• 29 March 2024

Tinggalkan Pupuk Kimia Demi Kopi

uploads/news/2019/11/tinggalkan-pupuk-kimia-demi-227024de2762fa8.jpg

Penggunaan pupuk kimia dianggap memengaruhi kualitas biji kopi saat panen tiba.

PAGAR ALAM - Demi hasil kualitas biji kopi bagus, sejumlah petani kopi di Kota Pagar Alam mengganti pupuk kimia menjadi pupuk organik cair (POC). Salah satu petani yang pindah ke pupuk organik cair yaitu Budi. Memiliki kebun seluas empat hektare di Desa Gunung Agung Tengah, Kelurahan Agung Lawangan, Kecamatan Dempo Utara, Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan, Budi bukan hanya fokus mengembangkan biji jenis robusta, melainkan sudah menyasar ke jenis arabica.

Ia menganggap, jika penggunaan pupuk kimia memengaruhi kualitas biji kopi saat panen tiba. Selain biji kopi yang kecil, kualitas citarasa juga memengaruhi kopi saat proses penggilingan.

"Saya sudah uji coba hampir satu tahun ini. Kalau pupuk saya bisa dapatkan dari kelompok tani, selain itu saya juga memproduksi pupuk organik padat dengan berbahan dasar kotoran ternak," jelasnya, Selasa (12/11).

Untuk membuat pupuk organik, ia mencampurkan bahan baku pupuk seperti kotoran kambing, dedaunan, bubuk kulit kopi, serta campuran EM4. EM4 sendiri berfungsi untuk mempercepat pengomposan untuk mengurai bakteri saat memproduksi pupuk organik. Budi juga menambahkan, penggunaan pupuk kimia tak membantu tingkat produksi kopi saat panen. Sehingga dirinya memutuskan untuk memakai POC agar hasil panen dan kualitas biji kopi mampu bersaing.

"Setelah memakai pupuk organik, dalam sekali panen setiap bulan bisa sampai 300 kilogram atau dalam satu tahun mencapai tiga ton biji kopi," kata dia.

Saat ini untuk pembuatan kompos organik ini tersebar di delapan titik, masing-masing mampu produksi sekitar 160 liter setiap bulannya. Bahkan saat ini sudah ada yang produksi tiga kali.

"Upaya pengomposan organik ini diharapkan mampu mendongrak produksi kopi, mudah mudahan ke depan produksi kopi di Pagaralam meningkat sesuai dengan permintaan pasar," jelasnya. (SM)

Related News