• 25 April 2024

Peluang Budidaya Jamur saat Pandemi

uploads/news/2020/12/peluang-budidaya-jamur-saat-570752bdaa5822f.jpg

Selain mengandung protein tinggi, tiga kandungan jamur lainnya, yaitu antioksidan, imunomodulator, dan probiotik telah menobatkan jamur menjadi pangan fungsional.”

JAKARTA - Sahabat Tani pastinya sudah akrab dengan jamur yang bisa dikonsumsi seperti, tiram, kancing, merang, shitake, kuping, hingga tauge.

Namun, menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), masyarakat Indonesia masih belum banyak yang mengkonsumsi jamur secara rutin dan masih menganggap jamur sebagai sayuran.

Padahal, kandungan nutrisinya sangat lengkap, sehingga LIPI menilai perlu adanya sosialisasi ke masyarakat.

Baca juga: Manfaat Kece Jamur Shiitake

Sejarah mencatat, komoditas jamur pangan Indonesia pernah menjadi primadona.

Apa lagi, Indonesia merupakan negara kelima pengekspor jamur terbesar di dunia.

Namun, kesuksesan tersebut tak berlanjut, karena belum optimalnya pengelolaan jamur di Indonesia.

Menghadapi pandemi COVID-19, potensi tersebut menurut LIPI harus dikembangkan kembali.

Menurut Iwan Saskiawan, peneliti bidang mikrobiologi dari Pusat Penelitian Biologi LIPI menuturkan, banyak sekali keunggulan budidaya jamur.

Selain ramah lingkungan, budidaya jamur masih menggunakan teknologi sederhana dan menyerap banyak tenaga kerja.

Tak hanya itu, waktu budidaya pun relatif singkat dan mampu menghasilkan pangan bergizi.

Saat ini, jenis jamur pangan yang umumnya dibudidayakan antara lain: jamur tiram, jamur kancing, jamur merang, jamur shitake, jamur kuping, dan jamur tauge.

Selain mengandung protein tinggi, tiga kandungan jamur lainnya, yaitu antioksidan, imunomodulator, dan probiotik telah menobatkan jamur menjadi pangan fungsional,” ujar Iwan dalam keterangan resminya belum lama ini.

Iwan pun menyarankan untuk memulai budidaya jamur, harus diawali dengan pengenalan sifat-sifat fisiologi jamur.

Berdasarkan klasifikasi organisme, jamur termasuk fungi kingdom bukan plants kingdom, karena tidak memiliki klorofil.

Fungi kingdom terdiri dari tiga golongan jamur, yaitu mikroskopis (Zygomycota,Chytridiomycota), makroskopis (Basidiomycota), dan mikroskopis/makroskopis (Ascomycota).  

Hampir semua jamur pangan termasuk dalam kelompok Basidiomycota, karena memiliki tubuh buah yang dapat kita konsumsi. Siklus hidup kelompok jamur ini berkembang biak dari spora, tumbuh menjadi hifa (bulu-bulu halus), berubah menjadi bakal tubuh buah dan terakhir menjadi jamur dewasa. Siklus inilah yang harus dipahami oleh peminat budidaya jamur,” ungkap ahli jamur pangan tersebut.

Iwan menerangkan, budidaya jamur dimulai dari proses pembibitan.

Bibit jamur dapat diperoleh dengan metode kultur murni, bibit induk, dan bibit sebar.

LIPI melalui Indonesian Culture Collection (InaCC), menyimpan beberapa kultur murni jamur pangan yang siap digunakan untuk pembudidayaan jamur.

Media tanam jamur sendiri dibuat dari serbuk gergaji dan jerami padi.

Menurutnya, media tanam harus dipersiapkan secara benar.

Serbuk gergaji harus bersih dan dicampur dengan bahan lain.

Selanjutnya, serbuk dimasukkan ke dalam baglog dan disterilisasi.

Dilanjutkan proses inokulasi baglog, lalu diinkubasi, dan dimulai proses pertumbuhan jamur atau produksi jamur buah.

Baca juga: Jatuh Bangun Usaha Jamur Tiram

Beberapa pengalaman membuktikan, konsumsi jamur terbukti dapat memperbaiki gizi masyarakat.

Namun, beberapa masalah masih menghantui upaya budidaya jamur di Indonesia.

Tantangan terberat untuk budidaya jamur saat ini adalah masih rendahnya nilai konsumsi per kapita jamur di Indonesia (0,18 kg), rendahnya produktivitas, dan perlunya pengembangan jamur pangan sebagai produk pangan fungsional (bioteknologi jamur),” pungkas Iwan.

Related News