• 23 April 2024

Deteksi Kegenjahan Aren Sejak Dini

uploads/news/2019/11/deteksi-kegenjahan-aren-sejak-84498b18db877ce.jpg

Teknologi kit deteksi kegenjahan aren diharapkan dapat menjadi solusi bagi petani aren dalam seleksi bibit secara cepat.

BOGOR - Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian kembali mensosialisasikan salah satu teknologinya, yaitu kit marka molekuler untuk mendeteksi dini kegenjahan pada tanaman aren kepada para petani. Sosialisasi ini dilakukan melalui seminar Diseminasi Kit Kegenjahan Aren di Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BB Biogen), Bogor, Jumat (8/11) kemarin.

Kegiatan ini diikuti oleh para petani dari daerah penghasil aren di Jawa Barat seperti Cianjur Selatan, Leuwiliang dan Sumedang. Selain petani, kegiatan ini juga diikuti oleh peneliti dan mahasiswa dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), Banten. Menurut peneliti Balitbangtan, Rerenstradika Tizar Terryana, salah satu kendala dalam pengembangan aren yaitu keterbatasan bibit unggul, tidak diketahuinya tipe kegenjahan pada bibit, serta minimnya informasi teknologi budidaya aren. Untuk itu, teknologi kit deteksi kegenjahan aren diharapkan dapat menjadi solusi bagi petani aren dalam seleksi bibit secara cepat.

“Dengan sistem seleksi dini bibit, petani tidak perlu menunggu bertahun tahun hingga tanaman aren berbunga, dengan minimal lima tahun untuk aren genjah dan sembilan tahun untuk aren tipe dalam,” ujar Reren dalam keterangan tertulis.

Kit deteksi berbasis marka molekuler ini pertama kali dikembangkan di Indonesia. Sejak dipatenkan pada Juni 2017 lalu, kit marka molekuler ini telah digunakan untuk mengetahui tipe kegenjahan aren di sejumlah daerah seperti Cianjur, Banten, Kalimantan Timur, Leuwiliang, Banten, Bengkulu, Sumedang dan Manado.

Dari sampel yang dideteksi, diketahui jika aren dari Cianjur Selatan memiliki tipe genjah, Banten memiliki tipe dalam (di atas sembilan tahun), Kalimantan Timur (varietas kutim) tipe genjah (4-5 tahun), Leuwiliang tipe genjah, Banten (varietas parasi) tipe semi genjah (6-7 tahun), Bengkulu (varietas smulen ST1) tipe semi dalam (7-8 tahun), Sumedang tipe dalam, dan Manado (varietas toumung) tipe dalam (di atas sembilan tahun).

Petani asal Sumedang, Abdurrahman mengaku tertarik dengan teknologi yang dikembangkan Balitbangtan ini. Menurutnya, aren yang ada di daerahnya selama ini tumbuh liar tanpa ditanam oleh para petani, namun butuh waktu selama tujuh bahkan sepuluh tahun untuk berproduksi. Dengan adanya kit deteksi kegenjahan aren, maka nantinya diharapkan para petani dapat memilih bibit-bibit unggul yang memiliki tipe genjah untuk dikembangkan.

“Kalau untuk lahan insya Allah daerah kami siap ditanami komoditas aren karena lahan satu desa itu rata-rata luasnya di atas seribu hektare, lahan Perhutani yang menganggur juga masih ada sekitar 400 hektare. Hingga saat ini masih banyak masyarakat yang memanfaatkan aren dan menjadi salah satu komoditas andalan karena petani cukup menanam sekali namun bisa panen setiap hari selama 3-5 tahun. Untuk itu, dari acara ini kami berharap ada masukan yang baik terutama untuk masalah pembibitan.” ungkap Abdurrahman.

Sementara itu peneliti bioteknologi tanaman dari Untirta, Susianti menyatakan, pihaknya sebagai peneliti merasa terbantu dengan adanya kit deteksi kegenjahan aren. Menurutnya teknologi ini dapat memotong siklus dan membantu para pemulia untuk bisa menghasilkan varietas unggul terutama komoditas aren. 

Selama ini, susi mengaku harus melakukan pengamatan di lapangan untuk mengetahui kapan berbunga dan kapan berbuah. Rata-rata waktu yang dibutuhkan sekitar sepuluh tahun untuk aren tipe dalam dan lima tahun untuk aren tipe genjah.

“Itu menyulitkan bagi para pemulia karena akan membuang waktu yang demikian lama,” ujar Susi.

Susi pun berharap pihaknya dapat menjalin kerja sama dengan Balitbangtan agar teknologi rakitan Balitbangtan ini segera termanfaatkan.

 

Related News