• 20 April 2024

Menyulap Limbah Lele menjadi Pupuk

uploads/news/2020/10/menyulap-limbah-lele-menjadi-48199480dcf32ab.jpg

Limbah air kolam ikan lele ini, setelah saya pelajari rupanya banyak mengandung nitrogen dan pospor yang paling banyak.”

SIGI - Berbicara soal limbah ikan, terutama lele, seringkali menimbulkan masalah.

Pasalnya limbah lele menimbulkan bau yang tidak sedap.

Namun, hal tersebut justru dimanfaatkan oleh Abdul Rafiq (47), asal Desa Maranata, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.

Ia memanfaatkan limbah ikan lele tersebut untuk menyuburkan tanaman.

Baca juga: Manfaat Lain Air Kolam Lele

Air bekas kolam lele yang telah dipanen, ia sulap menjadi pupuk cair untuk lahan petanian miliknya.

Bukan tanpa alasan, metode tersebut dilakukan Rafiq setelah banyak belajar melalui internet dan petani luar daerah.

Rafiq mengaku, ia menggunakan air kolam lele sebagai pupuk, karena banyak mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman.

"Limbah air kolam ikan lele ini, setelah saya pelajari rupanya banyak mengandung nitrogen dan pospor yang paling banyak," katanya belum lama ini.

Bukan itu saja, selain mengandung nitrogen dan pospor, air limbah kolam ikan lele juga mengandung amonia, nitrat, dioksida, dan C-organik,dan rata-rata memiliki pH 7-8.

"Ini yang saya pelajari melalui internet, kalau teori, makanya saya coba saja dan Alhamdulillah berhasil, baik itu di tanaman cabai maupun tomat," ungkapnya.

Agar mendapatkan kandungan yang dapat dijadikan pupuk pada limbah kolam lele, ada beberapa unsur yang ditambahkan pada wadah fermentasi berbentuk kolam sebelum disiramkan pada tanaman, seperti Efektif Mikroorganisme (EM 4).

Selain meningkatkan bakteri pengurai bahan organik, lanjutnya, EM 4 juga berfungsi untuk menekan pertumbuhan bakteri patogen, menstimulasi enzim pencernaan, dan meningkatkan kualitas air pada lahan budidaya.

"Ada beberapa bahan-bahan yang kami campurkan ke dalam kolam tersebut, seperti kotoran sapi, ayam, kemudian kami masukkan gula pasir," sebutnya.

"Alhamdulillah sangat bermanfaat, makanya kami tidak lagi membutuhkan obat-obatan berbentuk kimia," tambahnya.

Untuk lama fermentasi, menurut Rafiq, sebelum disiramkan ke tanaman, membutuhkan waktu minimal satu minggu.

Namun jika ingin hasil terbaik, tambahnya, makin lama hasil fermentasinya jauh lebih baik.

Untuk sistem siram, saat ini Rafiq menggunakan cara paling mudah, yaitu mengaliri cairan fermentasi ke parit-parit bedengan.

Meski pun ada banyak cara untuk menyiram, seperti menggunakan water gun dan kincir.

Untuk menyuplai lahan pertanian miliknya yang memiliki seluas setengah hektare, Rafiq membuat tiga kolam lele dan tiga bak fermentasi.

Rafiq mengaku, ia sudah dua kali panen setelah menggunakan metode pupuk cair organik ini.

Hasilnya pun jauh lebih baik dibanding hasil panen sebelumnya.

Baca juga: Bioflok Picu Produktivitas Perikanan Nasional

"Jumlah dan kualitas juga meningkat, makanya, saya merasa berhasil dari uji coba ini, karena sebelumnya banyak petani sekitar menyepelekan cara ini," tuturnya.

Rafiq pun berharap, agar petani dikelompoknya bisa menggunakan metode yang baru ia dapatkan ini dan pertanian di Desa Karawana bisa berkembang bersama-sama.

"Intinya yang saya harapkan setelah bencana ini kita bangkit dan memulihkan ekonomi kita bersama-sama," pungkasnya.

Related News