• 25 April 2024

Burung Pemecah Rekor Suara

uploads/news/2019/10/burung-pemecah-rekor-suara-508141f1df009a5.jpg

Suara burung ini mencapai 125,4 desibel atau tingkat suara yang setara dengan paku bumi saat dihantam ke tanah.

BRASIL - Seekor burung putih kecil di Amazon utara mendapat gelar burung dengan suara paling keras di dunia. Hal itu didapat setelah para ilmuwan merekam perilaku burung tersebut saat sedang kawin dan suaranya mencapai level suara di atas rata-rata suara yang dapat didengar manusia.

Suara burung bernama 'bellbird' putih atau yang juga dikenal sebagai Procnias albus, baru-baru ini direkam oleh para peneliti. Suara burung itu ternyata mencapai skala 125,4 desibel atau tingkat suara yang setara dengan paku bumi saat dihantam ke tanah. Suara itu sendiri, sembilan desibel lebih keras daripada burung piha yang ditemukan di hutan hujan Brasil dan tercatat sebagai pemegang rekor sebelumnya.

Ahli biologi dari Universitas Massachusetts Amherst, Jeff Podos, dan Mario Cohn-Haft dari Instituto Nacional de Pesquisas da Amazonia di Brasil berhasil menggambarkan penemuan ini dalam sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal Current Biology. Para peneliti menulis tersebut menyatakan jika teriakan burung itu sangat keras, dan mereka pun bertanya-tanya mengenai kehebatan burung 'bellbird' putih betina yang mendengarkan dari jarak dekat tanpa merusak pendengaran mereka.

Hal ini semakin membuat mereka kagum mengingat ukuran spesiesnya. Menurut para peneliti ukutan burung tersebut sebesar burung merpati dan beratnya sekitar seperempat kilogram. Untuk burung jantan bisa dibedakan dengan adanya gelambir hitam berdaging yang dihiasi dengan bintik-bintik putih dari bawah paruh, sedangkan burung betina berwarna hijau dengan garis-garis gelap dan kurang bergelambir.

Podos sendiri mengatakan jika ia cukup beruntung untuk bisa menyaksikan burung betina bergabung dengan burung jantan saat mereka bertengger dan bernyanyi.

"Ia menyanyikan nada pertama dengan menghadap ke depan, dan kemudian ia melakukan putaran teatrikal yang hampir dramatis, di mana ia mengayun dengan kaki terbuka lebar dan gelambirnya seperti melayang-layang," katanya seperti dilansir abc.net.au, Rabu (28 /10) kemarin.

Meski demikian, tak jelas mengapa burung betina dengan sukarela mengekspos diri mereka ke kebisingan, yang hampir mencapai 113 desibel di atas ambang batas rasa sakit kuping manusia atau setara dengan konser rock dengan music keras atau suara pesawat turbo propeler yang berjarak 60 meter.

"Mungkin mereka mencoba menilai si burung jantan dari dekat, meskipun dengan risiko kerusakan pada sistem pendengaran mereka," kata Podos.

Walau begitu, para ilmuwan tak yakin seberapa sukses nyanyian burung itu terbukti, karena mereka tidak mengamati burung yang pernah kawin.

"Kami tak tahu apakah jantan yang kami lihat adalah jantan yang pernah kawin atau burung yang dungu," kata Podos.

Para peneliti juga menggunakan perekam suara berkualitas tinggi dan video berkecepatan tinggi untuk memperlambat aksi burung. Hal itu cukup untuk mempelajari bagaimana burung menggunakan anatomi untuk mencapai tingkat kebisingan seperti itu.

Mereka juga mendapati jika nyanyian burung semakin keras, teriakan itu juga semakin pendek, dan memiliki teori mengenai pertukaran yang mungkin terjadi karena sistem pernapasan burung memiliki kemampuan terbatas untuk mengendalikan aliran udara dan menghasilkan suara. Kedua peneli itu mengatakan hal ini akan menempatkan batasan anatomi alami terhadap seberapa keras burung bisa berevolusi melalui seleksi seksual - seleksi untuk sifat-sifat yang menguntungkan reproduksi.

Related News