• 27 April 2024

Memantau Satwa Liar dengan Drone

uploads/news/2021/02/memantau-satwa-liar-dengan-27648a92835f85a.jpg

Pengembangan ilmu ekologi dan konservasi sendiri tidak akan pernah lepas dari pengembangan teknologi maju.

JAKARTA - Indonesia merupakan negara dengan kekayaan biodiversitas tertinggi kedua di dunia.

Hal ini menjadi anugerah, sekaligus modal dasar dalam pembangunan berkelanjutan yang perlu selalu dijaga kelestariannya.

Namun, kerusakan lingkungan seperti kebakaran hutan, eksploitasi sumber daya alam (SDA) secara berlebihan menjadi tantangan dalam menjaga biodiversitas khususnya jenis-jenis satwa liar yang kini statusnya diambang kepunahan.

Sayangnya, data mengenai satwa liar di Indonesia masih terbatas dan minim.

Baca juga: Mencegah Kerusakan Ekologi di Indonesia

Hal ini tentunya akan mempersulit upaya konservasi satwa liar di hutan nusantara dan berbagai upaya lain dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pemanfaatan salah satu SDA ini di masa mendatang.

"Kita tahu bahwa hutan hujan tropis Indonesia itu susah dijangkau. Metode survei secara tradisional memang agak sulit, ditambah satwa liar memiliki sifat sulit dipahami dan samar. Itu yang menyebabkan data-data ekologi di Indonesia itu sulit dan menjadi sangat terbatas," ujar peneliti konservasi biodiversitas hutan dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Institut Pertanian Bogor (IPB) University, Dr. Dede Aulia Rahman dalam keterangannya belum lama ini.

Ia menyebut, dibutuhkan teknologi supaya dapat menjawab tantangan terkait pengumpulan data dan potensi satwa liar di Indonesia.

Menurutnya, pendataan biodiversitas satwa liar Indonesia masih belum terpublikasi sempurna.

Bahkan, secara statistik, hampir sebagian besar tulisan mengenai SDA Indonesia yang dipublikasikan dalam jurnal bereputasi justru berasal dari peneliti atau penulis luar negeri.

Hal ini mendorongnya untuk melakukan optimalisasi pendataan dengan menggunakan teknologi drone thermal dan kamera tangkap untuk melacak satwa liar di hutan.

Dirinya mengklaim, penggunaan alat ini dapat mempermudah pendataan satwa liar yang sulit bahkan berbahaya untuk dipantau seperti satwa yang buas.

Dalam studi terbarunya, yang didukung Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek)/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dibawah skema Penelitian Dasar Unggulan Perguruan Tinggi (PDUPT), Dede melakukan pendataan serta monitoring satwa liar dengan memanfaatkan teknologi kamera tangkap (camera trap) dan drone thermal.

Menurutnya, camera trap berfungsi seperti CCTV yang dilengkapi sensor gerak, sehingga dapat merekam dan membedakan satwa yang satu dengan satwa lainnya atau membedakan antar individu satwa melalui pengenalan karakteristik maupun bentuk tubuh atau pola tertentu yang terdapat pada setiap jenis satwa.

"Contohnya, pada macan tutul jawa yang merupakan satwa endemik Indonesia, kita bisa membedakan setiap individunya berdasarkan pola totolnya atau rosette. Jadi semacam sidik jari pada manusia dan untuk orangutan dapat dibedakan setiap individunya berdasarkan tampilan wajah," jelas pakar satwa liar IPB University ini.

Sementara, teknologi drone sendiri telah lama digunakan sejak 1930.

Namun teknologi tersebut digunakan untuk kepentingan militer dan untuk berbagai kepentingan lainnya sejak 2000, karena itu teknologi ini bisa dibilang sudah siap.

Hanya saja, lanjutnya, drone belum digunakan untuk memantau  biodiversitas.

Sehingga perlu pengembangan-pengembangan lebih lanjut untuk dapat menyesuaikan dengan kekhasan dan karakteristik biodiversitas yang akan dipelajari.

Drone yang digunakan dalam studinya tersebut yaitu drone yang dilengkapi dengan kamera termal.

Drone ini diklaim mampu memonitor dan mengidentifikasi berdasarkan suhu tubuh dan ukuran pixel dari satwa yang ditemukan.

Baca juga: Si Mungil Romantis dari Sulawesi

Dede juga menyebut, keinginannya untuk berkolaborasi dengan peneliti dari berbagai disiplin ilmu.

Pasalnya, tidak hanya dengan mengenali, memahami, dan ikut mengkonservasi biodiversitas Indonesia.

Namun, juga terkait dengan pemanfaatan potensi biodiversitas Indonesia yang sungguh luar biasa untuk kemanfaatan masyarakat Indonesia.

Pengembangan ilmu ekologi dan konservasi sendiri tidak akan pernah lepas dari pengembangan teknologi maju. Sehingga, kedepan penting membangun kolaborasi untuk mengembangkan atau bahkan menciptakan teknologi kamera tangkap dan drone termal baru yang sesuai dengan kebutuhan pemantauan biodiversitas yang ada di Indonesia," tutupnya.

Related News