• 27 April 2024

Budidaya Kelinci Ala BRC 

uploads/news/2019/11/budidaya-kelinci-ala-brc--238871c35732693.jpg

Selain memiliki peluang bisnis yang terbuka lebar, kebutuhan daging kelinci dan produk turunannya sangat tinggi di pasaran bahkan bisa menjangkau pasar ekspor.

BOGOR - Berangkat dari hobi dan memiliki niat yang sama,Bogor Rabbit Center (BRC), komunitas para pecinta kelinci di Bogor ini terus mengembangkan usaha budidaya kelinci. Selain memiliki peluang bisnis yang terbuka lebar, kebutuhan daging kelinci dan produk turunannya sangat tinggi di pasaran bahkan bisa menjangkau pasar ekspor.

Pembina BRC, Eril Jaelani mengatakan, budidaya kelinci dimulai sejak 2014 lalu bersamaan dengan terbentuknya komunitas BRC. Budidaya kelinci dipilih oleh BRC, di samping karena sama-sama memiliki hobi memelihara, hewan mamalia dari famili Leporudae ini juga dinilai sangat mudah dikembangbiakkan dibandingkan hewan ternak lainnya.

"Kelinci itu pertumbuhan anakannya cepat, satu bulan itu sudah lahir setelah masa kawin indukan. Iya, paling terlambat empat hari. Begitu juga biaya produksinya bisa dibilang ringan dan perawatannya tidak terlalu sulit jika dibandingkan dengan hewan ternak lainnya," kata Eril.

Baca juga: Meningkatnya Ekspor Kelinci Hias

 

Ia bercerita, konsep yang digunakan BRC yaitu mengembangkan bibit kelinci untuk disalurkan kepada binaan yang sekarang sudah mencapai 40 binaan yang tersebar di Jabodetabek, juga wilayah lain seperti Sukabumi, Cikarang, dan Dieng Wonosobo.

"Tahun 2019 ini, kita bentuk lagi namanya Kelompok Taruna Tani (KTT) BRC yang anggotanya mayoritas dari kalangan pemuda atau milenial," imbuhnya.

Pria kelahiran Pandeglang pada 1970 itu menjelaskan, di lahan miliknya yang berada di Kelurahan Bojongkerta, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, saat ini lebih kepada mengembangbiakan 75% kelinci pedaging  di antaranya New Zealand White, California, Rex, dan Nz Cal (perkawinan silang New Zealand White dan California). Sedangkan 25% lagi merupakan kelinci hias dan semuanya diurus oleh 15 orang.  

"Yang ada di lahan indoor 85 hole dan outdoor ada 60 hole. Kita rencanakan menambah 300 hole yang sekarang sedang dipersiapkan di lantai atas. Indukan asal kelinci semuanya impor dan yang kita kembangkan adalah anakannya," ungkapnya.

Biasanya, hasil budidaya kelinci pedaging tersebut, dijual dalam bentuk karkas dikisaran harga Rp100.000 sampai 150.000 per kilogram. Lalu ada juga aneka produk olahan dalam bentuk frozen food, seperti sosis, bakso, nugget, burger, dan sate. Sedangkan dalam bentuk makanan siap saji, ada rica-rica, woku, rendang, balado dan sop termasuk sate. 

Namun begitu, kata Eril, pihaknya baru sebatas untuk memenuhi kebutuhan komunitas saja dan masih jauh dari kata kurang. Per hari, dirinya baru dapat memproduksi sebanyak 15 kilogram. Sedangkan kebutuhan sendiri bisa mencapai 1 kuintal per hari, baik pasar lokal maupun ekspor sudah terbuka lebar dengan permintaan kebanyakan dari negara-negara timur tengah. 

"Jadi, kita belum bisa memenuhi pasar luas, apalagi kita baru merintis untuk memenuhi kuota produksi dengan memperbanyak indukan. Iya, sebenarnya kalau ada, pemerintah atau yang mau bantu peternak-petenak, saya recommend kelinci sebagai daging alternatif buat masyarakat," ungkapnya.

Untuk kelinci hias sendiri, lanjut dia, BRC sedang mengembangkan kelinci-kelinci untuk kontes. Diantaranya jenis Lionhead, Dutch, Mini Rex, Nederland Dwraf, Reza dan Anggora Inggris. Kelinci jenis ini, kata Eril, memiliki nilai jual tinggi antara Rp1,5 sampai Rp5 juta.

"Tapi namanya pembeli kalau sudah tahu kualitas, berapa pun pasti akan dibelinya," imbuhnya.

Dirinya berharap, pemerintah dapat membantu peternak dengan memfasilitasi dan mempermudah perizinan mendatangkan bibit yang baik dari luar dan mengembangkannya. Ia juga berharap ada dukungan terhadap komunitas-komunitas yang sudah ada di wilayah Bogor supaya menjadi lebih baik lagi. 

"Karena di budidaya kelinci itu butuh modal dan lahan cukup lumayan, apalagi sampai ke produksi yang terberat perizinan karena harus punya rumah potong, peralatan dan dapur berstandar. Saya sih berharap pemerintah menyediakan pelatihan dan rumah potong," tandasnya.

Related News