• 25 April 2024

Urban Farming, Kebanggaan Warga Bintaro

Kalau panen dijual ke masyarakat sini, uangnya buat opersional, jadi uangnya diputar buat teman-teman pada makan, minum, ongkos.”

JAKARTA SELATAN - Pemandangan hijau terhampar di atas lahan seluas 1.600 meter persegi yang berada di Komplek Perumahan Bukit Mas Village, Kelurahan Bintaro, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Lahan itu sendiri merupakan milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta yang dimanfaatkan warga sekitar untuk kegiatan urban farming.

Urban farming merupakan konsep memindahkan pertanian konvensional ke pertanian perkotaan, perbedaannya ada pada pelaku dan media tanamnya. Pertanian konvensional lebih berorientasi pada hasil produksi, sedangkan urban farming lebih pada karakter pelakunya yakni masyarakat urban. Urban farming kini telah menjadi gaya hidup, karena semakin tingginya kesadaran masyarakat urban untuk menjalani gaya hidup sehat.

“Ini kan lahannya ada dua, yang satu baru sebulan, biaya puput dan bibit dari pemerintah. Kalau yang satunya lagi, punya kita sendiri, teman-teman PPSU (Penanganan Prasarana dan Sarana Umum) pada patungan beli bibit. Di sini tenaganya hanya lima orang dan sudah satu tahun yang lalu. Di sini yang ditanam ada cabai merah keriting, pepaya, jagung, timun, terong, kacang tanah, dulu juga pernah tanam padi. Kalau panen dijual ke masyarakat sini, uangnya buat opersional, jadi uangnya diputar buat teman-teman pada makan, minum, ongkos,” ujar Sidiq, pengelola lahan tersebut saat ditemui JagadTani.id, Minggu (8/12) kemarin.

Baca juga: Urban Farming, Solusi Lahan Terbatas

 “Kalau sudah panen, langsung disimpan di gudang, jadi ada gudang buat penyimpanan hasil panen, alat-alat sama pupuk-pupuknya, kita jam kerjanya pagi pukul 07.00 lanjut lagi pukul 14.00 sampai Maghrib,” lanjut pria berusia 51 tahun itu.

Tidak sedikit warga yang berkunjung ke perumahan bukit mas ini hanya untuk melihat lahan pertanian yang indah dan sejuk. Semua itu, lanjutnya, merupakan hasil kerja keras dari PPSU atau yang biasa disebut “tim oranye” untuk menambah penghasilan mereka.

“Kadang-kadang di sini ramai anak SD, gurunya sering ke sini buat belajar, pengenalan, kadang juga dari kampus ke sini buat penelitian, apalagi dulu masih ada padi, kalau sekarang lagi enggak panen, jadi enggak ada,”kata Sidiq.

Baca juga: Menyulap Lahan Bekas jadi Kebun

“Karena sekarang sudah ada instruksi dari pemerintah mengerjakan lahan baru, sedangkan kita yang kerja di sini cuma berlima, jadi agak keteteran. Jadi teman-teman awalanya kan PPSU yang libur mengurus di sini, karena kan kalau mengurus kebun kayak begini ada penghasilannya tersendiri yang buat bangga dan bermanfaat buat orang lain,” tutupnya.

Related News