• 25 April 2024

Berkenalan dengan Ikan Banggai Cardinal

uploads/news/2020/11/berkenalan-dengan-ikan-banggai-275365d1c111881.jpg

Menurut nelayan setempat, awal mula keberadaan ikan ini berasal dari hasil sortiran yang tidak masuk ke dalam standar untuk diperdagangkan, kemudian ikan tersebut dibuang ke laut dan dengan sendirinya hidup dan berkembangbiak di sekitar perairan Gilimanuk.”

JAKARTA - Bagi Sahabat Tani yang hobi memelihara ikan hias air laut, harus berkenalan dengan ikan banggai cardinal atau banggai cardinal fish (Pterapogon kauderni).

Sesuai namanya, ikan banggai cardinal merupakan ikan hias laut endemik dari Kepulauan Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah dan tidak akan ditemukan di tempat lain di dunia.

Masyarakat setempat menyebutnya “capungan” atau “bibisan”.

Maraknya perdagangan ikan banggai cardinal, ikan tersebut juga dapat ditemukan di tempat lain seperti Pulau Bali, tepatnya di sekitar perairan Gilimanuk.

Baca juga: Bertemu Molly, Si Ikan Balon

Menurut nelayan setempat, awal mula keberadaan ikan ini berasal dari hasil sortiran yang tidak masuk ke dalam standar untuk diperdagangkan, kemudian ikan tersebut dibuang ke laut dan dengan sendirinya hidup dan berkembangbiak di sekitar perairan Gilimanuk,” tulis Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam jurnal berjudul “Bangai Cardinal Fish, ikan hias asli Indonesia”.

Ikan banggai cardinal biasanya hidup secara berkoloni (bergerombol) di antara terumbu karang dan kumpulan bulu babi, setiap gerombol terdiri dari 30 sampai 40 ekor.

Selain itu, ikan ini sering terlihat berenang di padang lamun.

Panjang badannya sekitar 6 sampai 8 sentimeter, bentuk badannya agak pipih dengan ekor terbelah dua mirip burung walet, memiliki warna cokelat muda keperakan dengan variasi bintik putih pada badan dan sirip.

Ada belang melintang berwarna hitam di badannya mulai dari sirip punggung sampai sirip perut, juga dari jari-jari lemah sirip punggung sampai dengan sirip dubur.

Sejak 1990, ikan banggai cardinal menjadi salah satu ikan hias yang diincar para kolektor dalam dan luar negeri.

Karakter yang berbeda dengan ikan apogonid lain membuat ikan endemik di Kepulauan Banggai ini banyak dicari.

Diperkirakan 5.000 ekor ditangkap tiap pekan dan sedikitnya 600.000-700.000 ekor diekspor oleh nelayan lokal setiap tahun.

Diperkirakan juga pada 2001-2004, ikan yang diperdagangkan mencapai 700.000-900.000 ekor tiap tahun.

Penangkapan ikan banggai cardinal, yang semula terkonsentrasi di Pulau Banggai, akhirnya meluas sampai ke seluruh Kepulauan Banggai, termasuk daerah yang awalnya belum terjamah.

Akibat meningkatnya permintaan ikan banggai cardinal di luar negeri dengan harga yang cukup menjanjikan tersebut, lama kelamaan keberadaan ikan banggai cardinal susah ditemukan dan akhirnya akan mengalami kepunahan akibat overharvesting.

Untuk penyelamatan spesies ikan banggai cardinal tersebut, selain diperlukan upaya pembentukan Kawasan Konservasi Laut di lokasi habitatnya, juga yang paling penting adalah mendorong para nelayan dan stakholder lainnya untuk melakukan upaya rehabilitasi, antara lain melalui pengembangbiakan ikan tersebut. Dengan demikian, pengambilan di alam atau tekanan perusakan habitatnya akan berkurang dan kelangsungan hidup ikan banggai cardinal menjadi lestari,” jelasnya.

Ikan banggai cardinal sendiri memiliki 27 genus dan 250 spesies, tetapi hanya satu spesies yang terdapat di Indonesia, yaitu kaudermi.

Ikan ini mulai diketahui sejak 1920 dan mulai dikoleksi oleh penggemar ikan hias pada 1933.

Ikan banggai cardinal memiliki ciri-ciri, bentuk tubuh agak pipih dengan mata yang besar berwarna hitam dan bentuk mulut terminal dengan ukuran besar, rahang bawah cenderung menonjol.

Ikan ini juga memiliki dua sirip punggung yang terpisah, di mana pada sirip dorsal yang pertama memiliki enam hingga delapan jari-jari sirip dan pada sirip dorsal yang kedua memiliki delapan hingga 14 jari-jari sirip lunak, serta dua sirip di bagian anal dengan jumlah jari-jari lunak delapan hingga 18.

Ukurannya kecil, dan panjang total ikan dewasa maksimal 10 sentimeter.

Ciri khas ikan ini yaitu sirip ekor bercabang yang memanjang, serta pola warna khas yaitu dasar keperakan agak kuning kecokelatan dengan garis hitam vertikal dan bintik-bintik putih atau perak kebiruan pada sirip-siripnya.

Agak sulit untuk membedakan ikan jenis jantan dan betina, karena secara keseluruhan hampir sama. Adapun perbedaannya yaitu, ikan jantan biasanya lebih besar dan memiliki rahang yang lebih besar, karena ikan jantan mengerami telur di dalam mulutnya,” tambahnya.

Ikan banggai cardinal dapat hidup selama dua sampai empat tahun, setelah mencapai ukuran dewasa yaitu ukuran panjang standar 3,5 sentimeter dengan umur sembilan hingga 12 bulan, siap menghasilkan keturunan.

Ikan ini juga merupakan golongan Pterapogon kauderni yaitu golongan ikan yang paternal mouth brooding apogonid white direct development atau mengeramkan sampai menetas dimulut.

Telur ikan ini berdiameter sekitar 3 milimeter, dengan jumlah telur yang dihasilkan sekitar 40 sampai 60 butir.

Jumlah ini termasuk rendah bila dibandingkan dengan ikan laut lainnya, sedangkan juvenil yang dapat dihasilkan biasanya berkisar antara 20 sampai 30 ekor. Seusai pembuahan, telur dieramkan dimulut jantan selama 20 hari,” sebutnya.

Setelah telur menetas, induk masih melindungi anaknya di dalam mulut selama enam sampai 10 hari hingga perkembangan anatomi dan morfologi larva relatif sempurna.

Baca juga: Langkanya Si Raja Arwana

Selama mengeram, induk jantan tidak makan.

Setelah larva berkembang menjadi juvenil, induk jantan akan melepaskannya dari mulut, dan juvenil langsung mencari perlindungan dan makan.

Perlindungan umumnya berupa koloni bulu babi.

Siklus hidup ikan banggai cardinal meliputi stadia induk, telur, larva, benih, juvenil, dewasa, dan induk. 

Related News