• 19 April 2024

Hidup Sehat dengan Daun Dewa

uploads/news/2019/10/hidup-sehat-dengan-daun-97929c2160b8299.jpg

Awalnya Ambar Purwanita tidak terlalu peduli dengan daun dewa pemberian ayahnya, namun pesan terakhir dari mendiang sang ayah merubahnya.

 

YOGYAKARTA - Gaya hidup sehat tengah menjadi trend di kalangan masyarakat. Maka dari itu, tak heran jika tanaman obat semakin diminati masyarakat tanah air. Berbagai jenis tanaman obat bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku obat-obatan untuk menyembuhkan penyakit.

Dari sekian banyak tanaman obat, salah satu yang memiliki banyak manfaat yaitu “daun dewa” atau bisa disebut dengan “sambung nyawa.” Tanaman yang berasal dari Myanmar dan China ini sering dijumpai di Indonesia, namun masih jarang orang yang mengetahui kandungan manfaatnya.

Seperti Ambar Purwanita yang semula memilih tidak merawat tanaman daun dewa pemberian mendiang ayahnya. Mulanya, sang ayah yang sedang bekerja di Blitar mengalami vertigo dan mengobatinya dengan daun dewa. Merasa khasiat daun dewa begitu besar, ayah Ambar membawa pulang tanaman daun dewa agar dibudidayakan.

Namun, karena ia dan ibunya tidak mengetahui manfaat dari tanaman tersebut, mereka hanya membiarkannya begitu saja. Hingga sebelum meninggal, sang ayah berpesan agar tanaman daun dewa jangan sampai punah dan harus tetap dibudidayakan.

Akhirnya Ambar dan ibunya, Suratini mulai membudidayakan daun dewa di teras rumah. Ia menggunakan sistem tumpang sari. Tumpang sari merupakan suatu bentuk pertanaman campuran (polyculture) berupa keterlibatan dua jenis tanaman pada satu areal lahan tanam dalam waktu bersamaan.

Jadi dalam satu pot, Ambar menanam daun dewa yang dikombinasikan dengan cabai. Menanam daun dewa tidaklah sulit, yang diperlukan hanya ketelatenan dalam merawat tanaman agar tetap tumbuh.

“Tapi banyak orang yang gagal menanam daun dewa itu biasanya karena tanamannya kepanasan”ujar Ambar.

Selain itu, kebutuhan air untuk tanaman daun dewa juga harus diperhatikan. Untuk menjaga pertumbuhan tanaman, Ambar dan ibunya rajin menyiram setiap pagi dan sore. Ambar juga mengkonsumsi daun dewa yang ia budidayakan. Sehingga, ia tidak memberikan pupuk kimia pada tanamannya, semua pupuk dan perawatannya menggunakan bahan-bahan organik. Pemberian pupuk pun tidak dilakukan secara rutin.

“Pupuknya diberikan saat tanaman membutuhkan saja, tidak perlu rutin. Ciri-cirinya daun mengecil dan berwarna kekuning-kuningan,”kata Ambar.

Untuk budidaya daun dewa bisa dengan menanam umbi yang telah dipotong-potong ke dalam pot atau polybag yang telah diisi dengan tanah dan pupuk kandang. Setelah tumbuh, daun dewa juga mendapatkan serangan hama yakni kutu putih. Untuk mengendalikan hama, Ambar biasanya hanya memotong bagian yang terserang.

Daun yang terserang hama lebih baik tidak dikonsumsi agar menjaga khasiat dari daun dewa. Ambar biasanya menjual daun dewa ke Merapi Farma. Selain itu, ada juga beberapa orang yang mencari daun dewa dengan mendatangi rumahnya.

Satu bungkus berisi sekitar 4 daun tanaman daun dewa ia jual dengan harga Rp30 ribu. Ada kalanya Ambar merasa empati dengan orang yang sedang sakit dan datang dari jauh untuk mencari daun dewa, biasanya Ia memberinya gratis. (MK)

Related News