• 27 April 2024

Kembalikan Kejayaan Kopi Pagaralam

uploads/news/2019/10/kembalikan-kejayaan-kopi-pagaralam-821948e13695656.jpg

Demi mengembalikan kejayaan kopi Pagaralam, Budi Dharma, petani asal Pagaralam, Sumatera Selatan, rela melepas pekerjaannya.

 

SUMATERA SELATAN - Tidak mau kopi Pagaralam hanya menjadi sebuah cerita masa lalu, membuat Budi Dharma, petani asal Pagaralam serius membudidaya tanaman kopi. Bahkan, Budi juga rela melepas pekerjaannya di perusahaan otomotif, demi mengembalikan kembali kejayaan kopi Pagaralam yang pernah merajai pangsa pasar di Indonesia.

Memiliki kebun 4 hektare di Desa Gunung Agung Tengah, Kelurahan Agung Lawangan, Kecamatan Dempo Utara Pagaralam, Budi bukan hanya fokus mengembangkan biji jenis kopi robusta, melainkan sudah menyasar ke jenis arabica. "Saya akan kembalikan lagi masa kejayaan kopi Pagaralam ke pelosok nusantara," tegas Budi saat ditemui, Selasa (1/10).

Dahulu, kata Budi, kopi Pagaralam sangat dikenal karena citarasanya. Namun hingga beberapa puluh tahun belakang, nama kopi Pagaralam mulai tergerus hilang. Bahkan, dirinya sampai heran, bibit kopi Pagaralam bahkan diklaim sebagai kopi asal daerah tetangga, namun nyatanya biji kopi itu didapat dari petani kopi Pagaralam.

"Potensi kopi asal Pagaralam ini bias bersaing, apalagi Pagaralam memang kondisi geografisnya memungkinkan untuk menghasilan biji kopi unggulan," katanya.

Selain itu, ia dan petani kopi lainnya sudah memiliki trik memanen kopi setiap bulan, tidak ada lagi istilah panen kopi satu tahun sekali. Memanen kopi dalam satu bulan sekali di lahan 4 hektare sudah dilakukannya sejak 1 tahun belakangan. Dari sekali panen setiap bulan bisa mencapai 300 kilogram atau dalam satu tahun mencapai 3 ton biji kopi.

"Saya dan beberapa teman ingin membantu petani kopi lainnya, untuk tanaman juga kita memakai bibit unggul," katanya. 

Kini Budi juga sudah mengirim sampel bubuk kopi ke pembeli dari berbagai negara seperti Arab Saudi, Singapura dan Jepang. "Untuk sementara bubuk kopi merek Selangis saya jual di Palembang serta beberapa daerah, saya juga hanya menjual kemasan 200 gram dengan harga Rp50 ribu," katanya.

Lantas bagaimana Budi memproses biji kopi menjadi bubuk kopi yang unggul? Beberapa petani di Pagaralam diakui Budi hampir sama metode proses pengolahan dari biji ke bubuk. Dalam proses pengolahan biji kopi, dibagi dengan beberapa cara. Salah satunya dengan metode penjemuran serta cara penjemuran. Namun sayangnya, Budi tidak mau merinci proses dengan alasan sebagai ramuan khas.

Beberapa jenis kopi robusta dan arabica juga dibagi berbagai jenis seperti kopi lanang, red roasting dan honey process. Sementara, Kabid Perkebunan Dinas Pertanian Kota Pagaralam, Rudianto mengungkapkan, pemerintah Pagaralam memang konsen dalam pengembangan kopi. Diantaranya dengan mengalokasikan dana pembiayaan bibit untuk petani. Jika stek kopi tersebut sudah hidup, langsung diberi biayanya kepada petani.

"Bantuan pemerintah seperti alat-alat stek seperti pisau opulasi, plastik sungkup, gunting serta gergaji potong," katanya. (SM)

Related News