• 29 March 2024

Empuknya Budidaya Beras Organik

uploads/news/2019/10/empuknya-budidaya-beras-organik-15096b9fb9d37bd.jpg

Nikmatnya berbudidaya beras organik mulai dirasakan gabungan kelompok tani (Gapoktan) Sumber Makmur dari Kabupaten Oku Timur, Sumatera Selatan.

 

SUMATERA SELATAN - Gabungan kelompok tani (Gapoktan) Sumber Makmur dari Kabupaten Oku Timur, Provinsi Sumatera Selatan kini mulai merasakan nikmatnya membudidayakan beras organik. Gapoktan Sumber Makmur yang saat ini memiliki lahan 80 hektare, seluruhnya ditanami dengan padi organik. Bibit padi yang ditanam pun beragam varietasnya, mulai dari cieherang, ciliwung, sintanur, mikongga, bio patenggang, inpari, bibit BMW dan beras hitam.

Ketua Gapoktan Sumber Makmur, Abdul Kadir mengakui sudah menggeluti budidaya beras organik sejak 2012, beras organik miliknya pun sudah mendapat pengakuan dari pemerintah setempat. Membudidayakan beras organik juga sangat menggiurkan, untuk harga jualnya juga sangat berbeda jauh dengan beras biasa atau beras putih.

"Saya contohkan kalau harga beras biasa dijual sekilo Rp8.000, kalau beras organik dijual sekilonya Rp30.000-Rp35.000, dan beras organik sendiri dijual dengan kemasan 5kg," jelasnya.

Abdul Kadir yang sudah sejak usia belasan tahun menjadi petani ini mengaku, dalam satu tahun bisa panen dua kali. Untuk setiap hektarenya, panen beras organik bisa mencapai 6 ton gabah kering giling (GKG) atau setara 3 ton beras. Jenis beras yang diproduksi diantaranya beras hitam, beras merah dan brown rice yang dipercaya mempunyai kandungan nutrisi dan mineral tinggi, serta aman dikonsumsi bagi penderita diabetes. Sedangkan dalam sistem pengemasan, pihaknya menjual dengan kemasan 1 kg dan 5kg dengan plastik packing press. Beras organik miliknya dijual ke wilayah Pulau Jawa serta Sumatera dan kota besar di Indonesia lainnya.

Untuk 2019, Abdul Kadir mulai menanam kembali pada November dan diperkirakan Februari 2020 akan panen beras organik, tergantung juga dengan kondisi cuaca serta hama. Dalam proses penanaman hingga perawatan Gapoktan Sumber Makmur terus mengontrol apa yang dilakukan petani. Untuk memastikan produksi seluruhnya organik, pihaknya juga menyeleksi sumber air yang mengaliri persawahan.

 

"Untuk sumber air dari sumur bor karena sawah tadah hujan, kalau sungai berasal dari sungai, maka airnya difilter terlebih dahulu," jelasnya.

Selain itu, untuk pemupukan tentunya memakai pupuk kompos dari kotoran sapi, untuk pemakaian pupuk setiap hektarenya tergantung ketersedian pupuk atau rata-rata mencapai 4-8 ton.

"Keunggulan yang dibuktikan dari beras organik petani yaitu ketahanan dari nasinya yang bisa bertahan selama 2 hari," ungkapnya.

Kini, Abdul Kadir juga akan membawa beras organiknya bersiap go international. Sebab beras organik tanaman sejumlah petani itu akan diekspor ke luar negeri. Tapi, untuk proses menuju ekspor ke luar negeri akan banyak yang harus dilalui, mulai dari proses penanaman hingga menuju kontainer harus memenuhi syarat.

"Sudah diajukan untuk mendapatkansertifikasi lisensi internasional dari lembaga yang sudah diakui organisasi pangan dan pertanian PBB (FAO), kemungkinan tahun depan," ungkapnya. (SM)

Related News