• 19 April 2024

Kisah Sukses Desa Kentang, Ngantru

uploads/news/2020/09/kisah-sukses-desa-kentang--9946420da6d2e77.jpg

Desa Ngantru ini totalnya ada 33 RT dalam 16 RW. Jadi agar lebih teratur, pengurus desa membagi-bagi menjadi kelompok tani.

MALANG - Ngantru, merupakan desa penghasil kentang terbesar di Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.

Bertempat di dataran tinggi, menjadi alasan utama hasil kentang di desa tersebut berkualitas baik dan diakui secara luas.

Berbekal pengalaman turun-temurun ditambah modal usaha yang disesuaikan dengan kemampuan perorangan, kentang pun menjadi pilihan utama di desa ini.

Baca juga: Aneka Kehidupan di Bendungan Selorejo

Namun, para petani kentang di Desa Ngantru pada umumnya mengalami permasalahan yang sama yaitu, minimnya informasi mengenai proses budidaya seperti, pengadaan bibit unggul, ketersedian pupuk, pengendalian hama, penyakit, dan panen.

Permasalahan tersebut berakar pada arus informasi yang masih belum merata kepada setiap individu petani.

Jumlah panen yang terlalu berlebihan tanpa kepastian harga jual, tanpa memikirkan kualitas, membuat sebagian besar petani kentang lebih memilih untuk bermitra dengan beberapa pabrik besar, seperti PT. Indofood Fritolay Makmur.

Desa Ngantru ini totalnya ada 33 RT dalam 16 RW. Jadi agar lebih teratur, pengurus desa membagi-bagi menjadi kelompok tani. Salah satunya Kelompok Tani Gemah Ripah II, yang sudah lebih dari lima tahun bermitra, kerja sama dengan Indofood dan kelompok usaha tani lokal. Yang di sini saja anggotanya 80 orang,” jelas Suritno, tokoh masyarakat setempat kepada Jagadtani.id belum lama ini.

Kerja sama kemitraan inilah yang mendorong petani untuk menerapkan teknologi budidaya dalam meningkatkan mutu dan produksi kentang.

Diketuai oleh salah satu warga bernama Supriyo, Kelompok Tani Gemah Ripah II melakukan bentuk kerja sama mandiri secara bersama-sama antara petani kentang dan pemodal.

Dengan komponen yang dimitrakan tersebut berupa sarana produksi dan biaya tenaga kerja dalam bentuk biaya, untuk mendanai kegiatan usaha tani kentang sampai panen.

Perihal harga jual sendiri telah disepakati sebelumnya antara kedua belah pihak.

Pada 2017, informasi tentang harga dan dan kualitas kentang, serta penanganan paska panen didapatkan dari pihak pabrik atau pedagang maupun tengkulak.

Kerja sama kemitraan antara pihak pabrik dan kelompok tani juga telah disepakati.

Untuk harga pengambilan kentang sebesar Rp6.000 per kilogram, diperoleh pihak pabrik dengan kualitas yang baik setiap 3-4 bulan sekali.

Kesepakatan itu sendiri sudah memenuhi segala informasi yang dibutuhkan oleh para petani.

Namun, bagi petani yang tidak mengikuti kemitraan masih bisa berhubungan dengan pedagang maupun tengkulak.

Memang kelompok tani kami tidak memaksa mengikuti kerja sama kemitraan. Mau ikut silahkan, tidak ikut juga silahkan. Bagi yang tidak ikut kemitraan tetap kami bantu, baik dalam proses pembibitan, penanaman, sampai pemasaran saat panen. Misalnya, kalau sedang antar pesanan bawang, hasil tani lain bisa dititip sekalian dijual di titik-titik yang harga jualnya memang lebih tinggi. Jadi sama-sama untung,” papar Supriyo.

Kerja sama kemitraan yang dilakukan Desa Ngantru telah mengubah banyak hal dan menjadi desa percontohan untuk desa petani lainnya.

Karena itu, banyak mahasiswa yang melakukan penelitian mengenai Desa Ngantru dan pencapaiannya.

Saat ini, Desa Ngantru telah memiliki klinik desa sendiri dengan pelayanan dokter umum, bersalin, dan khitan.

Baca juga: Suka Duka Panen Raya Brambang

Jumlah warga yang mengecap pendidikan hingga jenjang sarjana juga bertambah secara berkala.

Selain itu, di Desa Ngantru juga terdapat sekolah luar biasa (SLB) rintisan sejak 2013.

Para murid SLB tersebut berasal dari luar kota seperti Kota Kediri dan Kota Blitar.

Semuanya berasal dari dana desa yang dikelola dan dihasilkan sebagian besar dari kentang.

Related News