• 24 April 2024

Dampak Memberi Makan Satwa Liar

uploads/news/2020/01/dampak-memberi-makan-satwa-66726f90c8ba4db.jpeg

“Itu tidak dibenarkan, semakin sering kita biarkan, mereka (monyet) akan manja dan malas mencari akan sendiri, itu yang ditakutkan. Kami harap warga tidak tidak lagi memberi makan satwa liar macaca itu.”

PARIGI MOUTONG - Jika Sahabat Tani melintasi kawasan pegunungan di Poros Nasional antar Kota Palu dan Kabupaten Parigi Moutong, kita akan menjumpai kawanan monyet berbulu hitam berekor pendek. Pemandangan seperti ini, hampir setiap hari dijumpai. Kawanan monyet khas Sulawesi ini biasanya muncul di pagi dan sore hari. Mereka tampak menunggu makanan dari para pengendara yang melintasi kawasan yang dikenal dengan jalur kebun kopi ini.

Monyet hitam bernama latin Makaka Tonkeana ini, tampak tak takut lagi dengan manusia. Mereka langsung mendekati beberapa pengendara yang singgah utuk memberikan makanan atau hanya sekadar berswafoto. Kawanan monyet gunung yang mulai bersahabat ini menjadi hiburan tersendiri bagi warga. Bahkan, salah satu pengendara rela membelikan pisang untuk kawanan monyet itu. Meski tanda larangan memberi makan monyet tersebut dilarang keras.

Para pengendara yang mampir tak lagi mengindahkan papan pengumuman larangan memberi makan monyet yang dibuat oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Sulawesi Tengah yang jelas tertulis aturan undang-undang serta ketentuan pidana bagi yang melanggar. Mereka beralasan, jika memberi makan tidak membahayakan kawanan monyet tersebut.

"Kita kan hanya memberikan makan, kasihan juga lihat kawanan monyet ini seperti belum makan," ujar salah satu warga Kota Palu, Alfian (42).

Baca juga: Misteri Kehidupan Kelelawar

Namun empati warga terhadap kawanan monyet ini tidak dibenarkan karena akan mengubah naluri Macaca Sulawesi itu. Hal itu ditegaskan oleh Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Pangi, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah, Haruna. Ia mengakui niat pengendara sangat baik namun tidak tepat, namun dengan memberikan makan satwa tersebut akan mengubah perilaku alami kera secara menyeluruh.

"Itu tidak dibenarkan, semakin sering kita biarkan, mereka (monyet) akan manja dan malas mencari akan sendiri, itu yang ditakutkan. Kami harap warga tidak tidak lagi memberi makan satwa liar macaca itu," tegas Haruna, Sabtu (11/1).

Perubahan perilaku kawanan kera hitam tersebut jelas Haruna sudah mulai tampak. Sebab monyet tersebut muncul seakan terjadwal. Mereka turun ke jalan karena kebiasaan orang memberi makan. Dari pantauan BKSDA Sulteng, monyet tersebut terbagi tiga kelompok, mereka muncul di lokasi berbeda untuk menunggu makanan yang akan diberikan oleh pengendara yang lewat.

"Kita lihat saja mereka di pinggir jalan, kelihatan menunggu, ditakutkan mereka tidak mau lagi mencari makan sendiri," keluh Haruna.

Baca juga: Panana, Si Ular Berkaki Empat

Selain sifat alami yang akan berubah, dampak negatif lain memberi makan satwa endemik ini juga membahayakan pengendara dan satwa itu sendiri. Pasalnya, ketika berebut makanan, hewan tersebut berebut makanan di tengah jalan.

"Bahkan, tahun lalu, ada seekor kera yang terlindas kendaraan, untungnya tidak mati, kera itu masih bisa berjalan masuk ke hutan, tapi kami tidak tahu lagi kondisinya sekarang," ungkap Haruna.

Ia berharap, ada peran serta semua pihak untuk menjaga perilaku alamiah kera tersebut. Selain itu Haruna takutkan suatu saat kera hitam tersebut akan mengejar manusia ketika kelaparan.

"Mungkin saja mereka akan melukai masyarakat," katanya.

Saat ini, papan larangan memberi makan monyet endemik itu tersisa satu tempat. Sebelumnya, BKSDA Sulteng telah memasang papan larangan memberi makan sebanyak lima titik namun hilang dicuri oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Meski jumlah populasi satwa tersebut belum diketahui, namun Haruna memperkirakan Macaca Tonkeana itu sudah mencapai ratusan ekor.

Related News