.

Baca juga: Mengenal Hama dan Penyakit Nila

Pada teknologi IMTA, limbah yang dihasilkan dari suatu komoditas dapat menjadi sumber energi bagi komoditas lainnya yang memenuhi baku mutu lingkungan.

Apalagi, Tjandra berhasil mengembangkan IMTA yang terintegrasi dengan Lemna perpusilla atau tumbuhan mata lele, dalam budidaya perikanan.

Tumbuhan air ini berfungsi untuk fitoremediasi kualitas air kolam dan produksi biomassa sebagai alternatif pakan alami. Sebagai agen fitoremediasi, lemna bersifat ramah lingkungan dan mempunyai kemampuan untuk membersihkan air, khususnya bahan pencemar unsur hara,” kata Tjandra dalam keterangannya belum ini.

Lemna mempunyai kandungan nilai nutrisi yang tinggi terutama protein, dan dapat dikultur dengan biaya murah karena bisa tumbuh di air limbah yang mengandung unsur hara tinggi,” tambahnya.

Tjandra menjelaskan, komoditas ikan yang telah diintegrasikannya dengan lemna dalam sistem IMTA yaitu, budidaya lele dan nila.

Pada sistem budidaya terpadu ini, biomassa lemna dapat digunakan untuk pakan tambahan lele, sehingga dapat mengurangi biaya pakan.

Dengan tambahan pakan lemna, laju pertumbuhan ikan lele dapat mencapai 5-6% per hari, dengan nilai survival rate (SR) >95% dan nilai efisiensi pakan atau feed conversion ratio (FCR) atau 0,7-1,2. Budidaya ikan lele dapat meningkat dan menghemat pakan ikan hingga 50%,” jelasnya.

Sebaliknya, beban pencemaran dari kegiatan budidaya lele juga dapat menjadi sumber daya unsur hara untuk mendukung pertumbuhan lemna.

Laju pertumbuhan lemna dalam kolam sistem terpadu ini dapat mencapai >39% per hari, menghasilkan produksi 156 gram per meter persegi per hari atau 569 ton BB per hektar per tahun. Selanjutnya budidaya lemna digunakan sebagai pakan pada budidaya ikan nila yang dapat menghasilkan laju pertumbuhan 1,5-6% per hari, dengan nilai SR >95% dan FCR  15-45, tergantung dari fase tumbuh ikannya,” rincinya.

Tjandra juga mengklaim, dari aspek produksi, IMTA merupakan jawaban permasalahan utama pada usaha perikanan yaitu, kebutuhan pakan yang tinggi dan harga pakan yang mahal, serta sumber daya air yang semakin terbatas.

Keunggulan IMTA dapat meningkatkan efisiensi biaya produksi ikan nila hingga 20% dan meningkatkan efisiensi biaya produksi ikan lele hingga 30%. Pada aspek kualitas air dapat mengendalikan masukan limbah nutrien >70% pada budidaya ikan dan mengendalikan total suspended solid (TSS) >85%,” ungkap Tjandra.

IMTA menggunakan teknologi budidaya yang mengoptimalkan hubungan trofik antar jenis biota, yaitu setiap biota mempunyai peran yang dikategorikan dalam tingkat rantai makanan.

Dalam suatu rantai makanan terdapat siklus materi, yang dalam konsep teknologi IMTA dioptimasi untuk meningkatkan efisiensi pakan.

Limbah budidaya ikan lele yang diberi pakan pelet dimanfaatkan untuk budidaya lemna yang biomassanya dapat dimanfaatkan untuk pakan ikan nila. Dengan demikian, didapat keuntungan berupa sumber pakan yang murah untuk ikan nila, yang berarti dapat menghemat biaya produksi,” jelasnya.

Karena sifat lemna yang menyerap limbah unsur hara dari budidaya ikan, memungkinkan dapat diaplikasikan dalam sistem budidaya aliran tertutup yang hemat air.

Tjandra juga mengklaim, budidaya lele dengan sistem resirkulasi air tertutup, dapat menghemat pemakaian air hingga 80%.

Puslit Limnologi LIPI membuat desain proses yang terukur, yaitu penghitungan beban limbah budidaya ikan lele, pertumbuhan tumbuhan air, serta keperluan atau laju konsumsi ikan terhadap lemna. Sehingga, didapat tingkat kepadatan budidaya ikan lele yang optimal untuk pertumbuhan lemna dan keperluan produksi biomassa untuk produksi ikan nila pada target tertentu,” paparnya.

Hasil penelitian ini pun telah didesiminasikan ke beberapa dinas perikanan seperti di Kabupaten Bandung, Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Enrekang, Kabupaten Samosir, Kabupaten Deli Serdang, dan Kabupaten Maninjau.

Selain itu, uji coba skala prototipe lapangan juga telah dilakukan di Desa Ligarmukti, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, yang didukung oleh Program Laboratorium Sosial Kedeputian, Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK) LIPI.

Hasilnya pun signifikan, efektivitas sistem IMTA terlihat setelah diterapkan di lapangan, namun implementasi selanjutnya di lapangan masih terkendala oleh faktor modal dan kultur budidaya ikan masyarakat setempat.

Karena lemna merupakan komoditas baru yang memerlukan sistem pengelolaan berbeda dengan sistem perikanan konvensional, masih diperlukan program untuk membimbing masyarakat petani untuk menerapkan teknologi IMTA ini secara benar dan konsisten,” paparnya.

Ia pun berharap jika teknologi ini dapat benar-benar diaplikasikan oleh masyarakat luas.

Baca juga: Menyulap Limbah Lele menjadi Pupuk

Berbagai upaya, khususnya diseminasi tata kelola sistem IMTA di lapangan masih perlu lebih banyak dilakukan,” sebutnya.

Hal ini karena budidaya lemna masih merupakan hal baru bagi masyarakat di Indonesia.

Ditambah, IMTA memiliki sifat yang terpadu dalam pelaksanaannya dan memiliki kompleksitas yang lebih tinggi dibanding cara budidaya konvensional, khususnya dalam kaitan dengan segmentasi usaha dan interaksi antar segmennya.

Implementasi di lapangan perlu melibatkan kelompok tani disertai pembinaan yang intensif pada tahap awal pengembangannya. Upaya-upaya untuk bekerjasama dengan dinas perikanan untuk upaya pembinaan ini masih terus dilakukan,” pungkasnya.

 

Related News