• 29 March 2024

Ular Kobra Hantui Warga Jakarta

uploads/news/2019/12/ular-kobra-hantui-warga-32975f95b357fc2.jpg

Saat musim hujan datang, ular kobra pun mendadak hantui rumah warga Jakarta. Ada apa gerangan?

JAKARTA - Belakangan ini warga Jakarta digegerkan dengan munculnya kawanan ular kobra. Fenomena ini tercatat ditemukan di Cakung, Kembangan, dan Pasar Minggu. Kawanan ular kobra pertama kali ditemukan di Cakung, Jakarta Timur, Rabu (11/12). Kepala Suku Dinas Damkar Jaktim, Gatot Sulaiman mengatakan, ada sembilan anak kobra yang ditemukan di pekarangan rumah warga bernama Ocit.

“Sekitar pukul 11.15 WIB, kami menemukan laporan temuan sembilan anak kobra dari seorang warga Kelurahan Cakung,” katanya dalam keterangan tertulis, Rabu (11/12).

Sembilan anak ular kobra itu memiliki panjang sekitar 10 sentimeter. Berkat evakuasi tersebut, diklaim sebanyak 15 orang dari lima kepala keluarga berhasil terselamatkan dari ancaman ular kobra. Lalu pada Minggu (15/12), sebanyak 18 anak ular kobra kembali ditemukan di rumah milik warga di Jalan Langgar, Kembangan, Jakarta Barat. Kepala Seksi Operasional Sudin Damkar Jakbar, Eko Sumarno menyebut, belasan ular itu ditemukan di gudang milik warga.

“18 anak kobra ini bersarang di gudang bekas kolam milik warga. Anak kobra itu memiliki panjang sekitar 20 sentimeter,” kata Eko dalam keterangan tertulis.

Ia menyebut, saat ini ke-18 kobra itu dibawa oleh tim petugas Damkar Jakbar. Kemudian, anak-anak ular kobra itu diserahkan ke tempat penangkaran kobra. Tak cukup di situ, sebanyak 13 ekor ular kobra kembali ditemukan di rumah warga Jalan Rawa Bambu, Pasar Minggu, Senin (16/12). Kepala Sektor IX Pasar Minggu, Moch. Arief mengungkapkan, evakuasi dilakukan pada 19.35 WIB. Tak hanya anak ular, sang induk juga dievakuasi petugas dari rumah warga.

“Tidak membutuhkan waktu lama, 13 ekor anak ular kobra beserta induknya dapat dievakuasi pada pukul 20.45 WIB, sebut Arief.

Penjelasan dari LIPI

Fenomena banyak ditemukannya ular kobra di saat musim hujan menurut peneliti reptil dari Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Amir, Hamidy, merupakan fenomena yang normal. Apalagi, musim penghujan di akhir tahun saat ini merupakan waktunya anak-anak ular muncul ke permukaan setelah menetas dari telurnya. Ditambah, kobra merupakan jenis ular yang mampu beradaptasi di lingkungan manusia. Selain itu, lingkungan di sekitar rumah juga dianggap menyediakan makanan yang cukup bagi ular kobra.

“Saya tidak bisa berasumsi selain musim, musim (penghujan) memang bagus (untuk menetas). Kobra ini adalah jenis yang memang punya adaptasi bagus di lingkungan sekitar manusia, hidupnya yang paling utama adalah di sawah, ladang, tegalan bahkan sekitar rumah. Jadi, memang populasi yang banyak ada di lokasi-lokasi seperti itu karena menyediakan pakan yang cukup buat mereka untuk bertahan, berkembang biak dan tempat untuk bertelur juga tersedia,” katanya seperti melansir CNNIndonesia, Rabu (18/12)

Amir menjelaskan, di Indonesia sendiri terdapat dua jenis ular kobra, yaitu kobra sumatra atau Naja sumatrana dan kobra jawa atau Naja sputatrix. Sedangkan ular yang menghantui rumah warga merupakan jenis kobra jawa yang tersebar di Jawa, Madura, Bali, Lombok, hingga flores.

“Ular jenis naja itu menyebar dari Afrika sampai Asia Tenggara, ada beberapa jenis dan di Indonesia ada dua yaitu Naja sumatrana dan Naja sputatrix. Kalau Naja sumatrana ini ada di Pulau Sumatra, Bangka, dan Kalimantan. Sedangkan Naja sputatrix atau kobra Jawa ada di Pulau Jawa, Madura, Bali, Lombok sampai ke Flores. Persebaran alaminya seperti itu,” tuturnya.

Menurut Amir, dari segi ukuran ular kobra jawa lebih besar dan memiliki kemampuan reproduksi yang lebih bagus ketimbang kobra sumatra. Ia juga mengatakan, panjang ular kobra jawa bisa mencapai 1,8 meter. Sedangkan saat memasuki masa reproduksi, kobra jawa dapat menghasilkan 10 hingga 20 butir telur. Selain itu, kobra jawa juga dapat hidup hingga 20-25 tahun. Sedangkan perbedaan antara king cobra dan kobra jawa, menurutnya ada di kandungan venom (bisa).

King cobra itu lebih ke neurotoksin (sebuah toksin yang beraksi di sel saraf atau neuron), kalau kobra ini (kobra jawa) ada kombinasi antara neurotoksin dan sitotoksik (senyawa berbahaya yang dapat mematikan sel),” jelasnya.

Selain itu, perbedaan juga terlihat dari ukuran tubuhnya, di mana king cobra lebih panjang dibanding kobra jawa.

Ciri-Ciri Ular Kobra

Sementara itu, menurut ahli reptil dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung (ITB), Ganjar Cahyadi, menjelaskan mengenai ciri-ciri fisik ular biasa yang biasa ditemukan di permukiman warga. Ganjar yang juga merupakan kurator Museum Zoologi di ITB ini menjelaskan, ular berbisa dapat dikelompokan dalam dua famili yaitu elapidae dan viperidae. Ular yang termasuk ke dalam elapidae yaitu ular kobra, ular belang (bungarus), dan ular cabai (Calliophis intestinalis). Sementara untuk kelompok viperidae bercirikan, bagian bentuk kepala seperti segitiga. Jika berada di daun, ular ini berwarna hijau, sedangkan jika di tanah berwarna cokelatan.

“Ular berbisa memiliki taring yang mengeluarkan bisa. Selain itu dari perilakunya juga dapat terlihat kalau ular berbisa lebih santai dalam bergerak, tapi kalau didekati akan melakukan upaya perlindungan diri atau menyerang,” katanya mengutip ANTARA, Selasa (17/12).

Ganjar menjelaskan, ular tidak berbisa tidak memiliki taring dan bila didekati manusia, ular itu akan kabur. Ciri lain dari ular berbisa terlihat dari warna atau corak kulit. Ia menjelaskan, ular berbisa memiliki warna yang mencolok. Misalnya, ular cabai yang memiliki garis warna merah di tubuhnya, kemudian ular bungarus memiliki warna hitam putih.

“Namun khusus untuk ular kobra, yang mencolok adalah karena warnanya hitam legam. Perilaku ular kobra, kalau terancam akan menaikkan tubuhnya dan mengembangkan rusuknya. Bahkan dapat menyemburkan bisanya ke arah mata,” tuturnya.

Penanganan Pertama

Ganjar juga menyebut, ular akan menggigit biasanya karena memangsa dan mempertahankan diri. Lalu bagaimana cara melakukan pertolongan pertama bagi orang yang terkena gigitan ular? Menurutnya, saat seseorang terkena gigitan ular, harus selalu waspada jika gigitan tersebut memiliki atau mengandung bisa. Hal pertama yang harus dilakukan pertama kali yaitu imobilisasi atau meminimalisasi gerakan pada area yang terkena gigitan ular.

“Perlakuannya seperti pada patah tulang, jadi kita memasang kayu yang diikatkan dengan perban di bagian tubuh yang terkena gigitan. Usahakan area yang tergigit tidak bergerak sama sekali untuk mencegah area peredaran bisa dengan cepat. Akan tetapi jangan diikat terlalu kencang. Setelah dilakukan upaya tersebut, barulah dibawa ke fasilitas kesehatan,” kata Ganjar.

Seringkali, ada beberapa tindakan yang salah dalam penanganan terhadap gigitan ular. Saat terkena gigitan ular, melukai lokasi yang terkena gigitan atau membakarnya sangat dilarang, karena dapat terjadi infeksi. Ganjar melarang menghisap darah di lokasi gigitan karena racunnya dapat termakan.

“Yang paling bagus sesuai saran WHO, yaitu imobilisasi di area gigitan,” tuturnya.

Setelah tergigit bawalah ke rumah sakit yang menyediakan serum anti-bisa ular kobra. Menurut Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat, Kristi Watini, setidaknya ada tujuh rumah sakit di Jakarta yang menyediakan serum anti-bisa ular kobra.

“Ada tujuh rumah sakit yang menyediakan serum antibisa ular di DKI Jakarta yakni RSUD Tarakan, RS Suyoto, RSUP Fatmawati, RSUD Cengkareng, RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), RSPI Sulianti, dan RS Fatmawati,” kata Kristi, mengutip ANTARA, Senin (16/12).

Ia menjelaskan, serum itu belum didistribusikan ke tingkat puskesmas. Saat ini, hanya ada beberapa rumah sakit yang menyediakan serum anti-bisa ular kobra. Kristi menyatakan, serum hanya dapat diberikan kepada pasien yang terbukti atau telah digigit ular berbisa, dengan penanganan medis dari rumah sakit tersebut. Beberapa rumah sakit masih mematok biaya untuk pemberian serum anti-bisa ular kobra, tapi ada juga yang gratis.

“Misalnya saja RSCM yang mematok harga Rp900.000 dan RS Fatmawati Rp595.000. Namun, beberapa menyediakan serum secara gratis seperti RSPI Sulianti yang menyediakan serum gratis untuk pasien BPJS,” pungkasnya.

Related News