• 20 April 2024

Budidaya Selada Hidroponik, Cuan Stabil

“Saya tidak menjualnya ke pasar, saya memiliki pasar sendiri yaitu bekerja sama dengan restoran-restoran yang ada di sini, ada banyak yang sudah menjadi mitra kami jadi sudah tidak bisa jual ke tengkulak lagi”

Harga sayuran yang terus naik turun dapat disebabkan oleh cuaca, hama, serta permintaan pasar yang terus berubah. Harga yang stabil tentu lebih diinginkan oleh para petani.

Seperti Roni dan rekannya Riski sejak 3 tahun lalu bergelut menjadi petani selada hidroponik di Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Ia memilih membudidayakan selada secara hidroponik karena memiliki harga pasar yang lebih stabil.

“Saya tidak menjualnya ke pasar, saya memiliki pasar sendiri yaitu bekerja sama dengan restoran-restoran yang ada di sini, ada banyak yang sudah menjadi mitra kami jadi sudah tidak bisa jual ke tengkulak lagi,” ungkap Roni saat ditemui Jagad Tani di kebun hidroponiknya.

Baca juga: Tips Menanam Bawang Merah Hidroponik

Menurut keterangan Roni, harga selada di pasaran berkisar antara Rp 5 ribu hingga Rp 35 ribu per kilogramnya, tergantung dengan kondisi cuaca dan permintaan pasar sehingga seringkali petani merasa rugi saat harga selada rendah dan menyebabkan tidak balik modal. Untuk saat ini harga di pasaran sekitar Rp 25 ribu per kilogramnya.

“Saya punya harga sendiri untuk menjual selada saya ke restoran-restoran yang sudah bekerjasama yaitu Rp 17 ribu hingga Rp 20 ribu per kilogramnya. Harga tersebut tergantung jauh dekatnya dan perjanjian di awal kontrak dulu,” tutur Roni.

Roni menungkapkan harga tersebut sudah menjadi patokannya. Ketika harga sedang turun restoran yang sudah bekerja sama tidak bisa membeli dari luar dan harus membeli seladanya karena sudah kontrak dan harga sudah ditentukan di awal. Sehingga saat harga selada di pasaran sedang tinggi restoran tidak akan merasa rugi karna harga selada miliknya lebih rendah dan ia juga tidak dapat menaikkan harga jualnya.

“Kenapa harga selada saya bisa stabil itu yang pertama selada saya tidak terpengaruh oleh cuaca. Saat cuaca panas, selada saya tetap bisa bertahan karena pengairannya baik. Kemudian saat musim hujan selada punya saya juga tidak akan mati karna tidak terlalu banyak air,” jelasnya.

Baca juga: Belajar Kehidupan dari Usaha Hidroponik

Kata Roni, ladang selada miliknya ini memang harus diberi atap untuk menjaga kestabilan air karena jika dibiarkan tanpa atap air, selada akan mudah menguap saat musim panas dan akan terlalu banyak air saat musim hujan.

“Kendala yang paling berat saat musim hujan itu pertumbuhan selada menjadi sedikit lambat, bisa mundur satu hingga dua minggu dari jadwal panen karna kurangnya sinar matahari,” ungkapnya.

Roni mengungkapkan bahwa selada miliknya ini harus di panen ketika besar selada sudah memenuhi targetnya. Dalam 1 kilogram selada ia dapat mengisinya dengan 7 tanaman selada. “Setiap hari panen, setiap hari setor ke restoran, kalo sekali panennya itu biasanya bisa sampai 10 kg.” tutupnya.

Related News