• 17 April 2024

Arti Sebenarnya Janur Kuning

uploads/news/2020/10/arti-sebenarnya-dari-janur-83384f90f38e8df.jpg

Saya lebih suka janur dari Jawa karena lebih lebar dan tahan lama segarnya. Jadi bisa lebih hemat pemakaiannya. Ketahanannya cocok untuk dibuat canang, yang dibuat dari beberapa hari sebelumnya. Segarnya bisa sampai seminggu.”

BALI - Janur merupakan daun muda dari beberapa jenis palma besar seperti kelapa, enau, dan rumbia.

Di daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), janur umum digunakan sebagai penanda adanya pesta yang sedang digelar seperti pernikahan atau khitanan.

Di Bali, janur atau yang biasa disebut warga Bali, busung, digunakan sebagai hal penting dalam ritual keagamaan Hindu, baik untuk sehari-hari maupun upacara besar.

Baca juga: Semerbak Wangi Bunga Gemitir

Bagi umat Hindu Bali, warna kuning janur melambangkan kemakmuran dan kesemarakan persembahan.

Ditambah dengan aneka bunga dalam canang (sesajen) yang melambangkan kesucian.

Meski memiliki makna yang dalam, tepian yang berwarna hijau pantang digunakan, kecuali jenisnya memang yang seluruh bagian daunnya berwarna hijau.

Jumlah umat Hindu di Bali yang dominan, membuka luas peluang untuk industri penjualan janur dari luar daerah, seperti Banyuwangi dan Malang.

Salah satu tempat yang banyak diincar penjual janur dari luar Bali yaitu Pasar Bunga Wangaya yang terletak  di pusat Kota Denpasar.

Wito, salah satu penjual sekaligus pengepul janur mengatakan, kebanyakan janur yang datang dengan mobil bak terbuka dari berasal Dusun Pancer, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggrahan, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur.

Saya ke sini setiap dua hari sekali. Karena di tempat saya pohon kelapa sangat melimpah, jadi tidak sulit untuk mengumpulkan setoran janur. Sebelum pukul 20.00 sebelumnya, saya sudah harus terima janurnya, karena harus dipilih dan diikat lagi sebelum menyeberang ke Bali. Jadi besok paginya, keadaan janurnya masih segar dan bisa cepat habis. Sekali angkut rata-rata 1.300 ikat atau hampir 2 ton,” jelas Wito kepada Jagadtani.id belum lama ini.

Wito mengaku, ia menjual janur kuning dengan harga Rp16.000-19.000 per gabung.

Setiap gabung berisi 10 ikat dan per ikatnya terdiri dari 10 lembar janur.

Jadi, per gabung, kurang lebih terdapat 100 helai janur.

Di tingkat pengecer, biasanya janur dijual mulai Rp22.000 per gabung.

Baca juga: Poh Bikul, Mangga Langka Buleleng

Sementara, janur hijau dan daun aren dijual dengan harga yang lebih murah.  

Menurut Wito, janur dari luar Bali memiliki keistimewaan dibanding janur Bali.

Hal tersebut sudah dibuktikan oleh para pelanggannya, salah satunya Kiki, yang memenuhi motornya dengan berbagai janur untuk keperluan upacara.

Saya lebih suka janur dari Jawa karena lebih lebar dan tahan lama segarnya. Jadi bisa lebih hemat pemakaiannya. Ketahanannya cocok untuk dibuat canang, yang dibuat dari beberapa hari sebelumnya. Segarnya bisa sampai seminggu,” katanya.

Related News