• 20 April 2024

Sumur Dangkal Solusi Kekeringan

Sekarang warga lebih semangat lagi bertani, meski pun memang belum semuanya tersentuh bantuan yang sama.

SIGI - Kehadiran Sumur Wakaf menjadi angin segar bagi petani di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, khususnya di Desa Potoya dan Karawana, Kecamatan Dolo.

Betapa tidak, warga yang lahan pertaniannya mengalami kekeringan panjang akibat rusaknya jaringan Irigasi Gumbasa karena bencana gempa pada 2018 silam, sebagian sudah mendapatkan air melalui Program Sumur Wakaf Produktif.

Sumur Wakaf Produktif dapat mengaliri lahan pertanian warga, sehingga menyejahterakan para petani setempat.

Baca juga: Derita Petani Desa Poi Pascabanjir

Dengan demikian, mereka bisa berdaya kembali dalam menjalankan aktivitas agrarisya.

Pasalnya, sebagian besar warga di Kabupaten Sigi, khususnya di Desa Potoya dan Karawana menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian.

Saat ini, di dua desa tersebut, Sumur Wakaf Pertanian telah hadir dan siap mengalir untuk masyarakat.

Bahkan di Desa Potoya sendiri sudah merasakan manfaatnya selama enam bulan terakhir ini.

Menurut Muhammad Ikbal, Anggota Kelompok Tani Lonja Permai, manfaat Sumur Wakaf Produktif begitu dirasakan oleh warga.

Bahkan, ia sudah tiga kali panen untuk komoditi jagung.

"Kami sangat senang, alhamdulillah atas kepedulian ACT Sulteng, karena memang pascagempa warga sangat susah, bahkan banyak yang bekerja serabutan untuk menghidupi keluarga," ungkapnya belum lama ini.

Dengan adanya Sumur Wakaf tersebut, kata Ikbal, semuanya bisa bangkit. Bahkan, aktivitas pertanian, kata dia, lebih bergeliat dibanding sebelum terjadinya bencana.

"Sekarang warga lebih semangat lagi bertani, meski pun memang belum semuanya tersentuh bantuan yang sama. Sebenarnya masih banyak warga yang sangat membutuhkan bantuan sumur dangkal lebih-lebih sumur dalam," tuturnya.

Bukan hanya di sektor pertanian saja, keberadaan Sumur Wakaf Produktif juga dimanfaatkan warga untuk membudidayakan ikan air tawar.

Hasilnya pun cukup menguntungkan.

Ia berharap agar warga yang belum dapat bantuan bisa secepatnya tersentuh, sambil menunggu perbaikan jaringan Irigasi Gumbasa.

"Kami sangat berterima kasih kepada ACT, karena berada di garis terdepan memperhatikan kami yang serba kesulitan ini," tukasnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Adhan, Ketua Kelompok Tani Sinar Harapan 2 Desa Karawana.

Menurutnya, saat ini, kelompok tani yang dipimpinnya itu mendapat bantuan lima titik sumur dangkal.

"Tiga titik masih dalam pengerjaan, sementara dua titik sumur yang sudah selesai namun belum dimanfaatkan," katanya belum lama ini.

Menurutnya, pembangunan sumur dangal tersebut sudah berlangsung sejak satu bulan yang lalu.

Hanya saja, belum dimanfaatkan karena masih memikirkan tanaman apa yang cocok untuk dibudidayakan.

Penyebabnya utamanya yaitu masih banyak hewan ternak yang berkeliaran di lahan pertanian tersebut.

Sehingga mereka (para petani) berencana membudidayakan pepaya california.

Sumur dangkal sebanyak lima titik, menurut Adhan, diperkirakan akan menjangkau lahan pertanian seluas 15 hektare.

Meski sebenarnya terbilang masih kurang.

"Kami syukuri saja apa yang ada, dalam waktu dekat ini kami akan mengolah lahan terlebih dahulu karena sudah masuk musim penghujan," pungkasnya.

Meski Irigasi Gumbasa mulai berfungsi sejak awal tahun 2020 melalui proses rehabilitasi, namun belum mampu mengairi sebagian besar wilayah yang mengalami kekeringan.

Pasalnya, dari 8.000 hektare lahan sawah yang kering, saat ini baru menjangkau 1.010 hektare.

Kepala Cabang ACT Sulteng, Nurmarjani Loulemba mengatakan, saat ini ACT Sulteng memfokuskan pembangunan sumur wakaf di wilayah Kabupaten Sigi.

Sebab, ribuan hektare sawah di wilayah itu kekeringan karena jaringan irigasi rusak akibat gempa.

Sumur yang dibangun, ada beberapa tipe yaitu Sumur Wakaf Produktif untuk pertanian, Sumur Wakaf Family untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga dan Sumur Wakat yang dibangun lengkap dengan MCK dan tempat wudhu.

"Untuk Sumur Wakaf Pertanian, dibangun di lahan-lahan pertanian milik warga, diharapkan sumur ini bisa memproduksi kembali lahan pertaniannya," katanya.

Wanita yang akrab disapa Nani ini menjelaskan, satu sumur akan digunakan oleh beberapa petani yang tergabung dalam kelompok tani.

Pasalnya, dalam program Sumur Wakaf ini, ACT Sulteng melibatkan kelompok-kelompok tani yang ada di masyarakat.

"Untuk tipe sumur pertanian ini ada sumur dalam dan dangkal, karena masing-masing wilayah kedalaman mendapatkan air itu beda-beda," akunya.

Baca juga: Meningkatnya Permintaan Hasil Pertanian Organik

Saat ini, sudah 40 sumur yang berfungsi, menjangkau beberapa desa di Kecamatan Dolo, yaitu Desa Karawana, Potoya, Solowe, Sibalaya, Sidondo, Sibowi dan Maranata.

Ada juga yang dibangun ACT bersama mitra dari Jepang di Desa Maranata sebanyak 13 titik, Sibowi sebanyak 5 titik dan Sidondo sebanyak 8 titik.

Related News