• 19 March 2024

Saatnya Petani Kopi Muda Berkarya

uploads/news/2019/09/saatnya-petani-kopi-muda-35588ab9b8ccfd8.jpeg

Selama ini petani kopi selalu diidentikkan dengan generasi tua, namun masa itu sudah berlalu. Sudah saatnya petani kopi generasi milenial mulai berkarya.

 

YOGYAKARTA - Kusnoto tampak sedang asyik menempelkan stiker untuk biji kopi robusta yang akan ia pajang di meja stan miliknya. Ia dibantu kedua temannya datang dari desa Jingkang, kecamatan Karang Jambu, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Mereka bertiga terlihat antusias mengikuti pagelaran Malioboro Coffee Night 2019 di Yogyakarta. Walau masih terbilang baru terjun di dunia kopi sejak 2013, Kusnoto tak putus asa. Ia bersama para petani muda terus berusaha memperkenalkan kopi asal Purbalingga yang selama ini tidak terlalu dikenal.

“Produksi kopi Purbalingga saat ini sebanyak 225 ton per tahun. Itu masih sedikit. Kalau untuk kebutuhan di Purbalingga itu baru mencukupi 60%,” ujar Kusnoto saat ditemui di stan nya pada Senin (30/9)

Kusono juga bercerita, selama ini para petani kopi di desanya hanya dapat mengambil biji kopi yang dapat diraihnya karena tinggi batang kopi peninggalan Belanda yang mencapai 4-6 meter. Karena itu, ia bersama para petani muda dari desanya memutuskan untuk menebang dan menyambung kembali batang pohon kopi tersebut hingga mudah diraih. Usahanya pun berkembang pesat, saat ini Kelompok Maju Makmur yang berjumlah 22 orang, sebuah kelompok usaha bersama (KUB) dari desa Jingkang yang sudah berhasil mengelola lahan seluas 20 hektare dari awalnya hanya 2-3 hektare.

“Selama ini, petani kopi senior selalu memetik biji yang merah dan hijau. Jadi saat petani muda turun, kami menyarankan untuk mengumpulkan biji merah supaya kualitasnya bagus dan yang hijau dijual ke tengkulak,” kata Kusnoto yang juga menjabat sebagai wakil dari Kelompok Maju Makmur.

Berkembangnya kopi Purbalingga juga berdampak positif pada dukungan dari Pemerintah Kabupaten Purbalingga yang bahkan akan mengadakan acara festival kopi Purbalingga pada 25-27 Desember 2019 nanti. Apa lagi, menurut Kusnoto, jumlah petani pemuda di desanya semakin tahun semakin bertambah.

Ditambah, para pemuda di kampungnya juga mendapatkan ilmu membudidayakan kopi yang ia pelajari dari Dinas Pertanian Kabupaten Purbalingga dan PPL Kecamatan Karangjambu sejak awal merintisnya Kopi  Jingkang tahun 2014. Ditambah dengan pelatihan penyeduhan dan perdagangan dari Dinas UMKM Perintah Provinsi Jawa Tengah pada Agustus 2019. Kusnoto pun berharap agar petani muda dapat kopi yang berkualitas dan memiliki harga yang dapat bersaing. 

Bila Kusnoto merintis dari awal kebun kopi peninggalan Belanda, berbeda dengan Yusuf Ikhwani asal Kabupaten Temanggung yang berlatarbelakang dari anak petani kopi. Walau berasal dari anak petani kopi, namun sang ayah berhasil membiayai sekolah Yusuf hingga kuliah, tepatnya di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati, Bandung. Kala itu, Yusuf yang berhasil lulus dari jurusan Pendidikan Bahasa Arab memutuskan untuk pulang ke desanya dan mengajar selama 2 tahun di sana. “Saat pulang, saya tersadar kalau potensi kopi di desanya besar, saya berhenti mengajar, dan fokus memajukan kopi Temanggung,” tuturnya.

“Kita baru membaca potensi besar kopi pada 4-5 tahun belakangan ini, karena petani selama ini sering menjual ke pengepul dengan harga murah. Makanya kita bangkit, untuk memajukan kopi Temanggung. Paling tidak, kopi ini dapat harga yang sesuai,” tambahnya.

Karena itu, para petani muda dari Kabupaten Temanggung ini memilih untuk memproses hingga menjual kopi sendiri. Setelah itu, pihaknya juga mencoba untuk memasarkan hingga nantinya bisa ekspor karena harga kopinya cenderung dapat stabil. “Kalau pengepul sekarang dijual dari harga Rp20 ribu hingga Rp21 ribu. Kalau ekspor bisa sampai Rp25 ribu hingga Rp27 ribu,” katanya.

Ditambah, panen yang terjadi pada Juni hingga Agustus bahkan September kali ini menjadi berkah tersendiri bagi para petani karena setiap pohonnya dapat memproduksi 45 kg untuk satu pohonnya. Meski demikian, harganya menurut Yusuf di bawah standar yaitu Rp20 ribu per kilogram. “Karena itu saya ingin mencoba membantu mengekspor kopi Temanggung, lalu kalau ada pembeli yang memang menginginkan kapasitas besar, bisa berkunjung ke Temanggung,” tutupnya.

Related News