• 19 April 2024

Lobster, Seafood Bernilai Ekonomi Tinggi

uploads/news/2020/12/lobster-seafood-bernilai-ekonomi-255197c32326f3c.jpg

Lobster bambu dapat mencapai harga mulai dari Rp250.000 hingga Rp1.200.000 per kilogram, terlebih saat masa-masa tertentu seperti perayaan hari raya.

JAKARTA - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menekankan perlunya menjaga habitat lobster dan mendesak masyarakat khususnya nelayan, untuk tidak menangkap lobster yang masih kecil atau sedang bertelur.

Apa lagi, sebagai negara kepulauan dengan wilayah lautan yang luas, Indonesia memiliki kekayaan terumbu karang sebesar 15% dari total terumbu karang dunia.

Terumbu karang merupakan habitat utama lobster, yang memiliki peran penting secara ekologi maupun ekonomi,” ujar Deputi Bidang Ilmu Kebumian, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ocky Karna Radjasa, dalam keterangan resmi LIPI, Senin (30/11).

Baca juga: Menilik Potensi Lobster Laut Indonesia

Selain itu, menurut Ocky menjaga pertumbuhan lobster laut menjadi penting, karena hingga saat ini komoditi lobster masih didapat dari hasil tangkapan alam.

Oleh karena itu, LIPI tengah meneliti dan memperkuat budidaya lobster agar keberlanjutan sumber daya laut tidak hanya bergantung pada hasil tangkapan laut saja,” katanya dalam keterangan resmi LIPI, Senin (30/11).

Sementara itu, Kepala Balai Bio Industri Laut LIPI, Ratih Pangestuti, mengajak konsumen untuk dapat menjaga keberlangsungan hasil laut, terutama lobster.

Caranya dengan dengan tidak mengkonsumsi seafood anakan, seafood yang sedang bertelur, atau seafood yang benihnya diambil dari alam.

Jika menangkap lobster yang seperti itu, wajib dikembalikan ke laut dengan hati-hati,” terang Ratih.

Indonesia sendiri memiliki tujuh jenis lobster yang tersebar di seluruh wilayah perairan Nusantara di habitat yang berbeda-beda.

Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi, Rianta Pratiwi menjelaskan, lobster memiliki siklus hidup yang cukup kompleks dan belum diketahui secara rinci.

Telur lobster menetas menjadi larva atau filosoma. Tahapan filosima terdiri dari 11 tingkat sebelum selanjutnya menjadi lobster muda dengan cangkang masih lunak, kemudian menjadi juvenile, dan lobster dewasa,” terang Rianta.

Lobster hidup dalam habitat dengan suhu sekitar 20-30 derajat celsius, biasanya di perairan karang mulai dari 100 sampai kurang dari 200 meter.

Lobster hidup biasanya bersembunyi di antara karang-karang dan berkelompok, sehingga tidak mudah untuk ditangkap.

Alat tangkap yang disarankan Rianta, yaitu, alat yang tidak merusak ekosistem, seperti bubu, krenet, jerat dengan menyelam, tremmel net.

Rianta mengatakan, yang perlu diperhatikan yaitu tidak menangkap lobster yang berukuran masih kecil atau yang sedang bertelur.

Lobster yang sudah ditangkap juga dipindahkan dengan hati-hati, agar tidak merusak nilai ekonomi, serta tidak ditempatkan di bawah sinar matahari langsung,” ujarnya.

Mengenai harga, Rianta menjelaskan, lobster bambu dapat mencapai harga mulai dari Rp250.000 hingga Rp1.200.000 per kilogram, terlebih saat masa-masa tertentu seperti perayaan hari raya.

Sementara itu, lobster batik kini dibanderol dengan harga Rp1.500.000 per kilogram.

Budidaya lobster

Budidaya lobster hingga saat ini masih mengambil benih dari laut, sehingga prosesnya hanya dapat dimulai dari tahap pembesaran.

Di sisi lain, pengambilan benih lobster untuk budidaya harus dibatasi, karena pengambilan benih atau benur lobster yang berlebihan dapat mengancam plasma nutfah di alam.

Terlebih lagi, berbagai jenis makanan lobster juga dipanen oleh manusia, sehingga pasokan pakan di alam berkurang.

Peneliti Balai Bio Industri Laut LIPI, Sigit Dwi Putro menjelaskan, saat ini pembenihan lobster karang belum dapat dilakukan di Indonesia.

Beberapa negara maju sendiri sudah berhasil melakukan pembenihan, namun jumlahnya masih sangat terbatas, sehingga belum ekonomis.

Hal ini tidak lepas dari proses larva lobster karang yang lama.

Oleh karena itu, benih untuk budidaya masih diambil dari alam dengan menggunakan alat pengumpul benih baik yang masih bening (benih lobster) atau yang sudah mulai berwarna (juvenile),” jelas Sigit.

Masa pendedaran benih dilakukan dengan menggunakan kurungan bermata satu dengan pakan ikan cacah, dan diberikan rumput laut sebagai pelindung,” tambahnya.

Dalam tahap pembesaran, lobster dipilah berdasarkan ukuran untuk mengurangi kepadatan dan mengurangi potensi kanibalisme.

Masa pemeliharaan untuk mencapai berat 200 gram, memerlukan waktu enam hingga tujuh bulan.

Peneliti budidaya kelautan, Balai Biro Industri Laut LIPI, Varian Fahmi menjelaskan, budidaya lobster di laut dapat dilakukan dengan keramba jaring apung.

Baca juga: Selamatkan Benih Lobster dengan Pembudidayaan

Sementara, untuk budidaya darat dapat dilakukan pada bak-bak beton.

Penggunaan pakan buatan seperti moist atau penambahan spirulina dapat mempengaruhi pertumbuhan berat lobster, jika dibandingkan dengan pakan ikan rucah.

Pakan yang diberikan sebaiknya tidak dalam jumlah yang banyak untuk satu kali pemberian. Pemberian pakan dalam jumlah cukup selama beberapa kali dalam sehari dapat mengurangi datangnya biota kompetitor seperti kepiting ke dalam wadah pemeliharaan. Hal ini juga dapat mengurangi biaya pakan untuk pembesaran anakan lobster,” pungkas Varian.

Related News