• 27 April 2024

Mulai Bangkitnya Peternak Babi Bali

uploads/news/2020/09/mulai-bangkitnya-peternak-babi-6017209f88a9ba5.JPG

Di Kabupaten Tabanan tercatat, di Januari terdapat 537 ekor babi yang mati akibat wabah ASF

TABANAN - Bagi pecinta olahan daging babi, tidak salah jika datang ke Provinsi Bali.

Ditambah, Pulau Dewata merupakan tempat berbagai menu dengan berbahan dasar babi yang mudah ditemukan.

Mulai dari babi guling, sate babi, rendang babi, babi kecap, hingga urutan atau sosis fermentasi kering tradisional Bali.

Baca juga: Waspadai Flu Babi Jenis Baru

Bila dilihat dari potensi genetisnya, babi bali menghasilkan banyak lemak dan cenderung mendekati babi tipe lemak, bukan tipe daging.

Karakter babi bali tersebut sangat potensial untuk dijadikan babi guling, karena komposisi lipatan lemak yang akan memberikan aroma khas dan tekstur yang baik.

Peternakan babi milik Kadek Sudiarsa di Desa Timpag, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan, merupakan salah satu penghasil babi bali tipe lemak dengan kualitas tinggi.

Babi ternak dewasa miliknya, memiliki bobot paling ringan yaitu 140 kilogram.

Untuk babi bali indukan, saya pisahkan kandangnya. Satu babi setiap kandangnya. Agar nanti, birahinya bisa maksimal pas musim kawin dan anaknya banyak. Satu kali melahirkan biasanya terdiri dari 12-14 kucit (anak babi). Dalam setahun, dua kali melahirkan,” ujarnya kepada Jagadtani.id belum lama ini.

Kadek Sudiarsa menyebut, anak babi akan lahir setelah 115 hari berada di perut induknya dan dipisahkan setelah berumur 14-28 hari.

Pakan babi sendiri tidak sulit bagi Kadek Sudiarsa, mengingat lingkungannya yang mayoritas pertanian, ia dengan mudah bisa mendapatkan dedak, tepung jagung, dan daun-daunan yang dicacah kecil-kecil.

Menurunnya Jumlah Populasi Babi Bali

Saat ini, peternak babi bali seperti Kadek Sudiarsa seperti sedang mengalami trauma beternak babi.

Hal itu dikarenakan sejak akhir 2019 lalu muncul wabah African Swine Fever (ASF) yang membuat peternak, khususnya di Kabupaten Tabanan, merugi akibat kematian ternak mereka secara mendadak.

Di Kabupaten Tabanan tercatat, di Januari terdapat 537 ekor babi yang mati akibat wabah ASF.

Sebagaimana yang tercatat di Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan, ASF menurunkan populasi babi bali dari 75.625 ekor menjadi 6.016 ekor.

Jumlah tersebut pun hanya bisa memenuhi kebutuhan babi di Kabupaten Tabanan saja, begitu juga dengan menurunnya permintaan daging babi.

Ketakutan warga mengkonsumsi daging babi pasca wabah menjadikan harga babi bali mengalami kemerosotan.

Baca juga: Kebangkitan Vietnam dari Virus ASF

Untuk babi hidup yang awalnya berada di kisaran Rp27.000 kini menjadi Rp22.000.

Kini, hanya segelintir peternak babi bali di Tabanan yang sedang kembali menghidupkan kembali usaha ternak mereka secara mandiri.

Itu pun paling banyak hanya 10 ekor, bukan ratusan ekor seperti sebelum merebak wabah ASF. 

Related News