• 2 May 2024

Bank Sampah Mandiri Merauke Pertama

Program bank sampah mandiri tujuannya untuk memotivasi masyarakat sekitar di kelurahan mandala, khususnya agar bisa menjaga lingkungan sehat dan bersih.

MERAUKE - Sejak dicanangkan sebagai kawasan percontohan bebas sampah, sejumlah warga di Jalan Prajurit, Kelurahan Mandala membangun bank sampah mandiri pertama di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua.

Lurah Mandala Merauke, Junaidi menuturkan, pihaknya menggagas pembentukan bank sampah mandiri bersama pengurus sampah dan karang taruna setempat guna menindaklanjuti kawasan percontohan bebas sampah.

Program bank sampah mandiri tujuannya untuk memotivasi masyarakat sekitar di kelurahan mandala, khususnya agar bisa menjaga lingkungan sehat dan bersih. Memilah sampah dari rumah ke rumah, menjaga kebersihan karena bagaimanapun kami di jalan prajurit jadi Kawasan bebas sampah tentu harus memotivasi masyarakat supaya tidak membuang sampah sembarangan,” bebernya kepada Jagadtani.id, Rabu (3/2) kemarin.

Baca juga: Menyulap Sampah menjadi Pupuk Organik

Junaidi pun menghimbau masyarakat agar tidak tidak membuang sampah sembarangan, karena sampah masih memiliki nilai ekonomis dan bisa ditabung di bank sampah mandiri menghasilkan rupiah.

Hari ini saya datang ke bank sampah untuk mendaftar sebagai nasabah bank sampah. Harapannya, masyarakat juga mau menabung menjadi nasabah bank sampah,” lugasnya.

Di kesempatan yang sama, Ketua Pengelola Bank Sampah Mandiri Jalan Prajurit - Merauke, Indayati mengatakan, pendaftaran lurah Mandala menjadi nasabah bank sampah, maka menggenapkan total jumlah menjadi 40 nasabah yang didaftar oleh pengurus.

Sebelumnya, bank sampah mandiri digagas pada 2019 dan diresmikan pada Maret 2020.

Apa lagi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Merauke turut mendukung administrasi bank sampah yang masih dilakukan secara manual.

Namun, baru-baru ini DLH memberikan satu unit kendaraan roda tiga untuk melancarkan tugas para pengurus bank sampah ketika sosialisasi ke toko atau kios maupun mengangkut sampah nasabah.

Alhamdulillah sekarang kita mulai sosialisasi ke toko, kios dan pendekatan kepada masyarakat karena sudah ada kendaraan roda tiga untuk menjemput sampah. Kemarin belum ada kendaraan ya manual, nasabah membawa sampahnya sedikit demi sedikit,” ungkap perempuan berkerudung berparas manis dan energik ini.

Diakuinya, sosialisasi masih perlu dilakukan secara kontinyu karena belum banyak masyarakat yang mengetahui keberadaan bank sampah mandiri.

Bahkan, minat masyarakat untuk menabung dari sampahnya itu masih minim.

Masyarakat ada yang belum mengerti pentingnya bank sampah. Kita terus memberikan pengetahuan supaya sampah bisa diolah dan ditabung. Sampah di tabung jadi uang, memang terlihat tidak seberapa nominalnya tapi mungkin suatu saat akan banyak. Sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit,” ujar Indayati.

Dia menjelaskan, bank sampah di Jalan Prajurit menghargai pembelian sampah karton atau kertas Rp 300 per kilogram, namun jika ditabung dihargai Rp 500 per kilogram.

Sampah besi dibeli Rp 800 per kilogram, jika ditabung dihargai Rp 1.000 per kilogram.

Sampah ember atau botol oli dibeli Rp 1.300 per kilogram, jika ditabung dihargai Rp 1.500 per kilogram.

Sampah jerigen minyak dibeli Rp 2.000 per kilogram, jika ditabung dihargai Rp 2.500 per kilogram.

Sedangkan sampah aluminium dibeli Rp 6.000 per kilogram, jika ditabung dihargai Rp 7.000 dan sampah minyak jelantah dibeli Rp 9.000 per 5 liter, jika ditabung dihargai Rp 10.000 per 5 liter.

Kita bekerjasama dengan pengepul selaku pencacah yang akan mengirim ke Jawa,” bebernya.

Sementara itu, sekretaris bank sampah prajurit mandiri Merauke, Yudistira menjelaskan, tabungan nasabah sudah ada yang diambil dan ada yang tetap ditabung.

Total sampah yang ditampung jika diuangkan sudah tercatat Rp 2.800.000.

Baca juga: Klaras Cantik yang Mendunia

 “Karena transaksi satu orang Rp 27.500, banyak yang kurang aktif, bisa satu bulan sekali bahkan tiga bulan sekali baru menabung sampahnya. Ada beberapa yang mengambil uangnya. Rencana ke depan, kita akan mengolah sampah organik menjadi pupuk,” kata Yudistira

Ia juga menerangkan, syarat menjadi nasabah bank sampah hanya KTP atau identitas lain dan membawa sampah.

Hal senada disampaikan pengelola bank sampah, Hanova, menurutnya dengan keterbatasan sarana prasarana dan dilakukan secara manual sebisa mungkin mengejar ketertinggalan.

Ada yang menawarkan sampah botol dan plastik namun kami belum punya alat pres, belum ada pencacahnya maka sementara tidak menerima. Kami bekerjasama dengan primer koperasi pengelola sampah memproduksi sabun cuci piring dengan deterjen cair,” tutupnya.

Related News