• 29 March 2024

Alat Pengusir Tikus dari Madiun

uploads/news/2020/02/alat-pengusir-tikus-dari-735593cf81ce730.jpg

Kami bisa menciptakan mesin pengusir tikus yang ramah lingkungan dengan menggunakan panel surya. Panel surya itu dirubah menjadi tenaga gelombang ultrasonik untuk mengusir tikus dalam radius hingga satu hektare.”

JAKARTA - Jebakan tikus listrik terus merenggut korban jiwa. Terakhir seorang petani asal Desa Dungus, Kecamatan Cerme, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur, menjadi korban jiwa setelah ia tersetrum jebakan tikus listrik saat memeriksa lahan sawah miliknya pada Kamis (13/2) dan ditemukan tewas pada Jumat (14/2) pagi. Petani tersebut merupakan salah dari empat petani di Gresik yang meninggal dunia tersetrum jebakan tikus selama bulan Februari. Kebanyakan, para korban yang kebanyakan berasal dari Kecamatan Dukun itu tersengat oleh jebakan tikus di sawahnya sendiri. Namun, di Desa Nglames, Kecamatan/Kabupaten Madiun, Jawa Timur, terdapat alat pengusir tikus yang diklaim aman bagi manusia.

Alat itu diciptakan oleh Esti Raharjo, pria asal Desa Milir, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun dan dibantu Agus Zamroni Imron, pemerhati pertanian, yang prihatin oleh banyaknya petani yang meninggal tersetrum mesin pengusir tikus. Apa lagi, hama tikus yang dahsyat membuat para petani di Kabupaten Madiun kewalahan dan semakin menumbuhkan semangat Raharjo. Ini karena para petani sudah melakukan berbagai cara untuk membasmi tikus, dari menggunakan racun hingga membuat jebakan listrik. Tapi upaya itu tidak memberikan hasil maksimal dan hama tikus malah semakin menjadi-jadi dengan menggerogoti padi milik petani.

“Kami bisa menciptakan mesin pengusir tikus yang ramah lingkungan dengan menggunakan panel surya. Panel surya itu dirubah menjadi tenaga gelombang ultrasonik untuk mengusir tikus dalam radius hingga satu hektare,” katanya kepada Kompas.com, belum lama ini.

Baca juga: BPTP Sulteng Kembangkan Pengubinan Padi

Sementara itu, Imron mengatakan, alat itu terinspirasi dari pemberitaan media. Banyak berita mengenai korban tewas akibat tersetrum jebakan tikus di sawah yang menggunakan aliran listrik. Alat yang dibuatnya ini diharapkan bisa difungsikan petani di Madiun dan daerah lainnya karena ranah lingkungan.

“Awalnya saya mendengar sering kejadian terkait sering petani menjadi korban sengatan listrik yang digunakan untuk membasmi tikus. Alhamdulillah sudah kita uji,” ujarnya.

Cara Kerja Alat

Lalu bagaimana cara kerja alat tersebut? Imron pun menjelaskan:

“Jadi alat ini cara kerjanya yang pasti mencari sumber energi dari sinar matahari, yang kita namakan panel. Berfungsi menangkap sinar matahari untuk menghasilkan gelombang ultrasonik,” jelasnya seperti melansir Detik.com.

Gelombang ultrasonik, lanjutnya, merupakan suara atau getaran dengan frekuensi yang terlalu tinggi yang bisa didengar telinga manusia. Namun, untuk alat pembasmi tikus ini, gelombang yang dihasilkan di atas 20 kilohertz dan hanya dapat didengar oleh beberapa hewan seperti lumba-lumba, kelelawar, paus, dan tikus.

“Suara yang dihasilkan ini mampu didengar beberapa hewan termasuk tikus karena di atas 20 kilohertz, paparnya.

Sinar matahari yang ditangkap panel lalu diubah menjadi energi listrik. Jadi, para petani pun diklaim tidak perlu kebingungan lagi untuk biaya listrik.

“Alat tersebut hanya berdaya 12 volt, sehingga tidak berbahaya bagi para petani dan juga hemat, tidak perlu membayar listrik,” lanjutnya.

Baca juga: Kota Bogor Manfaatkan Tanaman Refugia

Imron juga menjelaskan alat pengusir tikus ini terdiri dari tiga bagian, yaitu tiang penyangga, rumah mesin, dan panel surya.

“Cara kerja alat ini yakni tenaga matahari yang ditangkap panel surya diubah menjadi energi listrik dari mesin. Listrik ini menghidupkan mesin yang menghasilkan gelombang ultrasonik. Gelombang ultrasonik ini akan bekerja memberikan efek suara yang mengganggu tikus,” imbuhnya.

Ia menambahkan, gelombang yang disetel pada frekuensi tertentu bisa mengganggu syaraf-syaraf tikus dan membuat tidak nyaman. Dengan gangguan gelombang itu, tikus tidak berani keluar dari sarangnya. Kondisi ini pun membuat tikus menjadi kelaparan dan akhirnya mati.

“Tikus yang ada di sarang akan mati, sedangkan tikus yang ada di luar akan lari karena tidak nyaman. Gelombang ini membuat tikus ketakutan. Dalam pembuatan alat ini, kami dibantu oleh pemerhati pertanian Madiun. Hingga akhirnya alat tersebut pun jadi. Sebelumnya kami melakukan uji coba beberapa kali,” jelasnya.

Yanto (40), petani asal Desa Nglames juga menuturkan, radius jangkauan alat ini satu hingga empat hektare. Efektivitas alat ini diklaim dapat mengusir tikus sekitar 80%.

“Kita masih berupaya untuk mengembangkan alat ini supaya radius jangkauannya lebih luas. Hasilnya, serangan hama tikus ini berkurang luar biasa. Ini kemarin tikusnya banyak banget. Tapi sekarang, sejak memasang alat gelombang ultrasonik ini, serangan tikus sudah mulai berkurang,” sebutnya.

Yanto pun mengaku senang karena alat itu sudah mendapatkan izin oleh Imron untuk dipasarkan dengan harga antara Rp4,5 juta hingga Rp9 juta. Harga itu berdasarkan radius yang dihasilkan oleh gelombang suara.

“Alhamdulillah alatnya bisa di beli dari penciptanya Pak Agus Zamroni. Bisa ringan ini petani dari serangan hama tikus,” pungkasnya.

Related News