• 27 April 2024

Renyahnya Bercocok Tanam Bayam 

uploads/news/2020/02/renyahnya-bercocok-tanam-bayam--3097573b67a73a0.jpg

Awalnya dari ide dan niat hanya sekadar ingin bercocok tanam saja. Bayam ini kan se-gudang kandungan gizi-nya, jadi untuk dikonsumsi sangat baik.

BOGOR - Bercocok tanam bayam dengan memanfaatkan pekarangan rumah jika dikelola dengan baik ternyata memiliki prospek keuntungan yang lumayan. Apalagi bayam yang memiliki nama alamiah Amaranthus spp ini terbilang mudah dalam perawatannya dan dapat tumbuh subur di daerah tropis, seperti Indonesia. Bercocok tanam bayam dengan sistem urban farming dengan memanfaatkan lahan yang ada di pekarangan rumah, dilakukan oleh Donni Raditya, warga Kelurahan Harjasari, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat. Ia menceritakan, awal ia menaman bayam hanya sekadar ingin bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan asupan gizi dari sayuran hijau. 

"Awalnya dari ide dan niat hanya sekadar ingin bercocok tanam saja. Bayam ini kan se-gudang kandungan gizi-nya, jadi untuk dikonsumsi sangat baik. Tapi, pas dua tahun lalu karena saking banyaknya daun bayam yang dihasilkan jadi kepikiran untuk diolah. Iya untuk mendatangkan nilai ekonomis juga," kata Donni belum lama ini.

Baca juga: Pelengkap Komoditas Pepaya Kota Bogor

Akhirnya ia bersama sang istri, Anita, menjatuhkan pilihan daun bayam yang dihasilkan dari bercocok tanam tersebut diolah menjadi sebuah produk makanan. Usaha rumahan yang dirintis sejak dua tahun lalu itu memproduksi bayam crispy dengan branding produknya “Si BAPY”.

Sebetulnya, kata Donni, dirinya tidak memiliki latar belakang bercocok tanam maupun memproduksi olahan kuliner, namun dengan niat kuat kini produk olahan daun bayam telah menjadi nilai tambah ekonomi keluarganya. 

“Tadinya memang ingin dengan cara hidroponik, tapi modal terbatas. Akhirnya saya pilih pola tanam biasa saja dengan menggunakan media polybag dan memilih tanaman bayam petik. Bayam ini juga cukup mudah perawatannya dari sejak benih ditanam hingga tumbuh optimal," kata Donni. 

Sementara sang istri, Anita menambahkan, produksi Si BAPY dilakukan secara mandiri, mulai dari memanen daun-daun bayam, mengolahnya, mengemas hingga memasarkan produk ke pasaran. Untuk pemasaran sendiri, kata Anita, tidak terlalu sulit apalagi sekarang ini dapat memanfaatkan media sosial. 

“Untuk tahap awal dengan segala keterbatasan, pemasarannya baru ke orang-orang terdekat seperti keluarga, teman dan relasi. Tapi kami juga coba pasarkan melalui media sosial,” ungkapnya.

Baca juga: Petani Penjaga Leuweung Larangan

Ia mengaku, usahanya itu bertahap dan perlahan terus mendapatkan orderan dari para pelanggannya, namun terkendala dengan keterbatasan ketersediaan bahan baku daun bayamnya. Oleh karena itu, produk Si BAPI yang dibanderol Rp10.000 per bungkus itu baru hanya untuk memenuhi kebutuhan wilayah Bogor dan sekitarnya. Selain itu, ia juga mengungkapkan jika omzet dari penjualan yang ia hasilkan dari bayam crispy mencapai Rp1 juta per bulan.

“Alhamdulillah masih terus berjalan, meski memang produk yang kami jual ini baru sesuai orderan saja alias harus pre-order dulu. Selain untuk menjaga kesegaran dan kerenyahan bayam crispy-nya, juga masih terbatasnya hasil panen yang dihasilkan,” tandasnya.

Related News