• 17 April 2024

Budidaya Lada Perdana Kota Hujan 

Tahun 2020 ini, DKPP khususnya Bidang Tanaman Pangan, Holtikultura dan Penyuluhan Pertanian (BTPHPP) mendapatkan alokasi bantuan sebanyak 5.000 bibit lada bersertifikat baik lada perdu maupun menjalar dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (Puslitbangbun).”

BOGOR - Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bogor terus berupaya mendorong peningkatan produksi pertanian terhadap komoditas yang belum dibudidayakan di kota berjuluk Kota Hujan ini. Komoditas yang tengah dikembangkan saat ini untuk dibudidayakan yaitu tanaman lada. 

Lada atau yang dikenal dengan sebutan merica ini diketahui banyak dimanfaatkan salah satu sebagai bumbu dapur yang sering ditambahkan dalam makanan. Selain itu, lada yang memiliki nama latin Piper albi linn ini juga banyak dimanfaatkan untuk dikonsumsi sebagai ramuan herbal alami salah satunya untuk meningkatkan imunitas tubuh. 

"Tahun 2020 ini, DKPP khususnya Bidang Tanaman Pangan, Holtikultura dan Penyuluhan Pertanian (BTPHPP) mendapatkan alokasi bantuan sebanyak 5.000 bibit lada bersertifikat baik lada perdu maupun menjalar dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (Puslitbangbun)," kata Kepala BTPHPP pada DKPP Kota Bogor, Dian Herdiawan saat ditemui JagadTani.id di kantornya, Rabu (18/3) kemarin.

Baca juga: Menanam Talas di Lahan Rawa 

Ia melanjutkan, bantuan bibit lada bersertifikat atau merupakan bibit lada unggul ini distribusikan kepada 67 Calon Penerima Calon Lokasi (CPCL) yang tergabung dalam kelompok tani di seluruh Kota Bogor. Dengan budidaya lada ini, sambungnya, nantinya diharapkan Kota Bogor menjadi urban farming yang mengutamakan tanaman-tanaman herbal atau obat.

"Seperti diketahui saat ini adanya wabah covid-19 atau virus corona. Jadi menurut informasi, bahwa rempah ini bermanfaat sebagai salahsatu penangkal virus corona karena membuat daya tahan tubuh kita lebih baik. Berkaitan hal ini, kami juga mendukung visi Kota Bogor ramah keluarga dan misi peningkatan masyarakat yang sehat, cerdas dan sejahtera, makanya hastag kami "Ayo Menanam dan Memetik Tanaman Holtikultura"," tambahnya. 

Sambil berjalannya pelaksanaan pendistribusian, tambahnya, bibit-bibit lada yang berusia enam bulan itu sebagian telah ditanam oleh para petani di lahan perkebunannya. Pada masa tanam ini, DKPP juga memberikan Standar Operasional Prosedur (SOP) dimana bibit lada dapat ditanam sistem tumpang sari dengan pohon lain yang dapat dimanfaatkan buahnya, seperti durian. 

"Intinya penanaman bibit lada ini harus ada inang pohon sebagai rambatan nanti tanaman lada atau bisa juga membuat paranggon sendiri. Jadi selain mendistribusikan, kami juga melakukan pendamping kepada mereka sesuai petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) agar bisa menghasilkan lada yang baik," ujarnya. 

Juklak dan juknis yang dimaksud Dian, meliputi pendamping pemberian pupuk berimbang yang diutamakan yaitu pupuk organik dengan harapan menghidupkan tanah untuk meningkatkan produksi pertanian. Selain itu, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di setiap kelurahan diwajibkan membuat laporan ke DKPP setiap bulan mengenai kegiatan urban farming di wilayahnya. 

"Awal penanaman bibit lada juga diusahakan penyiraman dilakukan rutin sehari, pagi dan sore. Setelah usianya satu tahun barulah tanaman lada sudah bisa survival sendiri," imbuhnya.

Dian juga menjelaskan, tanaman lada yang baru dikembangkan pertama kali di Kota Bogor ini dapat menghasilkan varian lada hitam dan lada putih dengan masa panen satu tahun empat kali. Lada hitam dapat dipetik pada saat buah lada masih muda atau setengah matang.

Sedangkan lada putih dipanen pada saat biji lada sudah matang dengan cara pengolahan selanjutnya direndam selama 10 hari sampai kulit terkelupas meninggalkan biji-biji lada berwarna putih.

Baca juga: Naik Daun Philodendron dan Anthurium

Sejauh ini, produksi lada putih masih di wilayah Bangka Tengah, sedangkan lada hitam sentralnya di wilayah Lampung. Harga lada hitam di pasaran sekarang ini mencapai Rp90.000, sedangkan lada putih diatas Rp100.000 per kilogramnya.

"Nah, Kota Bogor memang baru pertama mengembangkan budidaya lada karena kita ingin mulai menggalakkan kampung-kampung di Kota Bogor kepada produk pertanian yang memiliki nilai ekonomis tinggi," ungkapnya. 

"Hitungan saya, dari 5.000 bibit lada setelah usia tanam dua tahun minimal satu pohon dapat menghasilkan satu kilogram saja, bisa mencapai lima ton. Tinggal dikalikan dengan harga di pasaran. Iya, keuntungan dari budidaya lada terbilang cukup menjanjikan," pungkasnya.

Related News