• 29 March 2024

Alasan Harga Telur menjadi Mahal

uploads/news/2020/12/alasan-harga-telur-menjadi-2005437f5e79f8f.jpg

Untuk itu, agar harga telur di tingkat pengecer tetap stabil, perlu adanya evaluasi regulasi mengenai prediksi dan pengadaan kebutuhan bibit ayam petelur.

JAKARTA - Belakangan ini harga telur melonjak, dari yang biasanya sekitar Rp22.000 di tingkat pengecer, lalu naik hingga Rp25.000, bahkan menyentuh harga Rp30.000 per kilogramnya.

Menurut dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) University dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Prof. Niken Ulupi, terjadi hampir di setiap tahun, terutama di akhir tahun menjelang perayaan natal dan tahun baru.

Apa lagi, di masa pandemi peningkatannya lebih tajam dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Baca juga: Kenali Telur Ayam yang Sehat

Kejadian ini, menurutnya, hampir terjadi di seluruh wilayah Indonesia.

Prof. Niken juga menyebut, kenaikan harga telur juga dipicu oleh beberapa faktor pendukung, seperti peningkatan konsumsi telur di 2020.

Menurut data dari Asosiasi Peternakan Ayam Petelur Nasional, di masa pandemi konsumsi telur naik dari 14,7 kilogram per kapita menjadi 18,7 kilogram per kapita.

Peningkatan permintaan ini, tentu saja berdampak pada peningkatan harga telur.

Selain itu menjelang akhir 2020, terjadi lonjakan harga bibit ayam petelur.

Dari yang sebelumnya harga day old chicken (DOC) ayam petelur berkisar Rp7.000 per ekor, sekarang harga DOC mencapai Rp17.000 per ekor.

Pemicu lainnya yaitu, adanya peningkatan bahan baku pakan impor, yang mencapai 40%.

Baca juga: Serba-Serbi Telur Angsa

Untuk itu, agar harga telur di tingkat pengecer tetap stabil, perlu adanya evaluasi regulasi mengenai prediksi dan pengadaan kebutuhan bibit ayam petelur. Ini penting dievaluasi agar bisa diantisipasi adanya kenaikan permintaan konsumsi masyarakat terhadap telur konsumsi. Selain itu  yang perlu dievaluasi adalah regulasi tentang larangan penjualan telur hatching egg ayam broiler (telur tertunas) fresh sebagai telur konsumsi,” ujarnya.

Pada dasarnya, lanjutnya, terjadinya perubahan harga telur dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara supply dan demand telur.

Selain itu, distribution channel penjualan telur juga masih cukup panjang. Selama ini, distribusi masih melalui broker atau trader telur, seharusnya langsung ke retailer biar sedekat mungkin dengan konsumen,” tutupnya.

Related News