• 24 April 2024

Teknologi untuk Lahan Rawa

uploads/news/2019/11/teknologi-untuk-lahan-rawa-202822dc5b4e566.jpg

Pemerintah lewat Kementerian Pertanian serius untuk mengoptimalisasi penggunaan lahan rawa untuk pertanian dengan teknologi.

BARITO KUALA - Para petani di Desa Jejangkit Muara, Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, baru saja melakukan panen perdana padi di lokasi Demfarm Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (SERASI), Rabu (6/11). Panen padi tersebut juga dihadiri Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Sarwo Edhy dan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Fadjry Jufry.

Panen itu sendiri diklaim merupakan hasil dari teknologi yang mengoptimalkan penggunaan lahan rawa lewat program SERASI yang merupakan kunci keberhasilan pertanian dari sisi produksi. Fadjry menyatakan jika Kementerian Pertanian telah mempersiapkan lahan rawa sebagai tulang punggung pertanian di masa depan. Menurutnya, dengan penerapan teknologi yang tepat, akan meningkatkan produktivitas petani secara signifikan.

“Kita sudah membuat model percontohan bagaimana pengolahan lahan rawa yang benar, mulai dari penataan lahannya, penataan airnya, termasuk inovasi teknologi yang ada di dalamnya,” ungkap Fadjri dalam keterangan tertulis.

Fadjry juga mengaku jika pihaknya telah mempersiapkan paket teknologi yang siap menunggu efektivitas dan efisiensi pertanian lahan rawa, dari proses olah tanah, tanam, hingga panen. Potret teknologi lahan rawa itu, kata Fadjry, bahkan dipamerkan melalui pengembangan demfarm SERASI binaan Badan Litbang Kementan di kabupaten tersebut.

Fadjry juga menambahkan, Demfarm dibangun untuk percepatan dan efektivitas adopsi teknologi oleh petani dalam upaya meningkatkan produksi pertanian dan kesejahteraan petani di lahan rawa.

“Teknologinya kita sudah punya, bagaimana mengatur tata airnya, di lahan rawa ini ada lapisan pirit namanya, oleh karena itu kita memperkenalkan traktor rawa berbentuk perahu, itu merupakan solusi bagaimana pengolahan tanah yang tepat di lahan rawa, karena menggunakan traktor biasa kedalaman pengolahannya itu lebih dari 30 cm, yang kita anjurkan itu kurang dari 30 cm, mudah-mudahan dengan traktor model seperti itu bisa mempercepat pengolahan lahan,” ujarnya.

Walau masih dalam tahap prototipe, kata Fadjry, traktor tersebut dapat mengolah satu hektare lahan dalam waktu satu jam. Ia juga menambahkan jika pihaknya juga tengah memperkenalkan drone tanam berbasis GPS.

“Artinya di Jakarta pun saya tidak perlu ke sini, saya bisa menginstruksikan dari jauh, itu outonomous, bisa ada track-nya” ungkapnya. 

Tidak hanya memperkenalkan traktor perahu dan drone, Fadjry juga mengungkapkan jika pihaknya memiliki teknologi mikroorganisme sebagai pemberat pada gabah yang ditebar. Sehingga, pada saat gabah tersebut masuk ke tanah bisa menyuburkan tanah sehingga daya tumbuhnya lebih baik. 

“Selain itu kita juga ada teknologi varietas unggul baru, kita punya Inpara 1 hingga 7 , Inpara itu Inbrida Padi Lahan Rawa, ini yang banyak berkembang Inpara 4, potensinya bagus bisa sampai 6 ton kalau padi biasa 2-3 ton saja” jelas Fadjry.

  Dalam kesempatan yang sama Sarwo Edhy mengungkapkan jika Indonesia memiliki 34 juta hektare lahan rawa lebak, 10 juta hektare hingga 17 juta hektare diantaranya dapat dijadikan lahan produktif pertanian. 

“Tahun 2019 ini, pemerintah membuat semacam proyek percontohan lebih kurang 500.000 hektare yang awalnya terdiri dari tiga Provinsi, yakni Kalsel seluas 200.000 hektare Sumsel 250.000 hektare dan Sulsel 50.000 hektare,” beber Sarwo.

Namun dalam perkembangannya, Sarwo mengatakan, hasil validasi yang sudah diinventarisir dan dihimpun oleh Kementan, Sumsel hanya mampu menghasilkan 200.000 hektare, Kalsel 120.000 hektare, dan Sulsel 333.200 hektare, sehingga kekurangannya itu ditawarkan ke provinsi lain.  

“Sulteng siap 25.000 hektare kemudian Lampung 25.600 hektare, jadi semua tetap lebih kurang 500.000 hektare sebagai pilot project percontohan untuk 2019 ini,” rinci Sarwo. 

Sarwo menambahkan sentuhan teknologi lahan rawa mampu meningkatkan indeks pertanaman hingga produktivitas, manfaatnya terasa bahkan hingga pendapatan petani. 

“Jadi tujuan optimalisasi lahan rawa ini, yang pertama meningkatkan indeks pertanaman dan yang kedua meningkatkan produktivitas per hektare-nya, yang biasa panen satu kali sekarang dua kali, yang produktivitas per hektare-nya hanya dua ton sekarang bisa di atas lima ton. Artinya dari sisi penghasilan bisa naik dua kali, dari sisi pertanaman juga bisa dua kali, jadi untungnya berlipat-lipat,” terang Sarwo. 

Sementara itu, salah satu petani lahan rawa di Jejangkit sekaligus Ketua Kelompok Tani Karya Membangun, Zainal Hakim, berterimakasih dan mengaku petani di wilayahnya sangat merasakan manfaat dari bantuan pemerintah lewat program SERASI.

“Kami sangat berterimakasih, atas bantuan dari Kementerian Pertanian, baik dari sisi pertanian modern maupun pendampingannya, kami dilatih bagaimana menjadi petani yang produktif, dulu sebelum ada program ini, produktivitas kami paling banyak hanya tiga ton per hektare, sekarang bisa sampai enam ton, bisa tanam hingga dua kali setahun, manfaatnya betul-betul terasa untuk kesejahteraan petani,“ tutup Zainal.

Related News