• 29 March 2024

Pakan Ternak dari Bulu Ayam

uploads/news/2020/12/pakan-ternak-dari-bulu-91752f7cea86219.jpg

Melihat potensi populasi unggas di Indonesia, baik ayam pedaging, ayam petelur, serta ayam buras, diperkirakan potensi bulu ayam yang dihasilkan sebesar hampir 100.000 ton setiap tahunnya.”

JAKARTA - Jika Sahabat Tani yang sedang usaha peternakan, baik ruminansia maupun unggas, cobalah menggunakan pakan dari bulu ayam.

Ya, menurut Inang Sariati dari Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementerian Pertanian (Kementan), bulu ayam memiliki potensi sebagai bahan pakan ternak.

Baca juga: Pakan Tepat Sapi FH Jantan

Apa lagi, hingga saat ini bulu ayam yang merupakan hasil limbah pemotongan ayam belum banyak dimanfaatkan.

Bahkan, sebagian besar dibuang begitu saja di sekitar tempat pemotongan ayam, sehingga menimbulkan pencemaran di lingkungan sekitarnya.

Padahal, berdasarkan penelitian, dari hasil pemotongan setiap ekor ternak unggas akan diperoleh bulu kurang lebih 6% dari bobot hidup ayam potong.

Melihat potensi populasi unggas di Indonesia, baik ayam pedaging, ayam petelur, serta ayam buras, diperkirakan potensi bulu ayam yang dihasilkan sebesar hampir 100.000 ton setiap tahunnya,” ujarnya dalam keterangan resminya belum lama ini.

Ditambah, bulu ayam mempunyai kandungan protein sangat tinggi yaitu 80%, sehingga berpeluang untuk bisa diolah dan digunakan sebagai bahan pakan dalam bentuk tepung bulu ayam.

Tepung bulu yang merupakan produk olahan bulu ayam dan termasuk salah satu bahan pakan sumber protein, yang selama ini masih diimpor setiap tahunnya seperti bahan pakan lainnya,” tuturnya.

Dengan meningkatnya produksi ayam, diperkirakan potensi penggunaan pakan dari tepung bulu juga akan terus meningkat setiap tahunnya.

Kandungan lengkap protein tepung bulu bisa dibilang cukup tinggi yaitu, sebesar 75-80% dengan nilai kecernaan protein 32-75%.

Jika proses pembuatan dilakukan secara baik, maka kecernaan protein kasarnya dapat meningkat hingga 75%, dengan lemak 5%, serat kasar 4%.

Dari segi fisik, warna tepung bulu juga dipengaruhi bahan bakunya.

Jika bahan baku berasal dari bulu berwarna putih, maka tepung bulu berwarna coklat muda cerah.

Tetapi jika dihasilkan dari warna bulu yang berwarna gelap, maka diperolah tepung bulu yang berwarna coklat gelap.

Tepung bulu yang baik berbau segar, tidak busuk atau gosong.

Bentuk tepung bulu berupa serbuk mudah dicampur dengan bahan baku lain untuk menghasilkan ransum.

Tepung bulu mengandung energi yang lebih tinggi dibanding dengan meat bone meal atau tepung ikan lokal.

Karena itu, tepung bulu bisa merupakan sumber energi untuk unggas.

Untuk pengolahannya, biasanya tepung bulu ayam dapat dilakukan dengan empat cara yaitu, perlakuan fisik dengan tekanan dan temperatur suhu tinggi, perlakuan kimia dengan asam dan basa (NaOH, HCL), perlakuan enzim, dan fermentasi dengan mikroorganisme,” jelasnya.

Dalam pengolahan tepung bulu, perlu dilakukan teknik hidrolisis pada bulu ayam, karena bulu ayam yang belum diolah tidak bisa dicerna ternak.

Hal itu mengingat protein bulu mengandung keratin yang ikatan asam aminonya sangat kuat, sehingga enzim pencernaan tidak mampu mencerna.

Bulu yang baru dikumpulkan biasanya mengandung kadar air yang tinggi atau sekitar 70%.

Karena itu, sebelum bulu ayam diolah, perlu dilakukan pengurangan kadar air dengan alat dewatering atau diperas, sehingga mempunyai kadar air sekitar 50%.

Dalam pengolahan bulu dengan pemanasan tekanan tinggi atau suhu tinggi, bulu yang basah nantinya dicincang atau dipotong, kemudian dihidrolisis dengan pemanasan suhu tinggi atau menggunakan pemanas uap bertekanan tinggi untuk menghasilkan tepung bulu terhidrolisa,” jelasnya.

Selanjutnya, bulu dimasak kemudian dikeringkan dengan disc drying menggunakan uap atau api langsung dan digiling, kemudian dimasukkan dalam karung plastik untuk dijual.

Untuk memperbaiki proses hidrolisis, sebelum dipanaskan beberapa bahan kimia ditambahkan kaustik soda (NaOH) 0,4% dari total berat bulu.

Tujuannya, agar dicapai suasana basa, serta penambahan natrium sulfit atau dimetil sulfoksida untuk membantu memecahkan ikat disulfide dalam bulu,” imbuhnya.

Selain itu, bisa juga ditambahkan 5% air kapur sirih untuk mengurangi bau dan meningkatkan pH menjadi 8,5-9.

Pengolahan bulu juga bisa dilakukan dengan penambahan enzim keratinase atau protease sebelum dilakukan pemanasan, agar keratinase bisa menghidrolisis ikatan asam amino terutama ikatan disulfide sehingga dapat dicerna ternak,” tuturnya.

Jika ingin memperoleh tepung bulu yang kering, dengan kadar air 10% dan kecernaan yang maksimal, maka bubur bulu dimasak dengan uap untuk menghentikan kerja enzim dan dilanjutkan dengan pengeringan.

Menurut Inang, tepung bulu sebenarnya kurang disukai oleh ternak, sehingga penggunaannya dalam ransum harus dibatasi.

Pemakaian yang berlebihan akan mengurangi konsumsi ransum, sehingga mengkibatkan kandungan asam amino tidak berubah.

Pemakaian dalam ransum unggas dan babi disarankan maksimum 5-7%. Untuk ayam broiler disarankan <5%, untuk ayam petelur 7%. Di lapangan, pabrik pakan hanya menggunakan tepung bulu sekitar 1-2% saja dalam ransum pakan komplit,” jelasnya.

Untuk ternak ruminansia, tepung bisa digunakan sebagai sumber nitrogen dan juga energi.

Jika dicampur dengan tetes tebu, bisa dipakai sebagai pakan suplemen cair dengan kandungan protein mencapai >70%. 

Tepung bulu bisa diberikan kepada ternak ruminansia sebanyak 6-8% di dalam ransum.

Mengingat ketersediaan limbah bulu ayam akan selalu ada secara terus menerus dan merupakan salah satu bahan pakan ternak alternatif yang mempunyai potensi untuk dikembangkan dalam mengurangi impor.

Maka, tidak ada salahnya Sahabat Tani juga mengembangkan usaha pengolahan tepung bulu ini.

Baca juga: Arah Mengembangkan Usaha Ternak Domba

Tinggal menyediakan dana investasi untuk mesin pemasak bertekanan tinggi, mesin giling, serta biaya operasional seperti biaya bahan baku, pengangkutan, biaya listrik dan lain-lain.

Keuntungan usaha tepung bulu ini sudah di depan mata, karena permintaan terhadap pakan ternak berkualitas akan terus meningkat seiring dengan peningkatan permintaan pasar terhadap pasokan daging ternak itu sendiri. Di samping itu, secara bertahap dapat mengurangi ketergantungan kita terhadap bahan pakan impor,” tutupnya.

Related News